Jahe merah kaya akan kandungan antioksidan dan bahan aktif, sehingga proses pengeringannya sebaiknya dilakukan dengan menggunakan suhu rendah. Pengeringan jahe merah pada suhu rendah dapat dilakukan dengan menggunakan cabinet dryer yang sumber pemanasnya berasal dari panas terbuang kondensor AC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji kinerja cabinet dryer dengan sumber pemanas berasal dari panas terbuang kondensor AC, pada pengeringan jahe merah, dan dengan beberapa tingkat beban pengeringan yang berbeda. Pengujian kinerja dilakukan dengan bahan jahe merah sebanyak 600, 900, dan 1200 gram yang kemudian dibagi ke dalam 6 buah rak pengering. Pengamatan dan analisis data meliputi suhu pengeringan, kelembaban udara, kadar air, laju pengeringan, panas yang digunakan untuk meningkatkan suhu bahan, panas yang digunakan untuk menguapkan air bahan, kebutuhan energi untuk proses pengeringan, serta efisiensi energi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cabinet dryer dengan sumber pemanas berasal dari panas terbuang kondensor AC mampu mengeringkan jahe merah hingga mencapai kadar air 9.24-10.71% sesuai dengan standar SNI, dengan waktu pengeringan selama 6.5-8.7 jam. Energi yang terpakai untuk mengeringkan jahe merah berkisar antara 1281.67- 2583.86 kJ. Efisiensi pengeringan yang dicapai dari tiap perlakuan berkisar antara 14.04-21.15%.
Abstrak Krisis sumber daya manusia menjadi salah satu penyebab utama pembangunan desa kurang berkembang terutama dalam pengelolaan dan pengembangan BUMDes. Banyak usaha yang dikelola BUMDes tidak berjalan atau bahkan terhenti dikarenakan permasalahan pengurus BUMDes. Oleh karena itu, diperlukan proses rekrumen dan seleksi sumber daya manusia secara profesional agar memperoleh SDM yang berkualitas untuk mengelola BUMDes. Proses rekrutmen dilakukan secara internal sehingga menghasilkan dua belas calon pengurus BUMDes untuk diseleksi lebih lanjut melalui tes dan wawancara. Hasil rekrumen menetapkan tiga orang pelamar sebagai ketua, sekretaris dan bendahara BUMDes, serta tujuh orang pelamar menjadi anggota BUMDEs, sedangkan dua pelamar tidak masuk kedalam kepengurusan BUMDes. Kata Kunci: proses, hasil, rekrutmen, SDM, dan BUMDes, Rancabango. Abstract Human resources crisis is one of the main cause of underdeveloped villages in Indonesia, especially in BUMDes' management and development. Many businesses managed by BUMDes are not running well or even go bankrupt due to BUMDes' management staff problems. Therefore, it needs a professional human resources recruitment and selection process in order to obtain quality human resources to manage BUMDes. The recruitment process is carried out internally to bring forth twelve BUMDes management candidates for further selection process through tests and interviews. The result of the recruitment assigned three applicants as a chairman, secretary and treasurer of BUMDes, seven applicants appointed as BUMDEs' members, while two other applicants were not accepted into BUMDes’ structure. Keywords: process, result, recruitment, human resources, BUMDes Rancabango.
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji unjuk kerja pengering tenaga surya tipe efek rumah kaca pada pengeringan cabai dengan perlakuan low temperature long time (LTLT) blanching. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan kajian mengenai karakteristik pengeringan cabai yang dipengaruhi oleh perlakuan LTLT blanching, terutama pada kadar air, laju pengeringan, kecepatan pengeringan, dan kualitas warna. Pengujian dilakukan dengan cara mengeringkan cabai merah dengan pretreatment LTLT blanching yang dikombinasikan dengan perlakuan merotasikan rak pengering (R) dan tanpa merotasikan rak pengering (TR). Sebagai kontrol adalah cabai yang dikeringkan tanpa blanching dan tanpa merotasikan rak pengering (K). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan LTLT blanching yang dikombinasikan dengan merotasikan rak pengering (R) merupakan perlakuan yang terbaik, dengan kadar air akhir cabai kering sebesar 9,82% dan sesuai dengan standar SNI. Waktu pengeringan yang dibutuhkan adalah selama 5 hari. Warna cabai kering yang dihasilkan adalah yang terbaik dari dua perlakuan lainnya, dengan nilai L*, a*, dan b* untuk setelah proses LTLT blanching (sebelum proses pengeringan) dan setelah pengeringan berakhir (cabai kering) berturut-turut adalah 36,02, 38,22, 13,62, dan 32,44, 33,89, dan 10,19. Energi yang terpakai untuk pengeringan cabai adalah sebesar 596181 kJ. Perlakuan R ini juga menghasilkan efisiensi pengeringan terbaik, yaitu sebesar 34,01%.Performance of Green House Effect Type Solar Dryer in the Chillies Drying with Low Temperature Long Time Blanching TreatmentAbstract. This study aims to examine the performance of the greenhouse effect type solar dryer on drying chillies with low temperature long time (LTLT) blanching treatment. In addition, a study was also conducted on the characteristics of drying chillies and the final product affected by LTLT blanching treatment, especially in terms of moisture content, drying rate, drying speed, and color. Testing was performed by drying red chilli with LTLT blanching treatment, which was combined with the treatment of rotating dryer rack (R) and without rotating dryer rack (TR). As a control, chillies were dried without blanching treatment and without rotating dryer rack (K). The results show that the LTLT blanching treatment combined with rotating the drying rack (R) is the best treatment, with a final moisture content of 9.82% which is in accordance with SNI standards. The drying time needed is 5 days. The dried chilli color produced is the best of the other treatments, with values of L*, a*, and b* for after the LTLT blanching process and after drying ended, respectively 36.02, 38.22, 13.62, and 32.44, 33.89, 10.19. The energy used for drying chillies is 596181 kJ. This R treatment also produces the best drying efficiency, which is 34.01%.
Grain drying is a process to reduce grain moisture content to certain conditions, so the grain can last longer in storage. The grain dryer model used in this research was Indirect Type Solar Dryer (ITSD). In order to make this dryer can work at night, heating element that used electrical energy from solar panels was added. This energy is a renewable and environmentally friendly energy. This dryer was equipped with a temperature monitoring system and control of the photovoltaic heater. The results of temperature monitoring and voltage sensors to controlling photovoltaic heaters based on validation are categorized as work measurement tools, because they have an error of 0.5% – 2%. Whereas the relay works when the battery voltage is 11 - 10.9 V. This dryer can dry grain to reach a moisture content of 14.90% from initial moisture content of 48.46%. The drying process lasts for 11 hours, which is 7 hours using solar energy and 4 hours using photovoltaic heaters. The average temperature produced by dryer system during the drying process is 35.28 °C with a drying efficiency of 60.14%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode pengeringan terhadap mutu rumput laut eucheuma cottonii dalam pengolahan ATCC (alkali treated cottonii chips). Pengeringan dilakukan selama 3 hari dengan berat bahan 2000 gram untuk masing-masing rak. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu suhu dan kelembaban udara, dan laju pengeringan, sedangkan untuk analisis pengujiannya antara lain; kadar air, kadar abu, karagenan dan kekuatan gel. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh metode pengeringan terhadap mutu rumput laut Eucheuma cottonii dalam pengolahan ATCC yaitu memiliki kandungan karagenan dan kekuatan gel tertinggi pada metode tanpa merotasikan rak pada bagian bawah (rak no.9) dengan nilai 37,21% dan 25,3 g/cm2 untuk kekuatan gel. Hasil dari rata-rata nilai kadar air terendah terdapat pada metode Dangan merotasikan rak bagian atas (rak no.1) d Ngan nilai 2,94%. Rata-rata penurunan kadar air lebih cepat terjadi pada metode pengeringan dengan merotasikan rak pengering dibandingkan metode pengeringan tanpa merotasikan rak pengering. Hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh suhu, perotasian rak yang terjadi selama proses pengeringan dan proses pengolahan ATCC. Laju pengeringan pada metode dengan merotasikan rak pengering memiliki nilai laju lebih besar, sedangkan untuk metode tanpa merotasikan rak pengering memiliki nilai laju pengeringan yang lebih kecil. Dan untuk nilai rata-rata kandungan kadar abu tertinggi terdapat pada metode dengan merotasikan rak pengering bagian bawah (rak no. 9) yaitu 16,23%.Kata Kunci: Rumput Laut Eucheuma Cottonii, Metode Pengeringan, Mutu, Pengolahan ATCC
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.