This study was aimed at describing phenomenon-text based information literacy in Indonesian language learning and the students' response to the teaching. The subjects were 5 lecturers of Indonesian language and 302 students of Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Data on the teaching and learning activities were collected by observation and interview, while data on the students' responses were collected by questionnaire. The result showed that phenomenon-text based information in Indonesian language teaching and learning was done in six steps: 1) communicating the phenomenon that occurred in the society (through pictures or video), 2) discussing the phenomenon, 3) reading a phenomenon text, 4) searching information from various sources, 5) writing the results of the search and 6) communicating the results. This syntax of teaching and learning was then called as six steps of phenomenon information literacy. A survey showed that 77.65% of the students felt very happy, 19.91% of the students were happy, 2.44% of the students were less happy, and none of them said that they were unhappy with teaching and learning. It can be concluded that phenomenon-text based information literacy can attract the students' interest and develop students' positive attitude.
Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui (1) jenis tindak tutur yang terdapat dalam berita utama pada koran Bali Post, (2) bentuk tindak tutur yang terdapat dalam berita utama pada koran Bali Post, dan (3) fungsi tindak tutur yang terdapat dalam berita utama pada koran Bali Post. Subjek penelitian ini adalah tuturan yang terdapat dalam berita utama pada koran Bali Post. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui metode dokumentasi dengan instrumen kartu data. Berdasarkan analisis yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan (1) berita utama pada koran Bali Post mengandung tindak tutur lokusi dan ilokusi, (2) bentuk yang dominan digunakan dalam berita utama adalah bentuk deklaratif sebanyak 27 bentuk, (3) berita utama mengandung fungsi tindak tutur, fungsi asertif sebanyak 27, fungsi direktif sebanyak 4, fungsi ekspresif sebanyak 1, fungsi deklarasi sebanyak 1 dan tidak ada fungsi komisif. Di antara fungsi tersebut terdapat fungsi yang lebih dominan digunakan pada berita utama yaitu fungsi asertif. Fungsi asertif dapat dibagi menjadi tiga, yaitu asertif menegaskan, asertif mengumumkan, dan asertif menduga. Fungsi asertif lebih dominan digunakan karena fungsi tersebut berguna sebagai ungkapan untuk tuturan menegaskan, menduga, dan mengumumkan sesuatu kepada mitra tutur.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) prinsip kesantunan berbahasa warganet pada kolom komentar di media sosial facebook, (2) pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa warganet pada kolom komentar di media sosial facebook. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan penelitian deskriptif-kualitatif. Subjek penelitiannya adalah tuturan komentar warganet dalam kolom komentar. Subjek penelitian didapatkan melalui media sosial facebook. Sedangkan, objek dalam penelitian ini yaitu kesantunan berbahasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah kartu data. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan prosedur analisis data kualitatif berdasarkan model interaktif Miles yang secara umum mencakup tiga tahap yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini (1) ditemukan prinsip kesantunan berbahasa dalam kolom komentar berita di media Facebook. Prinsip atau bentuk kesantunan yang ditemui dalam beberapa kolom komentar berita di media Facebook terprinsip dalam data tuturan yang mengandung maksim kebijaksanaan, maksim pujian, maksim kesimpatian, maksim kerendahan hati, maksim kemurahan atau maksim kedermawanan. (2) Selain itu terdapat pelanggaran atau penyimpangan terhadap prinsip kesantunan berbahasa yaitu berupa pelanggaran terhadap maksim kebijaksanaan, pelanggaran terhadap maksim pujian, pelanggaran terhadap maksim kesimpatian dan pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati. Simpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis kesantunan berbahasa warganet dalam beberapa kolom komentar berita di media sosial facebook yang telah dipaparkan, ditemukan 8 data yang menunjukan adanya prinsip pematuhan pada prinsip kesantunan yaitu terdapat 2 maksim kebijaksanaan, 2 maksim pujian, 1 maksim kerendahan hati, 2 maksim kesimpatian dan 1 maksim kemurahan. Pelanggaran pada prinsip kesantunan juga banyak ditemukan dalam komentar warganet pada kolom komentar media sosial facebook dengan jumlah data yang penulis analisis yaitu 5 data, dengan rincian data sebagai berikut. Terdapat 2 data pelanggaran maksim kebijaksanaan, 1 pelanggaran maksim kesimpatian, 1 pelanggaran maksim pujian dan 1 data pelanggaran maksim kerendahan hati.
Dalam upaya pelestarian bahasa dan budaya Bali, kehadiran kamus seni tari Bali yang inovatif sangat penting dan mendesak untuk dilakukan. Berdasarkan latar dasar pikiran di atas, permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah (1) Bagaimanakah pengembangan kamus seni tari Bali dalam upaya pelestarian bahasa dan budaya Bali? dan (2) Mengapa pengembangan kamus seni tari Bali dapat dijadikan sebagai salah satu upaya pelestarian bahasa dan budaya Bali? Berdasarkan analisis terhadap sejumlah data pustaka dan data di lapanan, dapat ditarik dua buah simpulan. Pertamapengembangan kamus seni tari Bali dapat dilakukan melalui penerapan model penelitian pengembangan yang diadaptasi dari pengembangan perangkat pembelajaran model 4-D, yang meliputi Define, Design, Develop, danDisseminate.Kegiatan pada tahap define terdiri atas (1) melakukan analisis kebutuhan dengan mengadakan survai terhadap aneka kamus bahasa Bali, khususnya kamus seni tari; (2) mengumpulkan data mentah berupa kata-kata atau istilah-istilah seni dari berbagai sumber (lisan dan tertulis) dan ditulis ke dalam daftar kata; (3) melakukan klasifikasi data secara alfabetis kemudian menggabungkannya menjadi satu satuan daftar kata. Kegiatan pada tahap design(perancangan) terdiri atas 1) menyusun draf kamus dengan langkah-langkah (1) menyusun lema (kata/istilah) yang tergolong istilah seni tari Bali sesuai urutan abjad berdasarkan data yang sudah dihasilkandan (2)melakukan rekaman gerak tari; (3) mendeskripsikan makna istilah tari Bali ke dalam bahasa Indonesia da bahasa Inggris;i; 2) Melakukan FGD untuk penyempurnaan draf kamus dengan mengundang (1) perwakilan dinas kebudayan provinsi dan kodya/kabupaten se-Bali, (2) pakar perkamusan dari unsur perguruan tinggi, (3) pakar media, (4) pakar budaya, (5) pakar seni tari dan (6) pakar bahasa (bahasa Bali, bahasa Indonesia; 4) melakukan vaildasi ahli dengan mengundang pakar perkamusan, pakar bahasa Bali, pakar bahasa Indonesia, dan pakar bahasa Inggris; dan 5) menyusun draf Kamus Seni Tari Bali Berbasis Teknologi Android(Bali—Indonesia—Inggris) hasil validasi ahli. Kegiatan pada tahap developdilakukan dengan langkah-langkah (mengembangkan kamus baik dari segi kuantitas maupun secara kualitas; (2) melakukan FGD untuk mendapatkan masukan terkait dengan pengembangan di atas; (3) melakukan uji efektivitas kamus Kegiatas pada tahap disseminate meliputi distribusi kamus baik yang cetak maupun yang android. Kedua penyusunan kamus seni tari Bali dapat dijadikan sebagai salah satu upaya peletarian bahasa dan budaya Bali karena (1)kamus ini memiliki beberapa kelebihan yaitu menggunakan media gambar; berbasis teknologi android; dan menggunakan tiga bahasa (Bali, Indonesia, dan Inggris). Dengan menggunakan media gambar, makna suatu istilah tari akan menjadi semakin jelas. Dengan dua keunggulan ini, seseorang akan lebih mudah belajar tari Bali. Kedua keunggulan ini juga mampu memotivasi pembelajar tari di Bali, khususnya, untuk membaca kamus seni tari dan belajar tari Bali; dan secara tidak langsung dapat menumbuhkembangkan rasa cinta terhadap bahasa Bali. Rasa cinta terhadap bahasa Bali sebagai salah satu cerminan sikap positif terhadap bahasa Bali merupakan modal utama untuk melestarikan bahasa Bali sekaligus budaya Bali. Hal ini bisa dipahami karena bahasa Bali merupakan salah satu unsur budaya Bali sekaligus pembentuk budaya Bali dan (2) Keberadaankamus seni tari semacam itu tidak hanya dalam rangka memperluas wawasan terhadap berbagai ungkapan simbolik seni budaya Bali, tetapi juga dalam rangka penguatan benteng budaya, pelestarian budaya, dan strategi budaya Bali. Hal ini terkait dengan keberadaan seni sebagai fenomena budaya yang dapat menginspirasi bagi pengembangan seni budaya dan pembentuk kepribadian masyarakat Bali.
Penelitian pengembangan ini bertujuan mendeskripsikan dan mengklasifikasi daftar kata serapan yang akan dijadikan bahan penyusunan Kamus Serapan dalam Bahasa Bali (KSBB) ditinjau dari segi sumber atau asal bahasanya dan kelas katanya. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap dengan luaran masing-masing tahap sebagai berikut. Pada tahap I, produk yang diharapkan berupa (1) daftar kata/istilah yang akan menjadi lema untuk bahan Kamus Serapan Bahasa Bali , yang mencakup seluruh bidang kajian dan (2) artikel ilmiah rangkuman hasil penelitian yang siap diterbitkan pada jurnal nasional. Penelitian ini dirancang mengikuti alur pemikiran penelitian pengembangan (Research and Development) yang diadaptasi dari pengembangan perangkat pembelajaran model 4-D (Define, Design, Develop, dan Disseminate). Subjek dalam penelitian ini adalah (1) berbagai dokumen berbahasa Bali seperti kamus berbahasa Bali, majalah berbahasa Bali, dan Orti Bali (berita berbahasa Bali pada Program Sisipan Koran Bali Post Minggu) dan (2) siaran berbahasa Bali di media elektromik baik yang berupa radio maupun televisi (RRI Stasiun Singaraja dan Bali TV). Dari semua sumber data itulah, dikumpulkan kata-kata atau istilah-istilah dalam berbagai bidang kehidupan yang berasal dari luar bahasa Bali (bahasa Indonesia dan bahasa asing terutama bahasa Inggris sebagai bahasa internasional) dan secara emperis digunakan dalam setiap tuturan berbahasa Bali baik secara lisan maupun secara tertulis. Data dikumpulkan dengan metode dokumentassi kemudian dianalisis dengan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 1.772 kata atau istilah yang merupakan kata serapan dalam bahasa Bali. Jumlah kata serapan sebanyak itu sebagian besar berasal dari bahasa Indonesia, yaitu sebanyak 1.699 buah (95.88%). Sisanya berasal dari bahasa Inggris sebanyak 68 buah (3.84%) dan dari bahasa Sansekerta sebanyak 5 buah (0.28 %). Jika dirinci dari segi kelas katanya, jumlah kata serapan sebanyak 1.772 buah itu berasal dari kata benda sebanyak 1.162 buah (65.58%), kata kerja sebanyak 214 buah (12.07%), dan kata sifat 396 buah (22.35%).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.