The people of Tengger, Indonesia have used plants as traditional medicine for a long time. However, this local knowledge has not been well documented until recently. Our study aims to understand the utilization of plants in traditional medicine by the people of Tengger, who inhabit the Ngadisari village, Sukapura District, Probolinggo Regency, Indonesia. We conducted semi-structured and structured interviews with a total of 52 informants that represented 10% of the total family units in the village. The parameters observed in this study include species use value (SUV), family use value (FUV), plant part use (PPU), and the relative frequency of citation that was calculated based on fidelity level (FL). We successfully identified 30 species belonging to 28 genera and 20 families that have been used as a traditional medicine to treat 20 diseases. We clustered all the diseases into seven distinct categories. Among the recorded plant families, Poaceae and Zingiberaceae were the most abundant. Plant species within those families were used to treat internal medical diseases, respiratory-nose, ear, oral/dental, and throat problems. The plant species with the highest SUV was
Foeniculum vulgare
Mill. (1.01), whereas the Aloaceae family (0.86) had the highest FUV.
Acorus calamus
L. (80%) had the highest FL percentage. The leaves were identified as the most used plant part and decoction was the dominant mode of a medicinal preparation. Out of the plants and their uses documented in our study, 26.7% of the medicinal plants and 71.8% of the uses were novel. In conclusion, the diversity of medicinal plant uses in the Ngadisari village could contribute to the development of new plant-based drugs and improve the collective revenue of the local society.
Indonesia merupakan negara tropis dan agraris dengan biodiversitas tumbuhan terbesar kedua di dunia, setelah Brazil. Kondisi iklim tropis dan suburnya tanah menjadikan wilayah Indonesia sebagai salah satu Kawasan pertanian yang diperhitungkan di wilayah asia tenggara. Salah satu sentra agribisnis di Jawa Timur adalah kota Batu, Malang. Kota ini dikenal sebagai Kawasan Agropolitan dengan tanaman hortikultura sebagai komoditas unggulan. Industri pertanian dan perkebunan di wilayah tersebut berhasil menopang ekonomi masyarakat sekitar. Namun demikian, permasalahan limbah pertanian organik sebagai produk samping dari pengembangan industri pertanian di kota Batu menjadi hal yang harus diperhatikan bersama. Salah satu alternatif pengelolaan limbah atau sampah organik tersebut adalah pengembangan eco-enzyme. Kegiatan pengabdian masyarakat ini berupa pembuatan sabun antiseptic berbasis eco-enzyme. Sabun antiseptic ini mengambil nama Mizella yang berasal dari kata Mizu dan Ella. Mizu dalam Bahasa Jepang berarti Air dan Ella dalam Bahasa Prancis berarti kecantikan dan keindahan. Berdasarkan hasil survei didapatkan hasil sebagai berikut, sebanyak 80% responden menyatakan aroma, busa, kelembapan, kesegaran, pada sabun organik sudah sangat baik, sebanyak 73.3% responden menyatakan warna, penampilan, busa pada sabun organik Eco-Enzyme sudah sangat baik, sebanyak 76.7% responden menyatakan kualitas pembersihan dan kekesatan pada sabun organik Eco-Enzyme sudah sangat baik, sebanyak 83.3% responden menyatakan kehalusan pada sabun organik Eco-Enzyme sudah sangat baik.
Abstrak-Teh (Camellia sinensis) memiliki kandungan dan manfaat yang banyak, sehimgga diperlukan alternatif untuk mendapatkan benih teh dalam waktu yang singkat dan dalam jumlah banyak. Salah satu alternatif adalah dengan melakukan perbanyakan tanaman secara vegetatif melalui pendekatan bioteknologi yaitu teknik Kultur in Vitro dan teknik enkapsulasi embriosomatik yang dapat menghasilkan benih sintetik. Tujuan dari penelitian ini untuk produksi benih sintetik dari embriosomatik guna penyediaan benih yang dapat disimpan dalam waktu yang lama. Benih sintetik Teh dengan bahan tanam embriosomatik yang dienkapsulasi menggunakan alginat 4% sehingga kapsul tidak terlalu padat dan memungkinkan benih dapat tumbuh dan berkecambah. Karakteristik benih sintetik yang dihasilkan yaitu tekstur benih sintetik padat namun tidak terlalu keras, masih rentan rusak apabila tidak hati-hati ketika memindahkan.. Benih sintetik berwarna hijau kekuningan dengan diameter 5,5-5,7 mm dan berat basah 260-290 mg.
Along with the increasing number of people and all economic activities carried out, waste becomes acontamination that continues to leave problems. Sidoarjo Regency has 18 sub-districts with 350 villagesand a population of around 2.3 million people with a high level of economic growth. According to the 2017Sidoarjo Regency Environmental and Hygiene Office (DLHK), reported that Sidoarjo district residentsdispose of household waste around 0.5 kg per day. DLHK identifies the lack of Integrated WasteManagement Sites (TPST) and Final Waste Disposal Sites (TPAS) to accommodate and manage wastefrom the Sidoarjo Regency community. The lack of TPST and TPAS is not a problem in wastemanagement if active community involvement is involved in processing household waste known asCommunity Based Waste Management (PSBM). This abdimas method is a campaign about theimportance of the role of the community in improving environmental status and composting training withraw materials in the form of kitchen waste with a simple household-scale tool located in the KeteganVillage office, Tanggulangin Sub-district, Sidoarjo. The participants were very enthusiastic about takingpart in the training and were eager to practice household composting on a household scale for the need tofertilize plants planted in the yard. Participants want monitoring by the service team on the compostingresults that have been carried out by each participant.
Pembentukan akar teh (Camellia sinensis L.) merupakan tahapan penting secara in vitro. Inisiasi perakaran tanaman dapat dipacu dengan menambahkan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ZPT untuk inisiasi akar tanaman teh secara in vitro pada klon teh yang berbeda. Klon yang digunakan adalah Tea Research of Sri Lanka (TRI) 2024 dan TRI 2025. Eksplan berupa daun, diinokulasikan pada media induksi kalus dengan penambahan BAP 2 mg/l dan NAA 3 mg/l. Kalus yang terbentuk disubkultur pada media induksi tunas dengan penambahan BAP 3 mg/l, selanjutnya, disubkultur ke dalam media perakaran dengan penambahan IBA (Indole Butyric Acid) 0, 1, 2, 3 mg/l. Hasil penelitian menunjukkan, pada media perakaran tidak terbentuk akar, tetapi terbentuk embrio somatik dengan tahap yang berbeda, yaitu tahap globular, hati dan torpedo. Embrio somatik yang terbentuk memiliki perbedaan warna yaitu, hijau kekuningan, hijau dan hijau kecoklatan. Selain itu, mempunyai struktur: remah, intermediet dan kompak, serta mempunyai berat basah embrio somatik sebesar 10-290 mg.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.