Desa wisata adalah desa dengan potensi dan daya tarik wisata yang unik, dipadukan dengan alam pedesaan dan kehidupan sosial budaya masyarakat, dikelola dan dikemas secara menarik serta didukung oleh pengembangan fasilitas penunjang pariwisata.RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun 2010-2015, pengembangan pariwisata menjadi salah satu prioritas unggulan untuk membangun perekonomian lokal contohnya desa wisata yang menjadi daya tarik pariwisata. Desa Kemiren merupakan desa wisata yang dimiliki Kabupaten Banyuwangi.Semenjak program Banyuwangi Festival berlangsung,Desa Kemiren masuk kedalam salah satu agenda yang bertujuan mengenalkan Desa Wisata Osing Kemiren.Setelah adanya festival tahunan,jumlah wisatawan mengalami kena ikan secara signifikan pada tahun 2019 total pengunjung 18.436 jiwa.Namun,menurut salah satu pengelola Desa Wisata Osing hal tersebut tidak berdampak besar bagi pihak pemerintahan desa maupun masyarakat setempat sebagai pihak yang berperan mengembangkan desa wisata.Sehingga dalam upaya meningkatkan daya tarik wisata di Desa Kemiren sebagai desa wisata,perlu adanya rencana pengembangan yang didasarkan dengan empat komponen daya tarik wisata yaitu atraksi,aksesibilitas,amenitas dan pelayanan tambahan.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui presepsi wisatawan terhadap Desa Kemiren sebagai desa wisata dan menyusun ide pengembangan untuk meningkatkan daya tarik wisata Desa Kemiren sebagai desa wisata.Metode yang digunakan deskriptif kualitatif dan analisis IPA(Importance Performance Analysis).Hasil pengolahan data pada penelitian menunjukkan tingkat kepuasan belum optimal,karena wisatawan belum merasa puas dengan komponen daya tarik wisata yang ada di kawasan Desa Wisata Osing.Pada diagram kartesisus menunjukkan bahwa kuadran I menjadi prioritas utama untuk penelitian ini menyusun ide pengembangan.Secara garis besar,rencana ide pengembangan pada kuadran I dengan peningkatan dan penyediaan variabel komponen daya tarik wisata yang kurang berdasarkan presepsi wisatawan.
Nowadays “community without closeness” does exist and makes the closeness to space is no longer important for social relations such as in formal housing in Jember Region. The housing area in Jember Region divided into two types, such as high density housing and low density housing which are influenced by their type of house. Qualitative analysis method that is used in this research are synchronic reading and typology. Synchronic analysis technique based on maps, observation, and interview to several source and used in this research to describe settlement pattern. In the fact, the community who live in formal housing prefer to spend their time in home without paying attention the socialization with their neighbourhood and using public open spaces. It makes segregation and weaken the social cohesion. Therefore, this research is needed to provide a social model of environmental space based on social interaction patterns and location points of interaction in low and high density formal housing in Jember region. Based on the result, it is known that the developer need to designing enclave on formal housing road spaces that are used for social interaction and control each other in housing security, according to the concept of defensible space and neighbourhood space model namely “Enclave Transpatial”
Berdasarkan DIBI, bencana banjir di Kabupaten Jember memiliki persentase tertinggi dibandingkan dengan bencana alam lainnya, yaitu 59,34 %. Menurut BPBD Kabupaten Jember, salah satu kecamatan yang berpotensi tinggi terjadi banjir adalah Kecamatan Sumbersari. Berdasarkan data terbaru, banjir yang terjadi di Kecamatan Sumbersari setinggi 25 – 150 cm yang mengakibatkan rusaknya 13 bangunan rumah, 1 mushallah, dan sarana prasarana umum lainnya. Melihat riwayat terjadinya banjir di Kecamatan Sumbersari yang mengakibatkan kerugian terus meningkat disetiap tahunnya dan didukung dengan tidak adanya peraturan tata ruang yang membahas mengenai penanganan meminimalisir banjir di Kecamatan Sumbersari, bukan tidak mungkin lagi potensi banjir di kecamatan Sumbersari semakin meningngkat. Maka drai itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerawanan banjir menggunakan analisis overlay dan merumuskan prioritas penanganan banjir di Kecamatan Sumbersari dengan menggunakan teknik analisis analisis hierarki proses (AHP). Berdasarkan hasil analisis overlay diketahui kerawanan banjir di Kecamatan Sumbersari terklasifikasi menjadi tiga (3), yaitu tingkat kerentanan rawan (rendah), cukup rawan (sedang), dan sangat rawan (tinggi). Prioritas penanganan banjir di Kecamatan Sumbersari berdasarkan metode struktural dapat dilakukan dengan pengembangan dan normalisasi saluran drainase, pembangunan hutan kota, pembangunan sumur resapan, serta pembuatan waduk retensi. Sedangkan berdasarkan metode non struktural, prioritas penanganan meminimalisir banjir di Kecamatan Sumbersari dapat dilakukan dengan pengelolaan dan penyediaan tempat sampah dan perencanaan pertanian dengan konsep agroforestri.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.