This paper seeks to explain the moral development of early childhood in the view of Lawrence Kohlberg. Research on Kohrlberg's development so far has been more targeted at the development of elementary age students to adults. This paper tries to analyze moral development at an early age, or age 4-6 years. Early Childhood according to Kohrlberg experienced a phase of moral development in the first stage (pre-conventional phase). In this period the child's moral development is influenced by the behavior of adults around the child (role model). The moral development of children does not occur suddenly but is attempted and intentional, in other words to achieve moral development in early childhood it is necessary to have moral education for early childhood. The interesting thing is that this moral development is always biased with a sense of injustice. Lawrence Kohlberg suggested that in conducting moral education should always be done with a sense of justice. Because justice is a major recognition of the same level and position, and become the most basic and general measuring tool. This discussion uses the method of library research. The results of this study indicate that educators (teachers) especially in early childhood in understanding the moral development of children, in addition to going through stages of moral development must also pay attention to justice in applying the stages of moral development.Keywords: Thought Lawrence Kohlberg, Early Childhood, Education Abstrak Tulisan ini berusaha menjelaskan tentang perkembangan moral anak usia dini dalam pandangan Lawrence Kohlberg.Penelitian tentang perkembangan Kohrlberg selama ini lebih banyak menyasar pada perkembangan peserta didik usia dasar sampai dewasa.Tulisan ini mencoba menganalisis perkembangan moral pada usia dini, atau usia 4-6 tahun. Anak Usia Dini menurut Kohrlberg mengalami fase perkembangan moral pada tahap yang pertama (fase pra konvensional). Pada masa ini perkembangan moral anak dipengaruhi oleh perilaku orang dewasa disekitar anak (suri tauladan). Perkembangan moral anak tidak terjadi dengan tiba-tiba tapi diusahakan dan disengaja, dengan kata lain untuk mencapai perkembangan moral anak usia dini maka perlu adanya pendidikan moral untuk anak usia dini. Hal yang menarik adalah bahwa perkembangan moral ini selalu biasdengan rasa ketidakadilan. Lawrence Kohlberg menyarankan dalam melakukan pendidikan moral hendaknya selalu dilakukan dengan rasa keadilan.Karena keadilan adalah suatu pengakuan utama terhadap tingkat dan kedudukan yang sama, dan menjadi alat ukur yang paling dasar dan umum.Pembahasan ini memakai metode penelitian kepustakaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendidik (guru) terutama pada anak usia dini dalam memahmi perkembangan moral anak, disamping melalui tahapan-tahapan perkembangan moral juga harus memperhatikan keadilan dalam menerapkan tahapan perkembangan moral.Kata kunci: Pemikiran Lawrence Kohlberg, Anak Usia Dini, Pendidikan
There are many theories about human development, one of which is Jean Piaget's theory of development, this theory will be discussed by researchers how the Basic Concepts of Cognitive Development in Early Childhood According to Jean Piaget. Studying the theory of cognitive development will be the basis for understanding every step of cognitive development, especially in early childhood. Piage describes the concepts used in children's cognitive processes and how the stages of cognitive development in children are. This time the research was conducted through the library method which is a method of searching, collecting and analyzing data sources in books, scientific articles and scientific sources.
Penggunaan teknologi yang tidak semestinya mengakibatkan adanya digital kidnapping, cyberbulllying, child grooming, kecanduan gawai, pornografi, bahaya kesehatan dan radiasi. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa buku ajar digital parenting sebagai strategi perlindungan anak. Metode yang dipakai adalah penelitian dan pengembangan (RND) mengacu pada model pengembangan 4-D (define, design, develop dan desseminate). Produk divalidasi pakar media dan pakar ahli materi serta diuji cobakan kepada 15 orang tua anak selama 1 bulan. Teknik Pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi, angket, wawancara dan dokumentasi. Analisis tahap pertama dengan analisis deskriptif dan teknik analisis kualitas produk adalah analisis data deskriptif kuantitatif. Pengembangan isi buku yaitu bahaya dunia online, konsep digital parenting, pengasuhan anak, bersahabat dengan media digital dan sinergi peran dari orang tua dan sekolah dalam melindungi anak. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa buku yang dinyatakan layak digunakan dengan hasil dari ahli media 85%, ahli materi 82%, pengguna 88,3% dan nilai rata-rata 85,1%.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penerapan gaya pengasuhan tiger parenting untuk perkembangan emosional anak-anak. Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan yang sumber utamanya berasal dari penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, baik dari karya ilmiah, hasil penelitian, buku, dan sumber data tambahan yang berasal dari pengamatan. Gaya pengasuhan yang dianalisis adalah gaya pengasuhan tiger parenting. Dari gaya pengasuhan yang dianalisis, hasilnya menunjukkan bahwa perkembangan emosional secara khusus memiliki lebih banyak efek negatif daripada efek positif seperti anak-anak yang tidak bahagia, jarang bersenang-senang, sedih karena mereka terus-menerus ditekan, merasa kurang memiliki wewenang dalam hidup mereka sendiri karena semuanya terus diarahkan oleh orang tua, sampai yang terburuk adalah gejala depresi.
Regional languages are cultural heritage that must be preserved. In the midst of such rapid developments, the habit of using Javanese language is an alternative to maintain the sustainability of regional culture. It's not surprising that many parents get used to the Javanese language to communicate with their children, both Javanese as the main language, or it is deliberately used for children, because getting children to use Javanese, especially the ability to use Javanese manners is easier if you get used to it from an early age. This study aims to analyze Javanese language habituation towards early childhood language development through literature study. The sources of this research are journals and books related to the theme. From this research, it can be concluded that Javanese language habituation is included in the scope of bilingualism which according to previous research will slow children's language development. one of the languages that the child learns will be weak because the child is dominant in the language he encounters more often.Keywords: Javanese language, early childhood, language development. AbstrakBahasa daerah merupakan warisan budaya yang harus dijaga eksistensinya. Di tengah perkembangan zaman yang begitu pesat, pembiasaan berbahasa jawa menjadi salah satu alternatif untuk menjaga keberlangsungannya budaya daerah. Tidak heran banyak orang tua yang membiasakan bahasa jawa untuk berkomunikasi dengan anak, baik bahasa jawa sebagai bahasa utama, maupun memang sengaja dibiasakan untuk anak, karena membiasakan anak menggunakan bahasa jawa terutama kemampuan menggunakan bahasa jawa krama lebih mudah apabila dibiasakan sejak dini. Penelitian ini bertujuan menganalisis pembiasaan berbahasa jawa terhadap perkembangan bahasa anak usia dini melalui studi literatur. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka atau library research, yaitu penelitian yang bersumber dari jurnal dan buku yang terkait dengan tema. Literatur yang ditemukan kemudian digunakan untuk mengisi celah pada penelitian sebelumnya. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwasannya pembiasaan berbahasa jawa termasuk dalam lingkup bilingual yang menurut penelitian terdahulu akan memperlambat perkembangan bahasa anak. salah satu bahasa yang dipelajari anak akan lemah karena anak dominan terhadap bahasa yang lebih sering ia temui.Kata kunci: Bahasa Jawa, anak usia dini, perkembangan bahasa.
Teori perkembangan kognitif Piaget merupakan teori yang telah banyak digunakan oleh para ahli, namun teori pada tahapan perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget tidak semuanya sesuai dengan apa yang disampaikan dan banyak menuai kritikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkritik teori perkembangan kognitif menurut Piaget pada tahapan tingkat usia dasar. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi, serta melakukan teknik analisis data melalui cara mereduksi, menyajikan data dan menarik kesimpulan serta pengujian triangulasi. Penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Nirwana dan yang menjadi subjek adalah peserta didik dengan rentang usia 6-12 tahun atau anak yang sedang dibangku usia dasar. Hasil dari penelitian pada siswa SD N 1 Nirwana menunjukkan bahwa perkembangan intelektual pada peserta didik tidak bisa disama ratakan sebab masing-masing anak mempunyai tingkat kognitif yang berbeda. Pada anak yang berusia sekolah dasar, yaitu usia 6-12 tahun berada pada tahapan operasional konkret dan abstrak. Sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan kritikan terhadap teori perkembangan kognitif Piaget bahwa setiap anak memiliki proses perkembangan yang tidak sama dan pada anak usia sekolah dasar tidak hanya pada tahap konkret tetapi juga mampu untuk berpikir pada tahap operasional formal.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.