Bawang tiwai (Eleutherine americana Merr) is one kind of medicinal plant. To obtain an active substances with good physical and chemical properties, it is needs to do optimization of making extracts, one with solvent optimization. Type of solvent will determine the types of extracted substances in accordance with the polarity. On this research, extraction of bawang tiwai bulbs simplicia by maceration method using ethanol and water as solvent. This research is an experimental research with varying ethanol and water in a three comparison solvent that is water, ethanol, and mixture of water-etanol, then the yields is calculated. Furthermore, the data were analyzed statistically using ANOVA program to determine significant differences in the three yields. In each extract was conducted phytochemical screening to determine the content of secondary metabolites. The results showed significant differences in the yield of bawang tiwai extract with three treatments and two repetitions. The results of average yields using water as solvent is 8.75%, ethanol 5.3%; and water-etanol 8.31%
One of the secondary metabolites from yellow root (Fibraurea tinctoria) that has the potential to be developed as medicine is berberine. Alkaloid class compounds are reported to have antimicrobial, anti-diarrheal, intestinal parasite infection inhibitors, antihypertensives, anti-tumor, anti-inflammatory, hepatoprotective, antimalarial and anticancer properties. In the development of natural ingredients as medicine, it is necessary to standardize simplicia and extracts The research objective was to determine the characterization of specific and non-specific parameters of yellow root plants. This research is an experimental research. The object of research used yellow roots obtained from KDKT Samboja, Kutai Kartanegara district, East Kalimantan Province. Samples were made of simplicia which were extracted using the maceration method with 70% ethanol solvent. The results of the extraction were carried out by characterization including: macroscopic, microscopic, water content, water-soluble extract, ethanol-soluble extract, ash content, and acid-insoluble ash, then phytochemical screening was carried out. Data were analyzed using descriptive methods. The results of macroscopic characterization of yellow root simplicia powder were Liana with a length of 10-20 m, with round stems, bark grayish brown, coarse, 2-7 cm in diameter and bright yellow powder color. The simplicia powder microscopy found stone cell fragments and tracheal fragments. Characterization of simplicia powder, water content of 67.3%, ethanol soluble extract content of 6.69%, water soluble extract content of 8.05%, ash content of 7.37%, acid insoluble ash content of 0.37%. The results of the identification of the chemical compound group were positive for containing chemical compounds in the form of alkaloids, flavonoids and saponins.
Kaolin merupakan mineral tanah liat berwarna putih yang memiliki komponen terbesar berupa kaolinit dengan rumus kimia Al2O3.2SiO2.2H2O. Penggunaan kaolin untuk pengobatan berawal dari literatur-literatur barat abad pertengahan, terutama setelah kemunculan pendekatan yang lebih empiris terhadap efek farmakologi, pembentukan farmakope, perkembangan mineralogi, kimia dan teknologi farmasi, kemajuan dalam teknik instrumental, dan peningkatan dari reputasi terapeutik mineral. Kaolin dengan persyaratan khusus dapat digunakan dalam aplikasi farmasi (topikal maupun oral) dan kosmetik. Kaolin telah banyak digunakan sebagai obat dalam penyembuhan tradisional selama ribuan tahun dan penggunaannya sebagai bahan aktif untuk pengobatan beberapa penyakit terus diteliti. Artikel terkait pengumpulan informasi penggunaan kaolin dalam aplikasi farmasi dan kosmetik belum banyak dilakukan, sehingga artikel ini dibuat untuk mengulas peran dan fungsi kaolin dalam aplikasi farmasi dan kosmetik. Tujuan keseluruhan dari artikel ini adalah untuk memberikan informasi tentang pemanfaatan dan pengembangan kaolin sebagai bahan aktif atau eksipien dalam bidang farmasi dan kosmetik. Kaolin dapat diberikan secara oral sebagai antibakteri, antivirus, dan antidiare, dan secara topikal sebagai agen pelindung dermatologis. Selain sebagai bahan aktif, kaolin juga biasa digunakan dalam aplikasi farmasi sebagai bahan eksipien. Beberapa fungsi dari kaolin sebagai eksipien yaitu sebagai bahan pengisi, agen pengemulsi, agen suspensi, dan bahan penghancur. Selain dalam aplikasi farmasi, kaolin juga digunakan dalam aplikasi kosmetik sebagai agen tabir surya dan untuk tujuan perawatan kulit. Metode penulisan artikel ini ditulis berdasarkan studi literatur dari artikel dan jurnal yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.
Tahongai leaves (Kleinhovia hospita L.) is a medicinal plant that has antioxidant activity which is almost equivalent to vitamin C. The development of the dosage form to improve the utilization of these plants. Therefore Tahongai leaves made in the form Orally Disintegrating Tablets (ODT), which has several advantages such as more practical use because it can be consumed without the use of water and can be used by people who are hard to swallow capsules or tablets as well as having good taste in the mouth. This study was carried out experimentally using four formulas with various concentrations Explotab® ie; formula 1 (2%); formula 2 (4%); Formula 3 (6%) and the formula 4 (8%). The evaluation of ODT are uniformity of weight, hardness, friability and disintegration time.The results showed that the concentration Explotab® influence on the physical properties of ODT ie hardness, friability and disintegration time. Explotab® concentration of 4% is the best concentration that meets the requirements of the physical properties ODT Tahongai leaf extract. Keywords: Formulation, Orally Disintegrating Tablets (ODT), Explotab, Tahongai (Kleinhovia hospita L.)
Sejak terjadinya pandemi covid 19 ketersediaan hand sanitizer di Indonesia menjadi sangat langka di pasaran, dikarenakan banyak orang yang membeli barang tersebut secara berlebihan. Pemerintah menghimbau kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan tangan dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun atau menggunakan hand sanitizer sebagai salah satu upaya mencegah penularan covid 19. Pembersih tangan (hand sanitizer) memiliki kemampuan menghambat hingga membunuh bakteri. Tujuan dilakukannya pengabdian masyarakat ini adalah memberikan pelatihan kepada masyarakat cara membuat hand sanitizer dari bahan sintetis dan bahan alam. Formula hand sanitizer dari bahan sintetis berupa alkohol 96%, hydrogen peroksida, gliserin dan aquades. Sedangkan formula hand sanitizer dari bahan alam berupa daun sirih, jeruk nipis dan aquades. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Kalimantan Timur dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda. Peserta pada kegiatan ini adalah perwakilan warga Kelurahan Karang Asam Ilir, Kelurahan Sempaja Utara dan Kelurahan Sungai Kapih. Metode yang digunakan pada pengabdian masyarakat meliputi ceramah tentang pentingnya menjaga kebersihan tangan, pengertian hand sanitizer, uraian bahan yang digunakan, dilanjutkan demonstrasi dan bimbingan. Kegiatan ini didanai oleh Desperidagkop UKM Provinsi Kalimantan Timur. Harapan dengan dilaksanakan pelatihan ini ialah masyarakat dari kelurahan yang menjadi peserta lebih peduli dengan kebersihan dan dapat memenuhi kebutuhan hand sanitizer untuk keluarga dan masyarakat sekitarnya.
ABSTRAKDiabetes merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronis diabetes dikaitkan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ. Tingginya kasus kejadian diabetes mellitus memunculkan rasa ingin melakukan agar dapat mengurangi gejala yang ditumbulkan maka perlu adanya pemberian edukasi tentang sosialisasi dan pemanfaatan tanaman obat keluarga dan pola hidup sehat. Tujuan pengabdian masyarakat dilakukan untuk sosialisasi dan penyuluhan mengenai pemanfaatan tanaman obat dan mengenalkan obat tradisional untuk pengobatan diabetes mellitus dan pola hidup sehat dimasa adaptasi baru COVID-19. Metode pengabdian yang dilaksanakan terdiri dari empat tahap yaitu sosialisasi penyuluhan pemanfaatan TOGA, penanaman bibit TOGA, pelayanan kesehatan dan evaluasi. Hasil kegiatan berupa peningkatan pengetahuan, sikap dan prilaku masyarakat dalam menerapkan hidup sehat dan pemanfaatan TOGA dalam pencegahan penyakit diabetes mellitus bagi masyarakat Desa Tabing Rimbah. Kata kunci: sosialisasi; TOGA; diabetes melitus. ABSTRACTDiabetes is a metabolic disease characterized by hyperglycemia due to defects in insulin secretion, insulin action, or both. The Chronic hyperglycemia of diabetes is associated with long-term damage, dysfunction, and failure of multiple organs. The high incidence of diabetes mellitus raises the desire to do prevention to reduce the arising symptoms. Therefore, it is necessary to provide education and socialization about the use of family medicinal plants (TOGA) and a healthy lifestyle. The purpose of this community service is to socialize and educate the people about the use of medicinal plants and introduce traditional medicines for the treatment of diabetes mellitus and a healthy lifestyle during the new adaptation of COVID-19. The methods to implement this community service consist of four stages, namely the socialization and education on the use TOGA, planting of TOGA seeds, health services, and evaluation. The results of increasing knowledge, attitudes, and behavior of the community in implementing healthy living, and the use of TOGA in the prevention of diabetes mellitus for the people of Tabing Rimbah Village. Keywords: socialization; TOGA; diabetes mellitus.
Akar kuning (Fibraurea tinctoria Lour.) merupakan tumbuhan khas yang dapat dijumpai di Kalimantan serta biasa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai obat gatal, penyakit kuning dan diare. Salah satu senyawa kimia yang terkandung dalam akar kuning adalah berberin yang berpotensi memiliki khasiat sebagai antidiabetes, antivirus, antibakteri dan antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tumbuhan Akar Kuning (Fibraurea tinctoria Lour.) sebagai antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan menggunakan metode disc diffusion. Ekstrak etanol difraksinasi dengan menggunakan pelarut n-heksan dan etilasetat, ekstrak dan fraksi yang telah didapat ditimbang dengan konsentrasi 2,5%, 5% dan 10%. Kontrol positif yang digunakan yaitu amoxicillin dan DMSO sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ektrak etanol dan fraksi akar kuning (Fibraurea tinctoria Lour.) memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Aktivitas zona hambat terbesar yang terbentuk pada ekstrak etanol yaitu pada konsentrasi 10% dengan diameter zona hambat 9,18 mm terhadap bakteri Escherichia coli dan 12,16 mm terhadap bakteri Staphylococcus aureus sedangkan fraksi batang akar kuning yang memiliki aktivitas antibakteri paling kuat terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yaitu fraksi sisa. Staphylococcus aureus memiliki sensitifitas lebih tinggi terhadap akar kuning (Fibraurea tinctoria Lour.) dari pada bakteri Escherichia coli.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.