2009
DOI: 10.21109/kesmas.v3i5.216
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

HIV/AIDS di Indonesia : Fenomena Gunung Es dan Peranan Pelayanan Kesehatan Primer

Abstract: AbstrakMasalah HIV/AIDS di Indonesia diyakini bagaikan fenomena gunung es karena laporan resmi jumlah kasus tidak mencerminkan masalah yang sebenarnya. Prediksi besar masalah HIV/AIDS tersebut didasarkan atas jumlah penyalahgunaan narkotika suntik dan prostitusi yang tinggi. Keduanya merupakan faktor utama yang berperan sangat besar dalam penyebaran dan penularan HIV. Berbagai faktor risiko tersebut tidak hanya berkaitan dengan pelayanan kesehatan tetapi juga dengan masalah sosial ekonomi. Permasalahan tersebu… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1
1

Citation Types

0
3
0
4

Year Published

2011
2011
2021
2021

Publication Types

Select...
5
1

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 7 publications
(7 citation statements)
references
References 7 publications
(14 reference statements)
0
3
0
4
Order By: Relevance
“…Salah satu aspek kesehatan pada akhir abad ke-20 yang merupakan bencana bagi manusia adalah munculnya infeksi yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) (Hardisman 2009 Peningkatan jumlah kasus HIV dan AIDS ini dihubungkan dengan minimnya tingkat pencegahan dari para pelaku seks, misalnya keterbatasan informasi yang didapat seputar tindakan pencegahan HIV dan AIDS (khususnya bagi LSL mengingat stigma yang melekat pada mereka sebagai kelompok yang agak berbeda dari masyarakat pada umumnya) dan rendahnya penggunaan kondom (Muntaen, 2015). Sekitar tahun 1989, yakni pada saat penyebaran virus HIV dan AIDS mulai merajalela tanpa ada yang bisa membendung, Thailand memberikan satu solusi dengan mensosialisasikan penggunaan kondom yang kemudian diimplementasikan di beberapa negara Asia, seperti Kamboja, Vietnam, China, Myanmar, Philipina, Mongolia dan Republik Laos.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Salah satu aspek kesehatan pada akhir abad ke-20 yang merupakan bencana bagi manusia adalah munculnya infeksi yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) (Hardisman 2009 Peningkatan jumlah kasus HIV dan AIDS ini dihubungkan dengan minimnya tingkat pencegahan dari para pelaku seks, misalnya keterbatasan informasi yang didapat seputar tindakan pencegahan HIV dan AIDS (khususnya bagi LSL mengingat stigma yang melekat pada mereka sebagai kelompok yang agak berbeda dari masyarakat pada umumnya) dan rendahnya penggunaan kondom (Muntaen, 2015). Sekitar tahun 1989, yakni pada saat penyebaran virus HIV dan AIDS mulai merajalela tanpa ada yang bisa membendung, Thailand memberikan satu solusi dengan mensosialisasikan penggunaan kondom yang kemudian diimplementasikan di beberapa negara Asia, seperti Kamboja, Vietnam, China, Myanmar, Philipina, Mongolia dan Republik Laos.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Tenaga kesehatan harus memberikan penjelasan yang cukup agar ibu hamil menjalani tes atas kesadaran sendiri. [9][10][11][12][13][14][15][16] Hardisman, 17 menyatakan bahwa pentingnya peran pelayanan kesehatan dalam penanganan HIV dan AIDS diperlukan adanya edukasi dan promosi kesehatan yang dalam penelitian ini dapat difasilitasi oleh konseling kemudian dilanjutkan tes HIV. Jika ternyata terbukti positif HIV, maka diperlukan pengobatan yang tepat.…”
Section: Pembahasanunclassified
“…The public tends to be ashamed to express their complaints regarding reproductive organs, and often sex-related talks are still considered taboo. Uncovering disease that might otherwise be below "sea-level" by screening and early detection often allows for better disease control, and also increase public knowledge about STI will help to decrease the stigma among them [11].…”
Section: Discussionmentioning
confidence: 99%