ABSTRAKTujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses penerapan model pembelajaran Mind Mapping pada mata pelajaran IPS tentang perkembangan teknologi di kelas IV SDN 54 Kota Parepare dan untuk meningkatkan hasil belajar IPS tentang perkembangan teknologi siswa kelas IV SDN 54 Kota parepare melalui penerapan model pembelajaran Mind Mapping. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah peneliti dan siswa kelas IV SDN 54 Kota Parepare, sebanyak 26 orang yang terdiri dari 11 laki-laki dan 15 perempuan dan peneliti. Data diperoleh melalui teknik tes, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dengan cara mengelompokan data aspek guru dan aspek siswa. ABSTRACK The purpose of this study is to determine the application of learning models Mind Mapping in social studies about the development of technology in class IV SDN 54 Parepare and to improve learning outcomes IPS about technological developments fourth grade students of SDN 54 City Parepare through the application of learning models Mind Mapping. The approach used in this study is a qualitative approach using classroom action research (PTK
Abstract. Daryono BS, Ramlah, Pabendon MB. 2020. Local food diversification of foxtail millet (Setaria italica) cultivars in West Sulawesi, Indonesia: A case study of diversity and local culture. Biodiversitas 21: 67-73. Foxtail millet (Setaria italica (L.) P.Beauv.) is one of the non-rice cereal crops that has long been domesticated in the world, including West Sulawesi-Indonesia as an alternative food crop instead of rice on local culture. Traditional millet cultivars may become an indispensable part of the local culture and traditions of millet-growing people across Asia over many generations. The existence of this germplasm in West Sulawesi Province, Indonesia has been observed morphologically and showed a close relationship with local culture. A total of six traditional millet cultivars (Tarreang) with different morphological characteristics have been found in this region and still preserved sustainably by the local farmers along with their local culture and traditions. The tradition of Sayyang pattu’duq may become a good example of this relationship. In this tradition, some traditional food is made by the local people like porridge tarreang, jelly tarreang, buras tarreang, jepa golla mamea, jepa anjoroi, dodol tarreang, also widely presented and used as a symbol in important ceremonies, such as celebrations in the month of Muharram, completed Al-Qur'an for children, weddings, births or show the baby's. This information may be useful as guidance for conservation and millet breeding programs in the future.
Bawang merah (Allium ascolonicum L.) ialah kelompok hortikultura yang mempunyai banyak khasiat, serta ialah salah satu dari 10 komoditas hortikultura yang difokuskan pengembangannya di Indonesia. Produksi Bawang Merah di Kabupaten Enrekang pada tahun 2018 sebanyak 73. 58 ton, tetapi terjadi penerunan dari tahun 2017 sebesar 111. 61 ton. Salah satu gangguan di dalam upaya kenaikan produksi bawang merah ialah terdapatnya penyakit tumbuhan yang diakibatkan oleh cendawan. Tujuan riset untuk mengenali tipe serta morfologi cendawan patogen pada tumbuhan bawang merah di Kabupaten Enrekang. Studi dilakukan di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Universitas Hasanuddin. Prosedur Peneliatan adalah : (a) Pengambilan tanaman bergejala memakai tata cara Purpossive Randomized Sampling( b) Persiapan Media tumbuh, yaitu Media PDA( Potato Dextro Agar),( c) Isolasi serta Identifikasi Cendawan. Hasil peneilitian memperlihatkan corak koloni pada pengamatan makroskopis yaitu bercorak putih, kream dan keunguan, serta pengamatan mikroskopis menampilkan makrokonidia semacam bulan sabit yang memanjang, ataupun berupa pipih memanjang dengan kedua ujungnya runcing serta mempunyai 2- 3 sekat, mikrokonidia lonjong, panjang, bagian tengah ramping serta kedua ujung tumpul, serta terdapat pula yang berupa oval. Isolat yang diperoleh disimpulkan sebagai tipe Fusarium oxysporum pemicu penyakit moler pada tumbuhan bawang merah di Kabupaten Enrekang.
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari). Dua kriteria penting harus ada yaitu buang air besar cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire. Upaya pencegahan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Matakali untuk mengatasi peningkatan kasus diare yaitu penyehatan lingkungan dan penyuluhan yang dilakukan di setiap umur baik balita sampai dengan lansia dengan menggunanakan alat seperti poster, leaflet, lembar balik penyuluhan dan memberikan pelatihan kepada kader posyandu sedangakan penyehatan lingkungan yang dilakukan oleh petugas kesling yaitu memeriksa kantin sehat disekolah, memeriksa air bersih di masyarakat, penyuluhan dengan pengelolaan sampah yang baik dan mengawasi kepemilikan jamban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program penanggulangan diare di Puskesmas Matakali dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan penelitian berjumlah 4 orang yaitu Kepala Puskesmas, P2p diare, Sanitarian dan masyarakat yang terkena kasus diare. Analisis data yaitu reduksi data, tampilan data dan kesimpulan gambar/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program penanggulangan diare dilaksanakan, hambatan yang didapatkan yaitu adanya rangkap jabatan oleh petugas diare, kurangnya alat penyuluhan, kurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pencegahan diare dan masyarakat yang menganggap penyakit diare tidak terlalu bahaya serta masih percaya dengan kebiasaan-kebiasaan terdahulu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah peran dari tenaga kesehatan sangat dibutuhkan agar program diare dapat berjalan secara optimal, rendahnya partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan seperti pengolahan sampah dan penggunaan jamban yang masih belum menyeluruh.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis berdasarkan prosedur Polya yang terdiri dari empat tahap yakni: (1) pemahaman masalah, (2) perencanaan penyelesaian, (3) penyelesaian masalah, (4) pemeriksaan kembali. Subjek penelitian adalah empat siswa yang memiliki level pemecahan masalah yang berbeda. Adapun teknik analisis datanya menggunakan pengumpulan data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan. Instrumen yang digunakan peneliti ialah tes uraian pemecahan masalah, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan sangat baik kurang teliti dalam menuliskan unsur yang ditanyakan dan diketahui, siswa pada level baik kurang teliti dalam merencanakan penyelesaian, siswa pada level cukup memiliki kesulitan pada saat merencanakan, melakukan perhitungan dan menyimpulkan. Sedangkan pada siswa level kurang, semua unsur pada tahap Polya tidak terpenuhi, dalam artian lain siswa mengalami kesulitan pada semua tahap Polya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah matematis siswa beragam dan memiliki kesulitan pada bagain-bagian tertentu, oleh karenanya diharapkan guru mampu melatih siswa dalam proses pembelajaran, melakukan pembelajaran yang lebih efektif sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.Kata kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Prosedur Polya
Plant genetic diversity is an emerging variation in a crop group caused by its genetic factors. Local corn germplasm as a source of plant genes that are able to adapt to the local environment. The purpose of this research is to obtain information on genetic variation of Tana Toraja local maize germ plasm using SSR (Simple Sequence Repeat) marker. This research was conducted at Balitsereal Molecular Biology Laboratory, Agricultural Research Agency in Maros Regency, South Sulawesi. A total of 4 local maize populations were analyzed by laboratory experimental method with observation with NTSYS pc 2.1 program. The results showed that the average number of alleles was 3.72 alleles per locus and the polymorphism rate of 0.53 with the genetic similarity coefficient was in the range of 0.47 to 0.85. 2 main clusters formed in the genetic similarity coefficient 0.47. Klaster I is Local DallePondan and Local Purple. Klaster II is Local Bebo and Kandora. The genetic distance is in the range of 0.15 to 0.74 with an average genetic distance of 0.46. From the data obtained shows that the 4th germplasm of the population of Tana Toraja Local maize diteleti has a very informative level of genetic diversity. Genetic diversity of local maize germplasm of Tana Toraja, can be used as a source of genes in the assembly of improved varieties in the future.
Behind this study is diversity of Broadleaf Weed Species in corn plantation. The aims of this research to determine the Diversity of Broadleaf Weed Species at corn (Zea mays L.) plantation, at Desa Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur.This research used a square method, which is manufacture of plots with a zise 2 x 2 m as much as 9 plots. Weeds found in the plot were identified and subsequently performed the calculation of aech species in each plot. The results showed that founded 11 species in 10 families. The highest dominance value in sequence, that is: Hedyotis corymbosa L. (28,03%), Phyllantus niruri Klein ex Willd. (16.97%), Ageratum conyzoides L. (12.40%). and the lowest are: Hyptis capitata Jacq. (1,59%). Weed diversity is heterogeneous, which means there is no one Broadleaf Weed Species was the dominance value of more than 80%. Further research required regarding diversity grass weed classes and nut grass was founded on corn plantation in a wider scale and the effect on corn production.
Posyandu akan meningkatkan kinerja kader Posyandu. Namun permasalahan yang terjadi adalah masih banyak kader yang kurang termotivasi dalam kegiatan Posyandu. Persentase kader aktif secara nasional adalah 69,2% dan angka drop out kader sekitar 30,8%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kinerja kader Posyandu di Kecamatan Bulo. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain observasional (cross sectional). Populasi adalah seluruh kader Posyandu di Kecamatan Bulo sebanyak 53 kader dan sampel adalah total sampling sebanyak 53 kader. Variabel dalam penelitian ini adalah tanggung jawab, insentif, hubungan kerja dan prosedur kerja kader Posyandu. Instrument yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis univariat dan bivariate dengan menggunakan uji Chi-square dengan dengan α = 0,05. Dari hasil analisis bivariat ada variabel berhubungan dan tidak berhubungan dengan kinerja kader Posyandu. Berdasarkan tanggung jawab diperoleh p value = 1,000 > α = 0,05, insentif diperoleh p value = 0,005 < α = 0,05, hubungan kerja diperoleh p value= 0.005 < α = 0,05 dan prosedur kerja diperoleh p value = 0,031 < α = 0,05. Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan tanggung jawab dengan kinerja kader Posyandu dan terdapat hubungan insentif, hubungan kerja dan prosedur kerja dengan kinerja kader Posyandu. Posyandu yang ada didaerahnya karena Posyandu merupakan pelayanan dasar yang dapat mendeteksi penyakit balita serta ibu hamil secara cepat.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.