Pengelolaan perikanan tangkap yang lestari membutuhkan informasi potensi dan pola penyebaran sumber daya ikan yang dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan potensi sumber daya ikan pelagis di WPP NRI 573 (perairan Samudera Hindia) dengan metode akustik. Hasil penelitian menunjukan, penyebaran densitas cukup tinggi untuk ikan pelagis ditemukan di perairan selatan Pangandaran hingga wilayah Jogjakarta. Sumber daya ikan pelagis kecil yang terdeteksi didominasi oleh ukuran ikan dengan kisaran panjang antara 25-28 cm dan ikan pelagis besar di dominasi oleh ukuran ikan 28-31 cm. Nilai rata-rata kepadatan stok untuk ikan pelagis kecil 0,041 ton/km2 dan ikan pelagis besar sebesar 0,14 ton/ km2. Potensi lestari ikan pelagis kecil sebesar 292.092 ton/tahun dan ikan pelagis besar sebesar 505.941 ton/tahun. Nilai tersebut dapat dijadikan dasar dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan perikanan pelagis.The sustainable management is needed information on the stock and distribution pattern of fish.This study aims to determine distribution and potential of fish resources especially for pelagic species in FMA 573 (Indian Ocean) by using acoustic method. Result of research indicated that, high density for pelagic fish found in south Pangandaran to Jogjakarta. The results obtained also that, the detected small pelagic fish were dominated by the fish size ranged between 25-28 cm and large pelagic fish was dominated by fish size of 28-31cm.The average of the stock density for small pelagic fish was 0,041 ton/km2 and large pelagic fish of 0.14 ton/km2.The sustainable potential of the small pelagic fish amounted to 292.092 ton/year and the large pelagic fish amounted to 505.941 ton/year. These values can be used as the basic management and utilization of pelagic fisheries in the waters region.
Pemanfaatan sumber daya kepiting bakau (Scylla serrata) di perairan Pasaman Barat sudah lama dilakukan oleh nelayan kecil dengan menggunakan bubu (tangkul) yang bersifat tidak selektif. Sebagai komoditi perikanan yang mempunyai nilai ekonomis penting di Indonesia, perlu dilakukan pengelolaan yang tepat agar ketersediaannya tetap berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan bulan Januari - November 2016, dengan tujuan mengkaji beberapa parameter populasi sebagai bahan kebijakan pengelolaan kepiting bakau di perairan Pasaman Barat agar tetap lestari. Pengumpulan sampel dilakukan secara acak dari hasil tangkapan nelayan oleh enumerator. Metode analisis parameter populasi menggunakan distribusi frekwensi lebar karapas dengan bantuan program FiSAT (FAO-ICLARM Stock Assessement Tools)-II. Hasil analisis diperoleh laju pertumbuhan (K) sebesar 0,63 pertahun, (CW)= 178,5 mm, kematian alami (M) 1,06 pertahun, kematian karena penangkapan (F)= 1,03 per tahun, dan kematian total (Z)=2,09 pertahun. Tingkat eksploitasi (E) =0,49. Tingkat pemanfaatan kepiting bakau di perairan Pasaman Barat sudah pada tahapan yang jenuh (fully exploited). Pembatasan alat tangkap merupakan opsi yang paling memungkinkan.Mud crab (Scylla serrata) is one of fisheries commodity that has an important economic value in Indonesia. Utilization of mud crabs in West Pasaman had been exploited for years long time with traps fishing gear. The research was conducted in January - November 2016 in the waters of West Pasaman. Sampling were conducted randomly. This paper aims to determine some population parameters of mud crab to used as a guidance guidance in the management of mud crab. in the waters of West Pasaman. Population parameter data analysis using software FiSAT (FAO-ICLARM Stock assessement Tools) II. The results of population dynamic parameters of mud crab showed that growth rate (K) was 0.63 per year, Length infinity (L) was 178.5 mm, natural mortality (M) was 1.06 per year, fishing mortality (F) was 1.03 per year, and total mortality (Z) 2.09 per year. Exploitation rate (E) was 0.49. The exploitation rate of mud crabs in the waters of West Pasaman were (fully exploited), the fishing need to be managed carefully, limitation of fishing gear is the most likely option to be enforced.
AbstrakPenangkapan ikan di perairan Arafura banyak dilakukan oleh nelayan dari Pulau Jawa diantaranya Jakarta, Probolinggo, Pati, dan Indramayu. Nelayan dari Probolinggo yang menangkap ikan di perairan Arafura (WPP 718) menggunakan alat tangkap jaring dan pancing rawai dengan tujuan utama adalah ikan demersal, yaitu kakap (Lutjanus spp.), kerapu (Epeniphelus spp.), lencam (Lethrinus lentjan.), dan lainnya. Pemanfaatan ikan demersal terutama ikan lencam (Lethrinus lentjan) yang terus-menerus akan memicu terjadinya perubahan stok populasi ikan di perairan, sehingga diperlukan analisa ilmiah sebagai dasar pengelolaan perikanan. Tujuan dari analisa ilmiah ini untuk menjadi nilai kontrol dalam pengawasan jumlah eksploitasi ikan dan bahan pengkajian stok ikan lencam (Lethrinus lentjan). Penelitian dilakukan Februari hingga Desember 2017 di TPI Mayangan Probolinggo. Struktur ukuran ikan 23–65 cmFL dengan dominan pada ukuran 50 cmFL dengan ukuran pertama kali tertangkap (Lc) 44,5 cmFL. Laju pertumbuhan (K) 0,32 per tahun dengan panjang asimtotik 74 cmFL. Tingkat kematian karena penangkapan (F) lebih tinggi daripada tingkat kematian alami (M) dan tingkat eksploitasi E = 0,57%, yang berarti telah terjadi overfishing. Pengurangan eksploitasi sebesar 14%, dan penetapan ukuran layak tangkap serta ukuran legal diperdagangkan dapat menjadi upaya dalam dalam menjaga populasi ikan lencam.Abstract Fishing in Arafura waters is mostly done by fishermen from Java, including Jakarta, Probolinggo, Pati, and Indramayu. Fishermen from Probolinggo who catch fish in Arafura waters (FMA 718) use fishing nets and longline fishing with the main purpose being demersal fish, namely snapper (Lutjanus spp.), Groupers (Epeniphelus spp.), Lencam (Lethrinus lentjan) and others. Exploitation of demersal fish, especially lencam fish (Lethrinus lentjan) which will continually trigger changes in fish population stock in waters, so the scientific analysis is needed as a basis for fisheries management. The purpose of this scientific analysis is to become a control value in monitoring the amount of fish exploitation for fish stock assessment (Lethrinus lentjan). The study was conducted from February to December 2017 at TPI Mayangan Probolinggo. The size structure of fish 23–65 cmFL with a dominant size of 50 cmFL with the length at first capture (Lc) 44.5 cmFL. Growth rate (K) 0.32 per year with an asymptotic length of 74 cmFL. The fishing mortality (F) is higher than the natural mortality (M) and the exploitation level E = 0.57%, which means overfishing has occurred. The 14% reduction in exploitation and the determination of catch size and legal size of trade can be an effort in maintaining fish populations.
ABSTRAKIkan kakap merah merupakan salah satu ikan demersal yang rentan terhadap penangkapan dan mempunyai pengaruh dalam keseimbangan ekosistem. Penelitian dilakukan pada Mei-Desember 2015. Pengambilan data sebanyak 669 ekor ikan kakap merah di wilayah pendaratan ikan Belitung yang termasuk dalam wilayah Laut Cina Selatan. Hasil analisis diperoleh beberapa parameter populasi ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) memiliki koefisien pertumbuhan (=K) sebesar 0,21 per tahun dan panjang asimtotik (=L") 86,10 cm. Laju mortalitas alami (=M) 0,49 pertahun dan mortalitas penangkapan (F) sebesar 0,59 per tahun, sehingga diperoleh nilai kematian total (=Z) 1,08 pertahun. Panjang pertama kali tertangkap (= Lc) sebesar 38,2 cmTL dan panjang pertama kali matang gonad (=Lm) 45,6 cmTL. Status tingkat pemanfaatan ikan kakap merah (=E) sebesar 0,55. Tingkat pemanfaatan ikan kakap sudah over exploited sebesar 9 persen dari kondisi optimum. KATA KUNCI: Pertumbuhan; tingkat pemanfaatan; Laut Cina SelatanABST RACT The red snapper as one of the demersal fish are prone to catching and have an influence on the balance of the ecosystem. The study was conducted in May-December 2015. Data collection of 669 red snapper fishes in the landing area of Belitung are included in the South China Sea region. The analysis obtained several population parameters of red snapper (Lutjanus malabaricus) has a coefficient of growth (= K) of 0.21 per year and asymptotic length (= L") 86.10 cm , The rate of natural mortality (= M) 0.49 arrests per year and mortality (F) of 0.59 per year, so that the value of total mortality (= Z) 1.08 per year. Length at first captured (= Lc) 38.2 cmTL and length at first maturity (= Lm) 45.6 cmTL. Status utilization rate of red snapper (= E) of 0.55. The utilization rate of snapper fish has been over exploited by 9 percent from the optimum conditions.
Kepadatan stok ikan merupakan indikasi dari potensi perikanan di suatu wilayah yang sangat penting diketahui. Tujuan tulisan ini membahas tentang laju tangkap, kepadatan stok dan perkiraan biomassa ikan demersal serta udang. Penelitian sumber daya ikan demersal dan udang di Samudera Hindia Barat Sumatera dilakukan dengan menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya IV (1.200 GT) pada bulan Oktober dan November 2015 (Musim peralihan II). Penghitungan kepadatan stok menggunakan metode sweept area dengan panjang tali ris atas dari jaring trawl 36 m, kecepatan kapal saat menarik jaring berkisar 2,5 – 3 knot, lama penarikan jaring maksimal 1 jam. Perairan Samudera Hindia Barat Sumatera terdiri dari 151 spesies yang tergolong dalam 59 famili. Famili ikan demersal yang dominan tertangkap (5 besar), yaitu Leiognathidae sebesar 23,6 %, Trichiuridae 9,8%, Haemulidae 8,0%, Engraulididae 6,6%, dan Polynemidae 6,05%. Famili udang yaitu Penaeidae (79,08%), Scyllaridae 19,49%, dan Solenoceridae 1,43%. Rata-rata laju tangkap ikan demersal 205,80 kg/jam, dengan kepadatan stok 6,66 ton/km2 dan udang 2,30 kg/jam dengan kepadatan stok 0,053 ton/km2. Biomassa ikan demersal diperkirakan sebesar 470.122 ton dan udang 3.706 ton. Fish stock density is an index of stock abundance indicating the fish resources potential in a region. This paper discusses the catch rate, stock density and biomass estimates of the demersal fish and shrimp resources. Research on the demersal fish and shrimp resources in the Indian Ocean-Western Sumatera conducted using the Research Vessel Baruna Jaya IV (1200 GT) carried out during October and November 2015 (2nd intermonsoon season). Stock density was estimated through the swept area method. The trawl used has 36 m headrope, trawling speed of 2.5 - 3 knots, and maximum towing time was 1 hour. It was found that the fish resources in the waters of the Indian Ocean-Western Sumatera consisted of 151 species belonging to 59 families. The top five dominant fish families caught were Leiognathidae of 23.6%, Trichiuridae 9.8%, Haemulidae 8.0%, Engraulididae 6.6%, and Polynemidae 6.05%, while the shrimp families were Penaeidae of 79.08%, Scyllaridae 19.49%, and Solenoceridae 1.43%. The average catch rate of demersal fish was 205.80 kg/hour, with a stock density of 6.66 tons/km2 and shrimp of 2.30 kg/hour with a stock density of 5.3 kgs/km2. The estimated biomass of demersal fish was 470,122 tons and shrimp was 3,706 tons.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.