INTISARIPenelitian bertujuan untuk mengetahui konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, persentase karkas dan kualitas daging sapi Peranakan Ongole (PO) yang diberi complete feed berbahan dasar tongkol jagung dan suplementasi undegraded protein. Dua belas ekor sapi jantan berumur antara 1,5-2,0 tahun dengan bobot badan rata-rata 272,67+26,84 kg dibagi secara acak menjadi 3 kelompok dengan ulangan 4 ekor. Perlakuan I merupakan ransum dengan pakan basal rumput gajah dan konsentrat BC feed (R-1), perlakuan II merupakan pelet pakan komplit berbahan dasar tongkol jagung (R-2) dan perlakuan III merupakan pelet pakan komplit yang disuplementasi undegraded protein (R-3). Air minum diberikan secara ad libitum. Pada akhir penelitian 3 ekor sapi dari masing-masing kelompok dipotong untuk diketahui persentase karkas, kualitas fisik (pH, warna, daya ikat air (DIA), susut masak dan keempukan) dan kimia daging (kadar air, protein dan lemak). Dilakukan analisis statistik terhadap data yang diperoleh dengan Rancangan Acak Lengkap pola searah dan dilanjutkan dengan uji Duncan's New Multiple Range Test (DMRT). Penggunaan suplementasi undegraded protein (UDP) berpengaruh (P<0,05) pada konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan harian (PBBH), tetapi pada feed conversion ratio (FCR) dan persentase karkas menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Kualitas fisik daging menunjukkan bahwa pH R-1 lebih rendah (P<0,05) dari R-2 maupun R-3 (5,32; 5,66 dan 5,62), warna R-1 lebih rendah (P<0,01) dari R-2 maupun R-3 (5,7; 7,2 dan 7,5). DIA pada R-2 dan R-3 lebih tinggi (P<0,05) dari R-1 (16,05; 25,39 dan 24,92%). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan complete feed dan UDP mampu meningkatkan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan DIA daging pada sapi PO. R-2 and R-3 (5.32, 5.66, and 5.62), the colour of meat for R-1 was lower (P<0.01) than for R-2 and for R-3 (5.7, 7.2, and 7.5). The water-holding capacity was higher (P<0.05) for R-2 and R-3 than for R-1 (16.05, 25.39, and 24.92%). It could be concluded that complete feed and supplementation of undegraded protein improve feed consumption, ADG and water-holding capacity on OC cattle. ABSTRACT This study was conducted to determine nutrient intake, average daily gain, carcass characteristics, and meat quality of Ongole Crossbred (OC) cattle provided with corn cobs as basal diet in complete feed and undegraded protein supplementation. Twelve male cattles of approximately 1.5-2.0 years old with the average liveweight of 272.67+26.84 kg were randomly devided into three groups with four replications, respectively. The first treatment was fed diets with elephant grass as basal diet and BC feed concentrate (R-1), the second treatment was pellet complete feed with corn cobs as basal diet (R-2), and the third treatment was pellet complete feed added with undegraded protein (R-3
INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh level pemberian onggok sebagai aditif terhadap kualitas silase yang dibuat dari isi rumen sapi. Terdapat tiga level perlakuan penambahan onggok, yaitu 0 (kontrol), 15, dan 30% dari berat bahan kering isi rumen sapi, dan tiga lama peram yaitu 14, 21, dan 28 hari. Setiap perlakuan dibuat lima kali sebagai ulangan. Silase dibuat menggunakan stoples plastik yang berfungsi sebagai silo. Setiap akhir pemeraman dilakukan uji kualitas meliputi warna, bau, tekstur, ada tidaknya jamur, kandungan bahan kering (BK), dan bahan organik (BO), serta pH. Data BK, BO, dan pH dianalisis variansi menggunakan Randomized Completed Block Design (RCBD). Perbedaan yang nyata sebagai efek lama peram dilanjutkan uji Duncan's new Multiple Range Test (DMRT). Khusus dari hasil silase pemeraman 21 hari dilakukan analisis komposisi kimia meliputi serat kasar (SK), ekstrak eter (EE), dan protein kasar (PK). Data yang diperoleh dianalisis variansi menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap pola searah. Perbedaan yang nyata sebagai efek perlakuan dilanjutkan uji DMRT. Uji kualitas fisik menunjukkan warna coklat kehijauan, bau asam, tekstur kasar, dan tidak ada pertumbuhan jamur. Penambahan onggok pada level yang berbeda meningkatkan (P<0,01) nilai komposisi kimia silase isi rumen sapi, yaitu BK dan BO, sedangkan SK, EE, dan PK mengalami penurunan (P<0,01). Penambahan onggok sebagai aditif pada pembuatan silase dari isi rumen sapi cukup pada level 15% karena pada hari ke 14, pH telah turun menjadi 3,87±0,07, tetap stabil sampai hari ke 28 (3,93±0,11), didukung oleh skor Fleig yang mencapai 98,58±3,39 (sangat baik).
INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrien dan produksi tanaman kaliandra sebagai hijauan pakan pada umur pemotongan yang berbeda. Penelitian dilaksanakan selama 48 minggu (Juni 2012 sampai Juni 2013) di Lahan Hijauan Pakan Ternak, Satuan Kerja Kaligesing, Purworejo, Dinas Peternakan Jawa Tengah. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok. Blocking dilakukan terhadap kemiringan tanah. Pemanenan berdasarkan perlakuan umur pemotongan yaitu: 6 (P1), 8 (P2), 12 (P3), dan 16 (P4) minggu. Tanaman kaliandra sebelum digunakan dilakukan penyeragaman umur pemotongan tanaman.Tanaman kaliandra pada saat pemanenan dipotong berdasarkan edible portion (bagian yang dapat dimakan oleh ternak yaitu batang muda dan daun). Variabel yang diamati adalah produksi bahan segar, bahan kering, bahan organik, dan protein kasar, serta kadar bahan kering, bahan organik, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), dan total digestible nutrient (TDN). Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar bahan kering tertinggi terdapat pada P3 (31,25%) dan berbeda nyata (P<0,05) dengan P1 (26,51%) dan P4 (28,11%). Kadar protein kasar tertinggi pada perlakuan P2 (21,10%) dan tidak berbeda nyata dengan P1 (21,09%), P3 (19,20%), kadar protein kasar terendah terdapat pada perlakuan P4 (18,04%). Kadar lemak tertinggi terdapat pada P3 (2,84%) dan berbeda nyata dengan P1 (1,51%). Kadar serat kasar tertinggi terdapat pada P4 (22,56%) dan berbeda nyata dengan P1 (15,80%) dan P2 (18,46%). Kadar bahan organik, BETN, dan TDN berbeda tidak nyata pada umur pemotongan yang berbeda. Produksi bahan segar, bahan kering, bahan organik, dan protein kasar tertinggi terdapat pada P4 dan berbeda nyata (P<0,05) dengan P1, P2, dan P3. Produksi terendah terdapat pada perlakuan P2. Kualitas hijauan terbaik pada penelitian ini diperoleh dari perlakuan ketiga (dengan frekuensi pemotongan 4 kali), sedangkan kuantitas hijauan terbaik diperoleh dari perlakuan keempat (dengan frekuensi pemotongan 3 kali).(Kata kunci: Kaliandra, Kandungan nutrien, Produksi, Umur pemotongan) ABSTRACT This research aimed to determine the production and nutrient content of calliandra (Caliandra calothyrsus) as a forage for ruminant in the different defoliation time. This research was conducted for 48weeks (June 2012-June 2013
<p>Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi formaldehid pada pembuatan undegraded protein (UDP) yang digunakan untuk mensuplementasi pelet pakan lengkap terhadap aktivitas mikrobia rumen secara in vitro. Hasil sisa tanaman pertanian dan hasil samping pengolahannya digunakan untuk menyusun pelet pakan lengkap yang mengandung 12% protein kasar (PK) dan 62% total digestible nutrients (TDN). Cairan rumen untuk percobaan in vitro kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan organik (KcBO) dan in vitro produksi gas diambil dari 2 ekor sapi Peranakan Ongole betina umur 2–3 tahun yang difistula pada bagian rumennya. Konsentrasi formaldehid 0; 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0% (volume/berat) digunakan untuk memproteksi bungkil kedelai pada pembuatan UDP, masing-masing adalah K-0, K-0,5, K-1,0, K-1,5, dan K-2,0. Tingkat proteksi bungkil kedelai diuji pada sampel UDP terhadap degradasi<br />bahan kering dan organik secara in vitro. Selanjutnya UDP yang paling baik digunakan untuk mensuplementasi pelet pakan lengkap. Aktivitas mikrobia rumen dari berbagai tingkat suplementasi UDP 0; 2,5; 5,0; 7,5; dan 10% bahan kering (berat/berat) pada pelet pakan lengkap berturut-turut adalah S-0, S-2,5, S-5,0, S-7,5, dan S-10,0 diuji secara in vitro produksi gas meliputi: produksi gas, sintesis protein mikrobia, produksi dan proporsi asam lemak volatil. Data hasil penelitian dianalisis variansi menurut Rancangan Acak Lengkap pola searah. Beda antar rerata diuji dengan Duncan’s Multiple Range Test. Hasil penelitian menunjukkan KcBK (%) bungkil kedelai tidak diproteksi K-0 lebih tinggi (P<0,05) dibanding K-0,5, dan K-0,5 lebih tinggi (P<0,05) dibanding K-1,0, K-1,5 dan K-2,0. KcBO bungkil kedelai tidak diproteksi lebih tinggi (P<0,05) dibanding K-0,5, dan K-0,5 lebih tinggi (P<0,05) dibanding K-1,0, K-1,5, dan K-2,0. Perbedaan tingkat suplementasi tidak mempengaruhi produksi gas antar perlakuan pada S-0, S-2,5, S-5,0, S-7,5 dan<br />S-10. Sintesis protein mikrobia mg/ml cairan rumen tidak berbeda pada suplementasi UDP S-0, S-2,5, S-5,0, dan S-7,5, namun S-10 lebih rendah (P<0,05) 0,273 mg/ml. Tingkat suplementasi UDP tidak mempengaruhi konsentrasi asam lemak volatil total (mmol). Proporsi asam asetat S-0 lebih rendah (P<0,05) dibanding S-5,0 dan S-7,5, tetapi proporsi asam propionat S-0 lebih tinggi (P<0,05) dibanding S-5,0, S-7,5, dan S-10,0. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan formaldehid pada tingkat 1% lebih baik dalam pembuatan UDP. Tingkat suplementasi UDP pada pelet pakan lengkap sampai 7,5% tanpa mempengaruhi aktivitas mikrobia rumen.</p><p>(Kata kunci: Pelet pakan lengkap, Konsentrasi formaldehid, Undegraded protein, Tingkat suplementasi, Aktivitas<br />mikrobia rumen)</p>
INTISARIPenelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai manfaat pod kakao sebagai bahan pakan complete feed ruminansia, khususnya domba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi nutrien tercerna complete feed, berbahan baku utama pod kakao terfermentasi, dan mengetahui performa produksi domba. Perlakuan CF0 adalah complete feed tanpa fermentasi (kontrol), perlakuan CF1 adalah complete feed dengan penambahan pod kakao terfermentasi, dan perlakuan CF2 adalah complete feed fermentasi berbasis pod kakao. Replikasi masing-masing perlakuan sebanyak 6 ekor domba. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis variansi pola searah dan hasil yang berbeda dilanjutkan dengan uji beda mean Duncan new Multiple Range Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pod kakao terfermentasi pada complete feed maupun pakan complete feed fermentasi berbasis pod kakao tidak berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering, protein, maupun bahan organik tercerna, serta tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan. Nilai serat kasar tercerna secara in vivo terbaik terdapat pada pakan perlakuan CF2. ABSTRACT This research was intended to observe the biological value of cocoa pod as a complete feed for ruminants
INTISARIPenelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian silase isi rumen sapi sebagai pakan pengganti rumput terhadap kinerja sapi potong. Sapi persilangan Simmental-Peranakan Ongole (SimPO) jantan sebanyak 12 ekor, umur 1,5-2 tahun, digunakan dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan selama 8 minggu (2 bulan) dengan pemberian pakan sebesar 3% dari bobot badan berdasarkan bahan kering dan air minum diberikan secara ad libitum. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola searah dilanjutkan Duncan's New Multiple Range Test (DMRT). Perlakuan yang diberikan yaitu mengganti sebagian rumput dengan silase isi rumen sapi, yaitu P0 = pemberian pakan 100% rumput , P1= pemberian pakan 25% silase isi rumen sapi dan 75% rumput, dan P2 = pemberian pakan 50% silase isi rumen sapi dan 50% rumput. Imbangan pakan antara rumput dan konsentrat adalah 20% : 80%. Variabel yang diamati adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan harian (PBBH), dan konversi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi bahan kering (BK) (13,23±0,63 kg/ekor/hari), konsumsi bahan organik (BO) (10,41±0,50 kg/ekor/hari), konsumsi total digestible nutrients (TDN) (7,38±0,37 kg/ekor/hari), PBBH (0,95±0,04 kg/ekor/hari), dan konversi pakan (7,38±0,37). Perlakuan berpengaruh (P<0,05) terhadap konsumsi protein kasar (PK) (P0 = 0,94±0,03, P1 = 1,00±0,06 dan P2 = 0,98±0,01), dan serat kasar (SK) (P0 = 3,26±0,10, P1 = 3,44±0,22 dan P2 = 3,27±0,04). Disimpulkan bahwa penggantian sebagian rumput dengan silase isi rumen sampai 50% tidak mempengaruhi kinerja sapi potong.(Kata kunci: Isi rumen sapi, Sapi potong, Silase) (P0 = 3.26±0.10, P1 = 3.44±0.22 and P2 = 3.27±0.04). It can be concluded that the substitution of the grass by rumen content silage up to 50% had no effect on the SimPO performance. ABSTRACT PendahuluanDewasa ini, sapi potong di negara majuternak sudah terspesialisasi ke arah satu produksi, salah satunya daging (Parakkasi, 1999
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.