Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran kemampuan literasi sains siswa SMP Islam As-Shofa Kota Pekanbaru berdasarkan The Programme Internasional Student Assessment (PISA) pada konten Biologi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah soal literasi sains berdasarkan PISA 2009. Penelitian ini dilaksanakan bulan April 2019. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IX SMP Islam As-Shofa Kota Pekanbaru dengan teknik pengambilan sampel dengan mengggunakan propotional strtified sampling sehingga sampel dikelompokan berdasarkan tingkat kemampuan akademik tinggi, sedang dan rendah dengan jumlah sampel sebanyak 135 siswa. Hasil penelitian menunjukan kemampuan literasi sains siswa SMP Islam as-Shofa Kota Pekanbaru kategori rendah dengan persentase 56,86%. Kemampuan berdasarkan kompetensi mengidentifiksi masalah kategori rendah dengan persentase 56,43%, kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah kategori rendah dengan persentase 54,43% dan kompetensi menggunakan bukti ilmiah kategori rendah dengan persentase 59,71%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahawa siswa SMP Islam As-Shofa Kota Pekanbaru memiliki kemampuan literasi sains rendah
Berfikir Kritis merupakan suatu proses di mana seseorang mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak mudah dijawab secara rasional sementara informasi yang relevan pun tidak tersedia. Berpikir kritis ini termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi yang melibatkan proses yang kompleks.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil berfikir kritis mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi yang ada di Kota Pekanbaru. Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswa pendidikan biologi di tiga universitas yaitu Universitas Riau, Universitas Islam Riau dan Universitas Lancang Kuning sedangkan sampel pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa prodi pendidikan biologi tahun kedua dan ketiga dengan jumlah sampel sebesar 497 mahasiswa. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket critical thinking yang dikembangkan dari instrument habits of mind marzano dengan 5 indikator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima indicator berfikir kritis dalam kategori cukup dengan persentase tertinggi terdapat pada indicator akurat dan mencari akurasi dengan persentase sebesar 77.00% sedangkan indkator terendah yaitu indicator menempatkan diri ketika ada jaminan dengan persentase sebesar 65.67%. dari hasil penelitian dapat disimpulkan kemampuan berfikir kritis mahasiswa dalam kategori Cukup dengan persentase sebesar 70.31% dan tidak ada perbedaan kemampuan berfikir kritis mahasiswa tingkat 3 dengan mahasiswa tingkat 2.
Critical and creative thinking are skills that are needed in this 21st century. These two skills are a priority for learning outcomes from various levels of education. This research is a descriptive study that aims to see or measure the critical and creative thinking skills of high school students in Pekanbaru in online learning. The population in this study were students of public senior high school class XI IPA in Pekanbaru, while the sample was 216 students from two public senior high schools in Pekanbaru. The research instrument is in the form of critical and creative thinking questions that have been validated constructively by experts and empirically with a reliability value of. Based on the results of the study, it shows that the critical thinking skill of students of public senior high school class XI IPA in Pekanbaru is in the sufficient category with a percentage of 68.71% with the highest percentage being in the advance clarification indicator with a very good category while the other indicators are in the sufficient category. In creative thinking, the average skill of students in public senior high school class XI IPA in Pekanbaru is also in the sufficient category with a percentage of 64.43% with all indicators in the sufficient category. Based on the results of the study, it can be concluded that the ability of students in public senior high school class XI IPA at SMAN Pekanbaru is in a fairly good category.
The habit of mind is the habit of smart thinking when facing certain situations. Structured and continuous learning can improve smart thinking. The research aimed to acquire habits of mind (HoM) profiles of Biology Education students in Pekanbaru, Riau, Indonesia. The study was done in three universities,
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Higher Order Thinking Skills siswa kelas XI SMAN Plus Prov. Riau dalam menyelesaikan masalah pada soal ulangan harian materi sistem pernapasan. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 sampai tanggal 23 April 2019. Metode penelitian ini adalah deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah soal Higher Order Thinking Skills pada materi sistem pernapasan dengan kategori C4 (Menganalisis), C5( Mengevaluasi), C6( mencipta) yang dibuat berdasarkan Taksonomi Bloom revisi dan wawancara. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN Plus Prov. Riau sebanyak 99 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Higher Order Thinking Skills siswa kelas XI SMAN Plus Prov.Riau dalam kategori sangat rendah dengan persentase 50,74%. 68,29%, siswa mampu menjawab soal C4 sedangkan untuk soal C5 dan C6 masing-masing sebanyak 33,56% dan 50,37%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa SMAN Plus Prov. Riau Tahun ajaran 2018/2019 memiliki Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam kategori sangat rendah.Kata Kunci : Higher Order Thinking Skills, Hasil Belajar, Sistem pernapasan
ABSTRAKSelf regulationmerupakan kemampuan untuk mengontrol prilaku sendiri, kegiatan ini merupakan salah satu prilaku cerdas dalam menangani suatu permasalahan selain itu juga self regulatioan adalah kontrol terhadap diri sendiri, terutama untuk menjaga diri tetap berada dalam jalur yang sesuai dengan standar yang dikehendaki.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil self regulation mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi di provinsi Riau. Populasi Penelitian ini adalah semua mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi yang ada di Provinsi Riau yang terdiri dari 4 Universitas yaitu UNRI, UIR, UNILAK dan UPP sedangkan sampel penelitian ini mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi semester 3 dan 5 yang ada di Kota Pekanbaru dengan total sampel sebanyak497 Mahasiswa. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang dikembangkan dari Idris, Sriyati dan Rahmat dengan 5 indikator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self regulationmahasiswa X dalam kategori cukup dengan persentasi sebesar 72.50%, mahasiswa Y sebesar 76.20% dengan kategori cukup dan mahasiswa Z dengan persentase sebesar 74.71% dalam kategori cukup. Dari kelima indikatorself regulation, indikator dengan persentase tertinggi terdapat pada indikator 5 yakni mengevaluasi tindakan dengan persentase sebesar 81.24% dengan kategori baik sedangkan indikator terendah terdapat pada indikator 4 dengan persentase sebesar 66.35% dalam kateogri rendah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa prodi pendidikan biologi dalam kategori cukup dengan persentase sebesar 74.47%.Kata Kunci: Self regulation, Mahasiswa, Pendidikan Biologi
Problem solving ability relates to a person's ability to manage and find appropriate solutions in unexpected and complex conditions. Problem solving skills are not something that is innate, but these skills can be developed when a person is given the opportunity to solve problems. This ability is very important for students, especially when they enter the world of work. This study aims to determine the problem-solving ability of students when completing the problem discourse sheet in the PBL model. The type of research used is descriptive quantitative using a sample of 37 students who take the Human Physiology Anatomy course in the biology education study program at the Islamic University of Riau. The research instrument is in the form of problem discourse and scoring rubric. Problem solving indicators consist of identifying terms, formulating questions, considering, and finding solutions from problem formulations and making and determining conclusions. The data obtained were analyzed by scoring each answer given by students. The results showed that students' problem-solving abilities differed on each indicator. The indicator that occupies the highest score is formulating questions and the lowest is making and determining conclusions. Based on the results of the study, it can be concluded that the problem-solving ability of students while completing the problem discourse sheet in the PBL model is in the very good category.
Article historyThis is an open access article under the CC-BY-SA license.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.