Plebitis adalah salah satu komplikasi terapi infus. Salah satu faktor penyebab plebitis adalah kurang terampilnya perawat saat melakukan pemasangan infus. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian plebitis dan kenyamanan. Jenis penelitian analitic-corelational dengan pendekatan cross-sectional, dengan jumlah sampel 65 perawat pelaksana rawat inap dan 65 pasien yang dipasang infus. Hasil menunjukkan 50,8% perawat memiliki pengetahuan kurang baik, angka kejadian plebitis sebesar 40%, dan 53,8% merasa nyaman dengan pemasangan infus. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian plebitis (p=0,000; α=0,05), dan dengan kenyamanan (p=0,000; α=0,05). Direkomendasikan untuk perawat agar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pemasangan infus sehingga komplikasi dan ketidaknyamanan akibat pemasangan infus dapat dikurangi.
Prevalensi gizi lebih pada remaja setiap tahunnya mengalami peningkatan. Gizi lebih merupakan suatu masalah yang kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya kurangnya konsumsi sayuran dan buah. kurangnya konsumsi sayuran dan buah di asumsikan tidak adanya keyakinan (self-efficacy) pada remaja untuk mengonsumsi sayuran dan buah karena beberapa hal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan self-efficacy dengan konsumsi sayuran-buah dan kejadian gizi lebih. Metode yang digunakan adalah crossectional. Jumlah sampel yang digunakan adalah 156 remaja kelas 7 dan 8. Tekhnik pengambilan sample yang digunakan adalah stritified propotional random sampling. kuesioner yang digunakan adalah Selfefficacy for fruit, vegetable and water intake dan food recall. Penelitian ini menunjukan bahwa self-efficacy berhubungan dengan konsumsi sayuran dan buah dan kejadian gizi lebih (OR=9,467, 2,093). Hasil regersi logistik menunjukan preferensi merupakan variabel confounding pada konsumsi sayuran dan buah. sedangkan jenis kelamin, genetik dan konsumsi sayuran dan buah merupakan variabel confounding dari gizi lebih.
The problem of hypertension in adulthood is very important to be a concern because it can cause both acute and chronic diseases such as heart and blood vessel disease, Posbindu cadre training is an activity carried out as an effort to improve skills and knowledge of early detection of hypertension so that the presence of cadres who are the spearhead in health services in the community are able to detect hypertension early. The purpose of this study was to determine the effect of posbindu cadre training on early detection of hypertension in adulthood. This research design uses the Quasi One Group Experiment pre-test Post Test with Paired T-Test. The population in this study was all people suffering from hypertension with a total sample of 84 people. The results showed that there was a change in the mean value before and after the training that was equal to 82 then to 87. The results of the Paired T-test analysis showed that there was an influence of the posbindu cadre training on the behavior of early detection of hypertension where the value (P = 0.001).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.