Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan ketahanan pangan dengan status gizi balita dan ragam upaya meningkatkan ketahanan pangan dalam penanggulangan gizi buruk balita di wilayah kerja Puskesmas Legok, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang.Populasi penelitian adalah orang tua/ibu/bapak dan balita umur di bawah 59 bulan yang menderita gizi buruk dan kurang gizi di bawah kondisi normal.Program peningkatan gizi masyarakat atau balita di Puskesmas Legok dilaksanakan secara harian, bulanan dan tahunan. Program harian meliputi: peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif tanpa makanan dan minuman tambahan untuk bayi sampai umur 6 bulan. Program bulanan adalah pemantauan perkembangan berat badan balit, penimbangan badan balita, yaitu pengukuran berat badan balita untuk mengetahui pola pertumbuhan dan perkembangan peningkatan berat badan balita dan perkembangannya. Program tahunan meliputi pemantauan status gizi dan asupan gizi balita.
Abstrak ___________________________________________________________________Madura bernilai strategis dalam produksi garam nasional, namun kenyataannya kondisi petani garam masih hidup di bawah garis kemiskinan. Penelitian bertujuan merumuskan strategi pemberdayaan petani garam melalui pendayagunaan aset pertanahan dengan pendekatan subsistem budaya-kelembagaan dan subsistem ekonomi. Guna mencapai hal tersebut, perlu diketahui kondisi subsistem budaya-kelembagaan dan subsistem ekonomi petani garam. Selain itu, dikaji faktor-faktor penyebab ketidakberdayaan petani. Hasil analisis menunjukkan subsistem budaya menunjukkan bahwa usaha pegaraman adalah bagian budaya masyarakat yang mengakar dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Madura. Sementara dari subsistem kelembagaan menunjukkan petani garam dikelompokkan menjadi petani pemilik tanah dan petani penggarap (mantong). Pendekatan subsistem ekonomi menunjukkan bahwa produksi garam sangat tergantung iklim dan cuaca dan masih menggunakan teknologi tradisional. Strategi pemberdayaan bagi petani pemilik tanah adalah dengan mengupayakan sertifikasi tanah untuk mendukung akses permodalan. Sementara untuk mantong diarahkan memperoleh redistribusi tanah oyek landreform yang kemudian disertifikasi. Tanah tanah yang telah disertifikasi tersebut nantinya dapat dilakukan konsolidasi tanah yang berperan pada peningkatan kuantitas dan kualitas produksi garam serta mereduksi biaya transportasi. Tanah yang telah tersertifikasi juga dapat digunakan untuk agunan guna mengakses modal. Abstract ________________________________________________________________ Madura has an important role in the national salt production. unfortunately, most of salt farmers in Madura are living under the poverty line. This paper discuss about the strategies to empower salt farmers through improving the access of lands
In the development process, Information and Communication Technologies (ICTs), which also commonly referred to as electronic media or cyber media have been acknowledged as a new instrument that could facilitate the need of new information and innovation for rural people or farmers. However, several studies reported that extension and communication based-electronic media in developing countries encounter more problems rather than in developed countries. This research aims to investigate the ownership, access, utilization or functions of ICTs for obtaining information supporting the daily life of farmers and for promoting various farming activities in the coastal area of Kulon Progo Regency Yogyakarta. The research method of the study was a descriptive method that has been conducted by a mixed method. The study found that in line with modernization in agriculture, farmers have been using conventional and new electronic media including television, radio and mobile phone with function for getting new information. Conventional electronic media are still dominant while the use of new electronic media has been gradually increasing. Information gathered from ICTs includes social, cultural, economic, health and environmental issues. The use of new electronic media particularly the internet via smartphone has newly started to be utilized among farmers in the coastal farming area who intensively engaged in horticulture crops cultivation mainly for getting and exchange the market information. Information on technological innovation is still dominant among farmers. Better infrastructure and mobility access, improvement of telecommunication network and development of content and format of information provided by new media will be prospective in the future
Utilization of information and communication technologies (ICTs) had changed the diversity of agricultural extension and communication services which required alternatives for users of the services. Higher and better speed of information services was considerably recquired for supporting the sustainability of commercial farming business which in turn could facilitate the achievement of high status of food resilience. The goals of research were: (1). Describing access and function of ICTs for agricultural community, (2). Describing pattern on the usage of ICTs for supporting agricultural activities, (3). Analyzing the determinant factors on the usage of ICTs for supporting agricultural activities. The research method used in the study was analytical descriptive with survey research technique. The sites of study were commercial farming areas in Yogyakarta namely Patuk Gunungkidul, Turi Sleman, Sanden Bantul and Panjatan Kulon Progo. Sample were selected by using simple random sampling method. Data had been collected by using structured questionnaire, observation and indepth interview. While data analysis had been done by using descriptive statistic and multiple regression. Study results showed that (1). Ownership of ICTs media in all of research sites was considerably high including conventional media and new media which both had high capability providing information and entertaninment, but the function on education was still considerably limited, (2). Utilization of ICTs for supporting agricultural activities was: conventional media (television and radio) for providing information on technical production, policy and marketing, while new media (handphone and smartphone) for providing information on technical production, policy, marketing and financial aspect, (3). Determinant factors on ownership of ICTs were age and social status, and (4). Determinant factors on the usage of ICTs for supporting agricultural activities were age and sex of farmers.ABSTRAK Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menyebabkan adanya perubahan keragaman (diversifikasi) layanan penyuluhan dan komunikasi pertanian yang memberi alternatif lebih baik bagi para pengguna layanan. Kecepatan layanan informasi sangat diperlukan untuk mendukung keberlanjutan pertanian komersial sehingga pada gilirannya dapat berkontribusi pada pencapaian ketahanan pangan yang tinggi. Tujuan penelitian adalah (1) Mengetahui akses dan fungsi TIK bagi masyarakat pertanian, (2) Mengetahui pola penggunaan TIK untuk pertanian oleh masyarakat pertanian dan (3) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan TIK untuk mendukung kegiatan pertanian. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan teknik penelitian survey. Lokasi penelitian adalah kawasan pertanian komersial di Yogyakarta yang mencakup Patuk Gunungkidul, Turi Sleman, Sanden Bantul dan Panjatan Kulon Progo. Sampel dipilih dengan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur, observasi dan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan dan regresi berganda. Hasil studi menunjukkan bahwa (1). Kepemilikan media TIK di semua lokasi kajian cukup tinggi (media konvensional dan media baru) yang mampu melayani penyediaan informasi dan hiburan, namun fungsi edukasi masih sangat terbatas, (2). Penggunaan media TIK untuk mendukung kegiatan pertanian: media konvensional (televisi radio) untuk teknis produksi, kebijakan dan pemasaran, sedangkan media baru untuk untuk informasi teknis produksi, pemasaran, kebijakan dan
GP-PTT program aims to increase rice production that is focused on the area of crops with the assistance of government facilities. As for the facilities or assistance given by the government that is seed, means of production INTISARIProgram GP-PTT bertujuan untuk meningkatkan produksi padi yang difokuskan pada area tanaman dengan bantuan fasilitas pemerintah. Sedangkan untuk fasilitas atau bantuan yang diberikan oleh pemerintah yaitu benih, sarana produksi, sistem tanam garis (legowo), dan pertemuan kelompok. Penelitian ini dilakukan di Kalasan, Sleman untuk (1) mengetahui luasnya partisipasi petani dalam program padi GP-PTT di kecamatan Kalasan pada tahun 2015, (2) mengetahui faktor-faktor yang terkait dengan partisipasi petani di GP -PTT di Kalasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik survei. Pemilihan sampel daerah dilakukan secara purposive, sedangkan pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Jumlah responden sebanyak 60 petani. Metode analisis yang digunakan adalah uji proporsi, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian 2
The need for non-agricultural land tended to increased. This encouraged the conversion of agricultural lands and if it was not regulated, it may threatened food resilience. The Government had established LawSecara nasional, setiap tahun diperkirakan 80 ribu hektar areal pertanian hilang, berubah fungsi ke sektor lain atau setara 220 hektar setiap harinya (Anonim, 2013). Sementara itu, di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) lahan pertanian seluas 200 hektar setiap tahunnya beralih fungsi menjadi permukiman. Hal ini berdampak pada menurunnya produksi tanaman pangan, khususnya padi. Berdasarkan perhitungan, setiap satu hektar lahan yang ditanami padi rata-rata mampu memproduksi 10 ton gabah per tahun. Apabila alih fungsi lahan per tahunnya mencapai 200 hektar, berarti produksi gabah yang hilang mencapai 2.000 ton, sementara target produksi setiap tahun selalu mengalami peningkatan (Anonim, 2011).Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengimplementasikan UndangUndang Nomor 41 Tahun 2009, Pemerintah Provinsi DIY telah menetapkan Peraturan ABSTRAKKebutuhan lahan non pertanian cenderung mengalami peningkatan. Hal ini mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian dan apabila tidak dikendalikan dapat mengancam ketahanan pangan. Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan untuk mengendalikan alih fungsi lahan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifi kasi dan menganalisis perencanaan kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, kendala yang dihadapi serta strategi pemecahannya guna mewujudkan ketahanan pangan wilayah di Kabupaten Bantul.Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Kabupaten Bantul dipilih menjadi lokasi penelitian karena mengalami aktivitas alih fungsi lahan yang tinggi dan belum menetapkan regulasi untuk menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009. Informan dalam penelitian ini diambil melalui teknik purposive sampling yang merupakan penyusun perencanaan sekaligus pelaksana kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Bantul serta petani. Variabel penelitian difokuskan pada aspek alih fungsi lahan, kebijakan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, dan ketahanan pangan wilayah. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka.Hasil penelitian menunjukkan Pemerintah Kabupaten Bantul belum serius dalam mempersiapkan regulasi kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Sejauh ini telah dilakukan beberapa studi sebagai dasar penyusunan regulasi. Kendala utama terletak pada kebijakan penataan ruang yang telah disusun sebelumnya, pelanggaran hukum regulasi penataan ruang wilayah, alokasi anggaran perencanaan regulasi, interest groups, kesediaan petani dan ketersediaan lahan pertanian. Untuk memperkokoh ketahanan pangan wilayah, Pemerintah Kabupaten Bantul melakukan peninjauan kembali terhadap kebijakan penataan ruang, penegakkan hukum regul...
Information and Communication Technologies (ICTs) has been considered play an important role for supporting the need of new information and innovation for farmers. Extension and communication based ICTs in developing countries can be used for wider scope of activities including information related to various farming operations. This research discusses a new trend of emergence of ICTs in Bantul Regency for supporting daily life activities of farmer including agricultural activities. Research method of study was descriptive method. In general, farmers have been using television and radio with function for getting information, entertaining, and education. However, hand phone and smart phone to some extent have emerged as additional and important alternative media for farmer. The use of internet via smartphone has newly started to be utilized among farmer in Bantul Regency. Information on agriculture which accessed by farmers was still dominated by production aspect and marketing.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.