Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a viral infection transmitted through the bite of the Aedes aegypti mosquito. Factors that can influence the incidence of DHF include the low immunity status of community members and the population density of transmitting mosquitoes because there are many breeding places for mosquitoes. Age, gender, mobility, and knowledge are also risk factors for the incidence of DHF. DHF cases have increased over the past five years, with the epidemic recurring. DHF cases in Indonesia in 2017 were 68.407 cases and 493 deaths. In Minahasa, there were 234 cases with one death. This research aimed to analyze the correlation between age, gender, mobility, and knowledge with the incidence of DHF in Wulauan Subdistrict, Minahasa. This study employs quantitative methods using a cross-sectional approach. This study was done in May 2020; 86 respondents were recruited with convenience sampling. The instrument used was an online questionnaire distributed via a google form. Data analysis using chi-square. The results showed that age, gender, mobility, and knowledge had no relationship with the incidence of DHF. The community is expected to continue eradicating mosquito nests by preventing mosquito breeding by doing 3M, using mosquito repellent lotion, and using a mosquito net while sleeping. Keywords: Dengue virus, Mosquito nets, Severe dengue ABSTRAK Demam Berdarah Dengue merupakan infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Faktor yang dapat memengaruhi kejadian DBD antara lain, rendahnya status kekebalan anggota masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyak tempat yang menjadi sarang atau perindukan nyamuk. Usia, jenis kelamin, mobilitas, dan pengetahuan juga merupakan faktor risiko kejadian DBD. Jumlah kasus DBD meningkat selama tiga hingga lima tahun terakhir dengan epidemis yang berulang. Kasus DBD di Indonesia tahun 2017 sebanyak 68.407 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 493 orang. Di Kabupaten Minahasa, jumlah penderita DBD pada tahun 2016 adalah 234 kasus dengan satu orang meninggal. Tujuan dari peneltian ini adalah menganalisis hubungan usia, jenis kelamin, mobilitas, dan pengetahuan dengan kejadian DBD di Wulauan, Kabupaten Minahasa. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel yang dalam penelitian ini adalah warga Wulauan, Kabupaten Minahasa sebanyak 86 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner online yang disebarkan melalui google form. Analisis data dengan menggunakan uji chi-square. Hasil menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin, mobilitas, dan pengetahuan tidak memiliki hubungan dengan kejadian DBD. Masyarakat diharapkan tetap melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara berkelanjutan, dengan mencegah perkembangbiakan nyamuk, menggunakan lotion anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur yang dapat membuat masyarakat terhindar dari gigitan nyamuk. Kata kunci: Demam Berdarah Dengue, Pemberantasan Sarang Nyamuk, Virus Dengue
<p><em>COVID-19 is a disease that attacks the respiratory system. In October 2021, the Covid-19 death rate in Indonesia reached 143,077. Multiple efforts such as physical distancing, hands washing, mask usage, and COVID-19 vaccinations were used to reduce the number of cases. The acceptance of the COVID-19 vaccine in Indonesia depended on people’s knowledge, attitude, and behavior towards the program. The research was to identify a knowledge, attitude, and behavior of COVID-19 vaccination among people living in the Nifukani village, West Amanuban sub-district. The study used a quantitative descriptive method with a cross-sectional approach. The research sample consisted of 302 respondents. The validity test using Pearson Product Moment was declared valid with the results of r-count>r-table 0.3494. The reliability test was declared reliable with Cronbach Alpha values of 0.682 and 0.721. The data were then analyzed using univariate analysis. The results showed that the respondents had poor knowledge of Covid-19 (70.9%), good attitudes (56.3%), and good behavior (90.1%). The stakeholders, thus, had to increase people’s knowledge on Covid-19 vaccination either by leaflets, posters, or collaborating with local institutions to conduct community education. </em></p><p><strong>BAHASA INDONESIA ABSTRAK </strong>COVID-19 merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan yang mencetak angka kematian 143.077 pada Oktober 2021 di Indonesia. Upaya yang dilakukan dalam menurunkan kejadian COVID-19 adalah menjaga jarak, mencuci tangan, menggunakan masker, dan vaksin COVID-19. Penerimaan vaksin COVID-19 di Indonesia berkaitan dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap program vaksinasi COVID-19. Tujuannya mengidentifikasi gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap vaksinasi COVID-19 di desa Nifukani kecamatan Amanuban Barat. Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian 302 responden. Uji validitas dengan Pearson Product Moment dinyatakan valid dengan hasil r-hitung>r-tabel 0,3494. Uji reliabilitas dinyatakan reliabel dengan nilai Cronbach Alpha 0,682 dan 0,721. Teknik analisa data univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan tidak baik (70,9%), memiliki sikap baik (56,3%), dan perilaku baik (90,1%). Pengetahuan masyarakat perlu ditingkatkan dengan adanya kolaborasi institusi setempat dalam memberikan edukasi mengenai vaksinasi COVID-19, baik dengan leaflet, poster, maupun himbauan mengikuti sosialisasi.</p>
Abstrak Hipertensi adalah kondisi terjadi peningkatan tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri secara kronis atau akut. Kejadian hipertensi pada kesehatan tubuh akan memacu jantung bekerja lebih keras mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Berkaitan dengan tekanan darah yang meningkat akibat hipertensi dapat menimbulkan bahaya kesehatan pada penderita. Tujuan kegiatan edukasi hipertensi ibu menyusui merupakan bagian dari edukasi dampak hipertensi ibu hamil dan preventif melalui nutrisi tombong kelapa di Puskesmas Binong Metode kegiatan yang digunakan adalah edukasi dan sosialisasi. Data yang diperoleh dari edukasi hipertensi ibu menyusui menunjukkan adanya gejala peningkatan hipertensi dari representatif tekanan sistol dan diastole, yaitu 120/80 mmHg dan 120/90 mmHg. Gejala hipertensi pada peserta dipengaruhi oleh pola hidup tidak sehat, seperti konsumsi garam berlebih dan penggunaan mie instan sebagai konsumsi harian dipadukan dengan nasi. Disamping itu, kategori usia peserta yang mengikuti kegiatan diperoleh, yaitu masa remaja akhir dengan kisaran 21,33 adalah 17-25 tahun (3 orang) dan masa dewasa awal berkisar 29.71, yaitu 26-35 tahun (10 orang). Kesimpulan: tekanan sistol dan diastol peserta menunjukkan adanya gejala hipertensi, dan rentang usia ibu menyusui berada di masa dewasa awal. Kata kunci: hipertensi, menyusui, usia, sistol, diastol
Abstrak Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyebabkan kematian secara mendadak. Masalah hipertensi telah banyak menjadi momok yang menakutkan baik di Indonesia maupun diseluruh dunia. Kasus hipertensi dikalangan masyarakan mulai dari gejala ringan, sedang dan medium belum menjadi prioritas utama dalam pelayanan Kesehatan. Gangguan dan gejala hipertensi baru dapat diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan dari pasien yang inisiatif memeriksakan kesehatan, karena ditandai dengan pusing yang berkepanjangan dan merasa posisi keseimbangan tubuh tidak stabil. Tujuan dari kegiatan upaya pencegahan hipertensi pada peserta umum melalui nutrisi tombong kelapa adalah bagian dari target edukasi hipertensi dan preventif pada ibu hamil melalui tombong kelapa di Puskesmas Binong. Metode kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan dan edukasi, serta pengecekan tekanan darah. Hasil yang didapatkan dari edukasi dan penyuluhan pencegahan hipertensi pada peserta umum melalui nutrisi tombong kelapa, ditinjau dari rentang usia remaja akhir 17-25 tahun, yaitu 21.43%, masa dewasa awal 26-35 tahun berkisar 28,57%, masa dewasa akhir 36-45 tahun mencapai 35.71%, dan masa lansia awal 46-55 tahun sekitar 14.29%, serta memiliki tekanan sistol dan diastol representatif tergolong rendah, dimana kisarannya antara 100/70 mmHg. Kesimpulan: peranan promosi kesehatan tentang edukasi dan penyuluhan hipertensi rentang usia pada masyarakat umum menjadi bagian yang terpenting dampak mencegah dampak dari adanya hipertensi. Kata Kunci: hipertensi, edukasi, penyuluhan, peserta umum, pemeriksaan
Background: The effects of hypertension during pregnancy have caused health problems serious to mother and fetus. Hypertension can affect fetal development, and sudden fetal and maternal death. One source of plant nutrients that can optimize the number of blood cells is coconut sprout. Purpose: Coconut sprouts are high in carbohydrates, fiber, and antioxidants that can help optimize maternal health during pregnancy and reduce the risk of hypertension during pregnancy, however, not many women are aware of this information. Methods: This study attempts to inform pregnant women of the benefit of coconut sprout using lectures and demonstration along with primary health centre activities. A pretest and a posttest were conducted to assess improvement in knowledge. The total number of participants who participated in the activities was 50 people. The age range of pregnant women was 23-38 years old. Result: Knowledge of participants before the presentation of the material were low, with an average score of 35.41%, compared to 64.55% after the explanation. The comparison of participants' knowledge before and after education was 29.14%. The educational activities and dissemination conducted in the Binong Public Health Center area was to add, expand, and improve participants' knowledge of the impact of hypertension during pregnancy. Conclusion: Activities that needed to be continued was checking up urine, protein during pregnancy, direct application of coconut sprouts with controlling laboratory results, and increasing socialization, health promotion about the impact of hypertension, and the use of coconut sprouts to the general public.
Pendahuluan: Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) vaksin COVID-19 merupakan gejala medik yang diduga berhubungan dengan vaksin COVID-19, baik berupa reaksi vaksin, reaksi suntikan, efek farmakologis, atau kesalahan prosedur. Pengetahuan yang baik mengenai KIPI dapat mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat dalam menangani kejadian ikutan pasca imunisasi COVID-19. Hasil survey singkat didapatkan data dari 35 responden dengan 17 responden (47,8%) belum mengetahui apa itu KIPI dan sebanyak 18 responden (51,4%) mengetahui apa itu KIPI dan cara penanganannya. Tujuan penelitian: untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa keperawatan dalam menangani KIPI vaksin COVID-19. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif dengan pengambilan total sampling berjumlah 100 orang. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan teknik analisa univariat. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai penanganan KIPI vaksin COVID-19 sebanyak 80%, responden yang memiliki sikap yang baik sebanyak 75%, dan responden yang memiliki perilaku yang baik sebanyak 79%. Pengetahuan, sikap, dan perilaku responden termasuk dalam kategori baik karena dipengaruhi oleh faktor pendidikan, lingkungan, sosial budaya, pengalaman pribadi, media massa, lembaga pendidikan, serta orang lain yang dianggap penting. Kesimpulan: Penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut mengenai penanganan KIPI vaksin COVID-19 dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Currently, the wound care technique is experiencing rapid development, especially modern wound dressing treatments that maintain the moist dressing principle. Wound care is one of the nurses' skills that should be known by all nurses. Data shows that five out of eight nurses are not aware of modern wound dressing techniques. This condition was becoming a cause for concern because inadequate knowledge can make a non-comprehensive wound assessment and treatment that can slow down or even hinder the client's wound healing process. This study aimed to determine the description of nurses' knowledge of modern dressing wound care. Quantitative descriptive methods with total sampling techniques were conducted on 50 respondents who worked in the inpatient rooms on 5th, 6th, and 7th floor in June-July 2019. Univariate analysis was used to obtain an overview of nurses' knowledge of modern dressing wound care techniques. Most of the nurses' knowledge about modern wound dressing care has sufficient knowledge, namely 33 people (66%). Special training and seminars on modern dressing need to be carried out to increase knowledge and ensure the authority of nurses in wound care. Further researchers are advised to identify factors that influence nurses' knowledge of modern dressing wound care.
Indonesian Child Protection Commission recorded that the number of teenagers involved in drug abuse shot up to almost 400% from 2011 – 2014. These teenagers have great need for spiritual coping mechanism to face challenges in life. As they are serving their terms in detention, lose the opportunity to get education from their parents to develop their spiritual coping ability. This research is aimed to get the descriptions of spiritual coping mechanism of teens involved in drug abuse in Lembaga Pembinaan Khusus Anak or LPKA (Special Institution/Center for Child Rehabilitation). The research was conducted using convenience sampling and descriptive qualitative methods. The teenagers involved in drug abuse in LPKA I Tangerang and Blitar with the following inclusion criteria: using drug, serving a minimal of 1 year in the detention center, aged between 13 to 17 years old, Christian, and living with their family before admitted to the center, was an active student of a school when captured by the police, able to communicate in Bahasa Indonesia, and willing to take part in the research. Data collection was done using in-depth interview. The data from the interviews were analyzed and categorized based on main reason the using drugs, teenager outlook to coping sprituality and relationship trust embraced, sources of spiritual coping support and how to use. Teenagers use drugs when problem ecounter as escape reason to clear the problem, while the observation sprituality coping believe that God can help solve the problem. However, it is not appropriate to choose spirituality coping and not to use it effectively as a source of support. Furthermore, they are committed to making spiritual changes after serving their sentence. Spiritual coping in supporting the recovery of drug users is very important. The quantitative and qualitative research covers teenager of various religions in terms of spiritual care and more counseling during adolescence in LPKA. Keywords: Teenager, Drugs, Spiritual Coping ABSTRAK Komisi perlindungan anak Indonesia mencatat jumlah remaja pengguna NAPZA meningkat hampir 400% selama 2011-2014. Hal ini berakibat semakin banyak anak menjalani sanksi hukuman di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Mereka kehilangan bimbingan orangtua untuk mengembangkan kemampuan koping spiritualnya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran koping spiritual remaja pengguna NAPZA di LPKA. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sampel dipilih dengan convenience sampling, mencakup remaja pengguna NAPZA di LPKA Kelas 1 Tangerang dan Blitar. Kriteria inklusinya: pengguna NAPZA yang menjalani masa tahanan minimal 1 tahun, berumur 13-17 tahun, beragama Kristiani, sebelum menjalani masa tahanan tinggal bersama keluarga, berstatus sebagai siswa pada suatu sekolah saat ditangkap, mampu berbahasa Indonesia, dan bersedia ikut serta dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan secara in depth interview. Data hasil wawancara dianalisa dan dikelompokkan berdasarkan alasan utama menggunakan NAPZA, pandangan remaja terhadap koping spiritualitas dan hubungan kepercayaan dianut, sumber koping sebagai dukungan rohani dan cara menggunakan. Para remaja menggunakan NAPZA saat menghadapi masalah sebagai alasan pelarian menyelesaikan masalah, sedangkan tinjauan pandangan koping spiritual yakin Tuhan dapat menolong menyelasiakan masalah. Namun, tidak tepat memilih koping spiritualitas dan tidak mendayagunakannya secara efektif sumber dukungan. Selanjutnya mereka berkomitmen untuk melakukan perubahan rohani setelah selesai menjalani masa hukumannya. Koping spritual dalam mendukung pemulihan remaja pengguna NAPZA sangat penting. Perlu adanya penelitian kuantitatif dan kualitatif mencakup remaja beragam agama ditinjau dari siraman rohani dan konseling lebih banyak selama remaja di LPKA. Kata kunci: Remaja, NAPZA, Coping Spritual
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.