Keselamatan rumah sakit saat ini telah menjadi isu global. Terdapat lima komponen penting yang terkait dengan keselamatan rumah sakit yang salah satunya adalah keselamatan pasien. Keselamatan pasien dipengaruhi oleh bagaimana budaya individu dan sistem yang berjalan di dalam organisasi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis budaya keselamatan pasien di RSUD dr Rasidin Padang tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain penelitian mix method. Pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner AHRQ (Agency Health Research and Quality) tahun 2004 sedangkan penelitian kualitatif menggunakan pendekatan instrumental case study. Subjek penelitian adalah seluruh petugas kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien sebanyak 250 sampel. Data kualitatif didapatkan melalui indepth interview kepada informan untuk menggali secara mendalam hambatan penerapan budaya keselamatan pasien. Hasil penelitian menunjukkan dimensi yang paling tinggi respon positifnya adalah dimensi supervisi (78%) dan dimensi yang paling rendah adalah frekuensi pelaporan (31%). Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan budaya keselamatan pasien adalah perilaku dari petugas kesehatan dan dukungan dari manajemen yang belum maksimal. Rekomendasi yang diberikan adalah pembentukan tim KPRS, edukasi dan monitoring evaluasi.
HIV/AIDS memiliki risiko yang besar ditularkan melalui hubungan seksual termasuk Wanita Pekerja Seksual (WPS) dan pelanggannya karena melakukan perilaku seksual yang tidak aman. Meningkatnya prevalensi HIV/AIDS pada WPS di Indonesia berhubungan dengan rendahnya perilaku pencegahan yang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan pendekatan mix method, pendekatan kuantitatif menggunakan cross sectional dengan sampel 50 WPS dari berbagai kalangan di Kota Padang, analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-square. Pendekatan kualitatif dengan indepth interview kepada 10 informan yang terdiri dari WPS, mucikari, dan petugas. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar WPS di Kota Padang memiliki perilaku pencegahan yang baik (66%), faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang adalah pendidikan (p= 0,024), pengetahuan (p= 0,002), sikap (p= 0,001), dukungan teman sesama WPS (p= 0,027) dan dukungan petugas (p= 0,013). Kondom tersedia di lokasi hotspot WPS, baik itu dibeli sendiri oleh WPS maupun didapatkan secara gratis dari KPA Kota Padang. Akan tetapi tidak semua WPS selalu menggunakan kondom saat berhubungan seksual dengan pelanggan, dikarenakan adanya permintaan dari pelanggan dan kurangnya kenyamanan saat menggunakan kondom. Hal tersebut membuktikan lemahnya posisi tawar WPS kepada pelanggan dalam penggunaan kondom.
AbstrakKeselamatan rumah sakit saat ini telah menjadi isu global. Terdapat lima komponen penting yang terkait dengan keselamatan rumah sakit yang salah satunya adalah keselamatan pasien. Keselamatan pasien dipengaruhi oleh bagaimana budaya individu dan sistem yang berjalan di dalam organisasi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis budaya keselamatan pasien di RSUD dr Rasidin Padang tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain penelitian mix method. Pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner AHRQ (Agency Health Research and Quality) tahun 2004 sedangkan penelitian kualitatif menggunakan pendekatan instrumental case study. Subjek penelitian adalah seluruh petugas kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien sebanyak 250 sampel. Data kualitatif didapatkan melalui indepth interview kepada informan untuk menggali secara mendalam hambatan penerapan budaya keselamatan pasien. Hasil penelitian menunjukkan dimensi yang paling tinggi respon positifnya adalah dimensi supervisi (78%) dan dimensi yang paling rendah adalah frekuensi pelaporan (31%). Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan budaya keselamatan pasien adalah perilaku dari petugas kesehatan dan dukungan dari manajemen yang belum maksimal. Rekomendasi yang diberikan adalah pembentukan tim KPRS, edukasi dan monitoring evaluasi. Kata Kunci: budaya keselamatan pasien, rumah sakit, petugas kesehatan Abstract Safety hospital has became a global issue. There are five important component related to safety in hospitals patient safety is one of them. Patient safety was influenced by individual culture and systems running within the organization. The objective of this study was to analyze the description of patient safety culture at dr. Rasidin Hospital in 2018. This study used mixed method research design. The quantitative approach used AHRQ (Agency Health Research and Quality) 2004 questionnaire. The research subjects were 250 health workers who had direct contact with patient. A qualitative approach used in-depth interviews to find barriers on patient safety implementation. The result shows that the highest dimension of the positive response percentage was supervision dimension, 78%, and the lowest dimension percentage of positive response is reporting frequency. The obstacles encountered in implementing a patient safety culture were the behavior of health workers and lack of support from management. For this reason the recommendations given were establishment of patient safety teams, education and evaluation monitoring.
AbstrakMasalah HIV/AIDS di Indonesia diyakini bagaikan fenomena gunung es karena laporan resmi jumlah kasus tidak mencerminkan masalah yang sebenarnya. Prediksi besar masalah HIV/AIDS tersebut didasarkan atas jumlah penyalahgunaan narkotika suntik dan prostitusi yang tinggi. Keduanya merupakan faktor utama yang berperan sangat besar dalam penyebaran dan penularan HIV. Berbagai faktor risiko tersebut tidak hanya berkaitan dengan pelayanan kesehatan tetapi juga dengan masalah sosial ekonomi. Permasalahan tersebut perlu diatasi dengan pendekatan pelayanan kesehatan primer komprehensif yang langsung menyentuh akar permasalahan mencakup masalah sosial ekonomi dan lingkungan kultural. Strategi tersebut dilakukan melalui berbagai langkah yang bersifat menyeluruh, meliputi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif dengan partisipasi dan kerja sama yang luas yang melibatkan berbagai sektor dan organisasi non pemerintah dan masyarakat. Beberapa langkah yang harus dilakukan meliputi edukasi dan promosi, pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau. Selain itu yang juga tidak kalah pentingnya adalah pengentasan kemiskinan melalui peningkatan lapangan kerja dan kelibatan partisipasi masyarakat. Kata kunci : HIV/AIDS, pelayanan kesehatan komprehensifAbstract HIV/AIDS problem in Indonesia is considered as iceberg phenomenon, where the reported cases in the government official record do not represent the real situation. This prediction is based on high number of vulnerable groups such as sexual workers and injecting drug users. These factors are not only related to healthcare services but also social economic structure. Therefore, to address this problem, comprehensive Primary Health Care (PHC) must be implemented. The comprehensive PHC concerns on underlying problem which includes socioeconomic issues and environment problems. This strategy is conducted through holistic activities from preventive, promotive, curative and rehabilitative through collaboration with other sectors and community involvement. Based on underlying HIV/AIDS problem in Indonesia, there are several strategies that should be done to address the problem, such as education campaign, addressing poverty issue, equitable health services and community participation.
AbstrakSecara patofisiologis syok merupakan gangguan hemodinamik yang menyebabkan tidak adekuatnya hantaran oksigen dan perfusi jaringan. Gangguan hemodinamik tersebut dapat berupa penurunan tahanan vaskuler sitemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung. Gangguan faktor-faktor tersebut disbabkan oleh bermacam-macam proses baik primer pada sistim kardiovaskuler, neurologis ataupun imunologis. Diantara berbagai penyebab syok tersebut, penurunan hebat volume plasma intravaskuler merupakan faktor penyebab utama. Terjadinya penurunan hebat volume intravaskuler dapat terjadi akibat perdarahan atau dehidrasi berat, sehingga menyebabkan yang balik ke jantung berkurang dan curah jantungpun menurun. Penurunan hebat curah jantung menyebabkan hantaran oksigen dan perfusi jaringan tidak optimal dan akhirnya menyebabkan syok. Pada tahap awal dengan perdarahan kurang dari 10%, gejala klinis dapat belum terlihat karena adanya mekanisme kompensasi sisitim kardiovaskuler dan saraf otonom. Baru pada kehilangan darah mulai 15% gejala dan tanda klinis mulai terlihat berupa peningkatan frekuensi nafas, jantung atau nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah, penurunan tekanan nadi, kulit pucat dan dingin, pengisian kapiler yang lambat dan produksi urin berkurang. Perubahan tekanan darah sistolik lebih lambat terjadi akibat adanya mekanisme kompensasi tadi, sehingga pemeriksaan klinis yang seksama harus dilakukan.Kata kunci: syok, hipovolemik dan patofisiologiAbstractShock is hemodynamic disorders, which causes inadequate oxygen delivery and perfusion. The hemodynamic disorders can be decreasing of systemic vascular resistant, venous return, ventricular filling and inadequate of cardiac output. The disorders are caused by cardiovascular dysfunction, neurologic or immunologic factors. Intravascular volume loss is one of the main factors, which is caused by severe dehydration or bleeding. These conditions lead to decreasing of venous return and cardiac output that cause inadequate oxygen delivery and perfusion. The homeostatic defence mechanism can compensate the cardiovascular function with the blood loss up to 10%. The clinical symptoms appears when the blood loss 15%, such as tachypnoea, tachycardia, weak of pulse, decreasing of mean arterial pressure, skin pale and cold, decreasing refilling capillary and urine production. Due to the compensation mechanism, alteration of systolic blood pressure is relatively late; therefore, thorough and complete clinical assessment is necessary.Keywords: shock, hypovolemic and pathophysiology
AbstrakInfeksi yang terjadi di rumah sakit disebut juga infeksi nosokomial atau Hospital Acquired Infections (HAI's) merupakan problem yang serius bagi kesehatan masyarakat. HAI's merupakan infeksi yang didapat pasien selama menjalani prosedur perawatan dan tindakan medis di pelayanan kesehatan setelah ≥ 48 jam dan setelah ≤ 30 hari setelah keluar dari fasilitas kesehatan. Berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari masyarakat/komunitas (Community Acquired Infection) atau dari rumah sakit (Healthcare-Associated Infections/HAIs).Tujuan penelitian ini adalah melihat gambaran umum pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit Umum X. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS) sangat penting karena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit juga untuk melindungi pasien, petugas, pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya infeksi. Infeksi yang terjadi di rumah sakit tidak saja dapat dikendalikan tetapi juga dapat dicegah dengan melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan prosedur dan pedoman yang berlaku. Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit perlu diterapkan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan, pelatihan, monitoring dan evaluasi. Kata kunci: pencegahan dan pengendalian infeksi, HAI's, rumah sakit AbstractInfections that occur in hospitals are also called nosocomial infections or Hospital Acquired Infections (HAI's) is a serious problem for public health. HAI is an infection that patients get during undergoing treatment procedures and medical procedures in health services after ≥ 48 hours and after ≤ 30 days after leaving a health facility. Based on the source of infection, the infection can come from the community/community (Community Acquired Infection) or from the hospital (Healthcare-Associated Infections/HAIs). The objective of this study was to see an overview of the implementation of the infection prevention and control program at X General Hospital. Infection prevention and control in hospitals (PPIRS) is very important because it describes the quality of hospital services also to protect patients, officers, visitors and families from the risk of infection. Infections that occur in hospitals can not only be controlled but can also be prevented by taking steps that are in accordance with the procedures and guidelines that apply. To minimize the risk of infection in a hospital, it is necessary to implement an Infection Prevention and Control (PPI) program, an activity that includes planning, implementation, guidance, education, training, monitoring and evaluation.
<span>Non-Communicable </span><span lang="EN-US">disease has already been the main cause of death in many countries, as many as 57 million death in the world in 2008, 36 million (63%) is because of un-infectious disease, specifically heart illness, diabetes, cancer, and chronic r<span class="shorttext">espiratory diseases</span></span><span class="shorttext"><span>.</span><span lang="EN-US"> Prevention and controlling efforts of un-infectious diseases developing in Indonesia is </span></span><span>non-communicable </span><span lang="EN-US">disease integrated development post (P</span><span>ospindu </span><span lang="EN-US">PTM</span><span>)</span><span lang="EN-US">. This research used combination method approach with exploratory design. Exploratory design with sequential procedure used combination consecutively, the first is qualitative and the second is quantitative method. <span class="shorttext">P</span><span class="alt-edited">ublic Health Center</span> formed Posbindu PTM has not disseminate yet to all stakeholders</span><span>. </span><span lang="EN-US">P</span><span>osbindu </span><span lang="EN-US">PTM members felt benefit by following this activity. Some of them did not know follow the activity because of unknown about it. </span><span>T</span><span lang="EN-US">here was <span class="alt-edited">connection between coming behavior to P</span></span><span class="alt-edited"><span>osbindu</span><span lang="EN-US"> PTM to </span></span><span lang="EN-US">preventing behavior of </span><span>non-communicable</span><span lang="EN-US"> disease.</span><span lang="EN-US">Percentage for high blood pressure risk indicated 20-25% from all visitors. <span class="shorttext">Formulation of its policy implementation started with stakeholder analysis; head of sub district, head of urban village, head of health department in regency/city, head of public health service, head of neighborhood Association, and the head of </span>family welfare development. Analysis of perception, <span class="shorttext">power and authority found that every stakeholder had </span><span class="alt-edited">authority to manage the member directly or indirectly. It was not implemented because of the lack knowledge of stakeholders about the P</span></span><span class="alt-edited"><span>osbindu</span><span lang="EN-US"> PTM function.</span><span lang="EN-US">They would play a role after knowing the aim and advantage of the post by </span></span><span lang="EN-US">motivate the people to do early det</span><span>e</span><span lang="EN-US">ction, prevention and control the </span><span>non-communicable</span><span lang="EN-US"> disease. The members were given wide knowledge about early detection, preventing and control the un-infectious disease, measuring and checking up their healthy continuously so that keep feeling the advantage of coming to the post.</span>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.