Riskesdas (2013), reported the prevalence of Diabetes Mellitus (DM) in Indonesia based on interviews showed an increase from 1.1 percent (2007) to 2.1 percent in 2013. The International Diabetes Federation (IDF) estimates that DM patients in Indonesia in 2020 amount to 178 million people above 20 years and assuming DM prevalence of 4.6% will be obtained 8.2 million DM patients. Lampung Provincial Health Office Data (2015), DM patients in Lampung Province in 2015 totaled 26,791 people. This number increased compared to 2014 totaling 24,238 people, and in 2013 which amounted to 23,783 people. One of the most common complications of diabetes mellitus is a diabetic foot (diabetic foot), which can manifest as ulcer, infection, and gangrene and Charcot arthropathy. This study was to determine the effect of foot gymnastics on blood glucose levels and ABI values of DM patients. The research design was quasy-experimental with pre and post-test group design data collection. The number of respondents was 80 respondents consisting of 40 groups intervention and 40 control groups. Data were analyzed using T-test. The results were 0.008; 0.002; 0,000; and 0,000. There was a difference between blood glucose levels before and after the intervention. Suggestion for DM sufferers to be able to do foot exercises regularly 3 times a week to prevent blood control and prevent blood circulation disorders.
Prevalensi nasional hipertensi berdasarkan Riskesdas 2018 sebesar 34,11%. Hipertensi menyebabkan komplikasi penyakit jantung, stroke, gangguan ginjal, dan meningkatkan angka kematian. Faktor risiko hipertensi antara lain: perilaku dan kebiasaan sehari-hari yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, kebiasaan merokok dan minum minuman yang mengandung alkohol. Tujuan kegiatan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat ini adalah (1) meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko hipertensi serta dampak merokok, (2) memberdayakan masyarakat dalam upaya mencegah hipertensi, dan (3) mengadvokasi masyarakat untuk berperan aktif menerapkan promosi kesehatan melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Lokasi kegiatan di desa Akeguraci kecamatan Oba Tengah Kota Tidore Kepulauan. Hasil evaluasi diperoleh peningkatan pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko hipertensi sebesar 60,5%; pengetahuan tentang bahaya merokok sebesar 62,8% dan pengetahuan tentang PHBS sebesar 59,3%. Masyarakat mampu berpartisipasi dan memberdayakan diri pada kegiatan promosi kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan mereka
<p>Kecelakaan merupakan penyebab kematian kelima di dunia dan kedua di Indonesia. Hasil survei awal pelayanan gawat darurat di sepanjang jalan trans sumatera di Kabupeten Lampung Selatan sebagian besar belum memenuhi standar. Rancangan penelitian adalah penelitain deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subyek yang dijadikan informan adalah petugas kesehatan, petugas nonkesehatan dan pimpinan puskesmas di daerah rawan kecelakaan Kabupaten Lampung Selatan. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara mendalam dan observasi. Selanjutnya data dianalisis melalui tiga tahapan meliputi <em>data reduction</em>, <em>data display</em>, dan <em>conclusion or verification</em>. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa jumlah dan kualifikasi pendidikan petugas kesehatan sebagian besar sudah sesuai dengan standar. Sedangkan dari segi kompetensi dalam melakukan pertolongan kegawatdaruratan sebagian masih kurang, dimana masih banyak petugas kesehatan di puskesmas belum mendapatkan pelatihan dasar kegawatdaruratan seperti BTCLS. Hasi penelitian di atas merekomendasikan untuk dilakukan evaluasi terhadap kompetensi petugas kesehatan dalam penanganan korban trauma khususnya kecelakaan lalu lintas secara berkala sekurang-kurangnya setiap 2 tahun. Selain itu perlunya update pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan melalui pelatihan.</p>
<p><em>Bencana pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) merupakan bencana global yang berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat, dan banyak menimbulkan korban jiwa. Berbagai upaya dan strategi telah dilakukan untuk mencegah penularan dan penyebaran virus covid ini, baik di tingkat individu, keluarga dan masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat memegang peranan penting pada keberhasilan penanggulangan wabah ini. Tujuan penelitian untuk menganalisis kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi bencana COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Pengumpulan data menggunakan kuesioner kesiapsiagaan yang dikembangkan oleh LIPI-UNESCO, terdiri dari pengetahuan, rencana tanggap darurat, mobilisasi sumber daya dan peringatan dini bencana. Jumlah sampel sebanyak 160 responden, analisis menggunakan distribusi frekuensi untuk mengetahui gambaran kesiapan keluarga menghadapi bencana COVID-19. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum kesiapan keluarga menghadapi bencana COVID-19 masih rendah (62,5%). Pada aspek pengetahuan, sebanyak 43,8% keluarga masuk dalam kategori sedang, dan mayoritas (66,0%) memiliki rencana tanggap darurat yang rendah. Penelitian juga mendapatkan bahwa mayoritas keluarga memiliki mobilisasi dan peringatan dini bencana yang rendah (79,4% dan 81,3%). Keluarga belum memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana COVID-19, perlu menyiapkan keluarga melalui kegiatan pemberian informasi dan kegiatan-kegiatan sosialisasi terkait dengan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana</em></p>
Komunikasi di fasilitas kesehatan merupakan komunikasi komplek, tidak hanya komunikasi dengan tenaga kesehatan tapi juga dengan pasien, masyarakat dan juga peserta didik. Masalah komunikasi di Puskesmas Kedaton adalah belum adanya program peningkatan komunikasi efektif di pelayanan kesehatan, belum adanya program peningkatan komunikasi efektif untuk komunikasi dengan pasien/masyarakat, dan belum adanya program peningkatan komunikasi efektif untuk mahasiswa praktik. Berdasarkan pemaparan di atas perlu ada kerjasama, dalam rangka pengabdian masyarakat bagi Poltekkes Tanjungkarang dan program peningkatan mutu pelayanan bagi Puskesmas Kedaton.. Kegiatan meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, pelaporan dan publikasi. Tahap persiapan kegiatannya yaitu melakukan sosialisasi/persamaaan persepsi, pembentukan tim pokja, mengidentifikasi SOP komunikasi yang sudah dimiliki, mengidentifikasi media komunikasi penyuluhan yang diperlukan (leaflet). Tahap pelaksanaan meliputi menyusun pedoman komunikasi efektif, melakukan role play, bimbingan teknis komunikasi tulisan (pendokumentasian catatan perkembangan pasien terintegrasi) dan membuat video komunikasi efektif di pelayanan kesehatan. Tahap pelaporan yaitu menyusun laporan pengabdian masyarakat, presentasi hasil dan mengumpulkan laporan kegiatan. Kesimpulan komunikasi efektif di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi komunikasi antar petugas kesehatan, komunikasi dengan pasien dan masyarakat serta komunikasi dengan peserta didik. Saran merencanakan monitoring dan supervisi untuk menjamin keberlangsungan dan budaya komunikasi efektif, tidak hanya di dalam Gedung puskesmas tetapi juga pelayanan di luar Gedung degan memanfaatkan output kegiatan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.