Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS Pada Wanita Pekerja Seksual di Kota Padang

Abstract

HIV/AIDS memiliki risiko yang besar ditularkan melalui hubungan seksual termasuk Wanita Pekerja Seksual (WPS) dan pelanggannya karena melakukan perilaku seksual yang tidak aman. Meningkatnya prevalensi HIV/AIDS pada WPS di Indonesia berhubungan dengan rendahnya perilaku pencegahan yang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan pendekatan mix method, pendekatan kuantitatif menggunakan cross sectional dengan sampel 50 WPS dari berbagai kalangan di Kota Padang, analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-square. Pendekatan kualitatif dengan indepth interview kepada 10 informan yang terdiri dari WPS, mucikari, dan petugas. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar WPS di Kota Padang memiliki perilaku pencegahan yang baik (66%), faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada WPS di Kota Padang adalah pendidikan (p= 0,024), pengetahuan (p= 0,002), sikap (p= 0,001), dukungan teman sesama WPS (p= 0,027) dan dukungan petugas (p= 0,013). Kondom tersedia di lokasi hotspot WPS, baik itu dibeli sendiri oleh WPS maupun didapatkan secara gratis dari KPA Kota Padang. Akan tetapi tidak semua WPS selalu menggunakan kondom saat berhubungan seksual dengan pelanggan, dikarenakan adanya permintaan dari pelanggan dan kurangnya kenyamanan saat menggunakan kondom. Hal tersebut membuktikan lemahnya posisi tawar WPS kepada pelanggan dalam penggunaan kondom.

The Role of "Paguyuban Remaja Peduli Aids Sidoarjo" (Parpas) on Knowledge, Attitude, and Action for Hiv/Aids Prevention in Senior High Schools in Sidoarjo

“…This result also does not support research by Isni (2016), there is a significant correlation of support from health personnel to the behavior of mothers with HIV positive related to HIV/AIDS preventive activities transmitted by mothers to infants (pvalue = 0.010) and the odds ratio is 17. These results do not support research conducted by Yuliza, Hardisman, and Nursal (2019) where there is a correlation related to staffs' support for HIV/AIDS prevention behavior (p = 0.013). This result is also not supported by Nita and Hari (2016), which is the influence between knowledge of premarital free sex behavior in vocational teenagers in Surabaya.…”

Hubungan Peran Bidan dengan Pengetahuan Ibu Hamil dalam Layanan Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) Ibu Hamil

“…Selain itu, pengetahuan ibu hamil juga bisa didapatkan dengan cara masing-masing, misalkan secara kebetulan, pengalaman pribadi, akal sehat, induksi atau deduksi (Notoatmodjo 2010). Hasil dari penelitian ini didukung dengan adanya penelitian sebelumnya dari Wilda Tri Yuliza yang menyatakan bahwa petugas kesehatan merupakan sumber informasi yang paling dipercaya oleh responden tentang HIV AIDS (Yuliza, Hardisman, and Nursal 2019).…”

“…Dalam penelitian ini mayoritas ibu hamil mendapatkan informasi tentang HIV dan layanan tes HIV dari tenaga kesehatan seperti bidan, perawat maupun dokter sebagai sumber informasi terbanyak. Hal ini diperkuat dengan penelitian Wilda Tri yuliza yang menyatakan bahwa petugas kesehatan merupakan sumber informasi yang paling dipercaya oleh responden tentang HIV AIDS (Yuliza, Hardisman, and Nursal 2019). Faktor ekonomi bisa saja berperan dalam meningkatkan pengetahuan, di dalam penelitian ini mayoritas responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga lebih banyak waktu untuk bertemu dengan petugas kesehatan terutama dalam hal pemeriksaan kesehatan dibandingkan dengan ibu hamil yang bekerja.…”

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan Hiv/Aids Pada Wanita Pekerja Seks (Wps) Di Lokalisasi Kampung Jawa Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2021

“…melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang baik akan mengahasilkan perilaku yang baik pula seperti halnya orang yang memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS akan melakukan tindakan yang tepat dalam melakukan hubungan seksual (Yuliza, 2019).…”