The learning process during pandemic Covid-19 is done online to suppress the spread. The current pandemic conditions the role of information technology is significant in online learning. The purpose of this study is to find out “Utilization of Information Technology for Online Learning in Covid-19 Disaster Conditions”. This research uses qualitative and quantitative surveys. Data sources are lecturers and students in the Geography Study Program at Lambung Mangkurat University. Online learning here uses e-Learning, Google Class, WhatsApp, Zoom, other information media and internet networks that can connect lecturers and students. The findings of this study are that information technology strongly supports the success of online learning in Covid-19 disaster conditions. The limitations of this study limit the information technology understudy and define the learning process during the Covid-19 pandemic in certain subjects. The results showed that the use of information technology is significant to support the success of online learning in Covid-19 pandemic conditions. The most widely used are E-learning and Watsapp. Whatsapp is most effective used as a medium in online learning because it does not require large quotas and good signals. The obstacles are some students in remote areas, and the ability to buy a variety of quotas.
The low median of age of first marriage in South Kalimantan is partly due to the high number of adolescent marriages that hinder the maturity age of marriage program. Adolescent marriages in this study is the age at first marriage for someone under the age of 20 years. This paper aims to analyze the factors that influence adolescent marriage in South Kalimantan. The study used a cross-sectional research design with data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS), South Kalimantan Province. The sample in this study were all married women aged 15-49 years who were respondents to the 2017 IDHS, which were divided into two categories as follows. (1) The category of adolescent marriage was the age of first marriage 15-19 years who met the criteria, amounting to 305 respondents. (2) The category of adult marriage is the age at first marriage of 20 years and over who meets the criteria, amounting to 328 respondents. The analysis in this study used univariable, bivariable and multivariable analysis. The results of the analysis show that 13.3 percent of women with low education, come from poor households and live in rural areas, cause adolescent marriages in South Kalimantan.
Tingginya kasus kawin anum di perdesaan menjadi hambatan pencapaian pembangunan manusia di Indonesia terutama pembangunan penduduk usia muda. Studi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan wanita tidak melakukan kawin anum di perdesaan Kalimantan Selatan menjadi sangat penting untuk dilakukan dalam rangka memberikan masukan untuk menyukseskan pendewasaan usia kawin dan sesuai aturan pada undang-undang perkawinan. Metode dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif menggunakan data sekunder yaitu data SDKI 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan usia 15-49 tahun yang telah menikah di Kalimantan Selatan berjumlah 633. Sampel dalam penelitian ini adalah perempuan usia 15-49 tahun yang telah menikah dan tinggal di daerah perdesaan Kalimantan Selatan berjumlah 333 responden. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 77 responden yang menikah dibawah 16 tahun dan 256 responden yang menikah pada umur 16 tahun keatas. Variabel yang digunakan sebagai variabel terpengaruh adalah usia kawin pertama. Sementara itu yang digunakan sebagai variabel pengaruh yaitu variabel sosial (pendidikan) dan variabel ekonomi (status bekerja dan ekonomi rumah tangga). Analisis dilakukan secara deskriptif analitis dengan menggunakan tabel silang ataupun metode statistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain faktor tempat tinggal, faktor yang berpengaruh terhadap usia kawin pertama di perdesaan Kalimantan Selatan adalah faktor ekonomi (tingkat ekonomi rumah tangga) dan faktor sosial (pendidikan). Dari kedua faktor tersebut faktor ekonomi menjadi faktor dominan, bahwa rumah tangga yang ekonominya tidak miskin cenderung tidak melakukan kawin anum. Dan, wanita yang berpendidikan tinggi cenderung tidak melakukan kawin anum. Kata Kunci: wanita, berpendidikan, bekerja, resiko, kawin anum
Tourism is an important sector in improving the economy of a region. Klaten Regency is known as 1001 umbul regency, of which the umbul tourism object is spread over 26 districts. This study aims to identify the distribution and potential of umbul tourism objects in Klaten Regency. This research is a quantitative approach with survei method, using spatial analysis, namely GIS and analysis of scoring and classification. Based on the results of this study, the distribution of umbul tourism objects in Klaten Regency is spread over seven districts, which form a straight line and are still in one aquifer network. The internal potential have high value, namely Umbul Brintik, Susuhan, Pelem, and Ponggok. The high external factors are owned by Umbul Susuhan,Ponggok, and Pelem. The potential for a combination of internal and external factors with a high value is owned by Umbul Brinta, Susuhan, Pelem, and Ponggok. Umbul Gedaren and Jolotundo still have moderate potential. Umbul Gedaren and Jolotundo still needto improve every element in internal and external factors so that these two tourism objects can be develop optimally. The potential of this umbul tourism object, if it is developed optimally, will later be useful for the people around the tour which can later improve the economy and welfare of the community.
Kalimantan Selatan memiliki peluang untuk menikmati bonus demografi dengan jendela kesempatan (the window of opportunity) di Kalimantan Selatan dimana rasio ketergantungan mencapai titik terendah 39,7 pada tahun 2025. Maka jendela kesempatan harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Posisi perempuan di beberapa negara termasuk Indonesia lebih rendah dibandingkan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan. Peran wanita dalam bonus demografi menjadi tantangan yang harus dipersiapkan oleh pemerintah provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran wanita dalam menghadapi bonus demografi berdasarkan daerah tempat tinggal di Kalimantan Selatan.Analisis data sekunder menjadi metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah daerah tempat tinggal (perdesaan dan perkotaan), dan variabel bebas penelitian ini yaitu tingkat pendidikan, status bekerja, usia perkawinan pertama, usia persalinan pertama, kematian anak, fertilitas dan indek kekayaan perempuan yang dianalisis menggunakan tabel silang dan uji Chi Square dengan memanfaatkan Software Statistical Package Social Science (SPSS).Berdasarkan hasil uji Chi Square (X2) semua variabel bebas X2hitung > X2tabel, yang berarti semua variabel bebas mempunyai perbedaan yang bermakna dengan daerah tempat tinggal. Ini mencerminkan terjadinya ketimpangan tingkat pendidikan, status bekerja, usia perkawinan pertama, usia persalinan pertama, kematian anak, fertilitas dan indek kekayaan perempuan berdasarkan daerah tempat tinggal. Peran wanita dalam menghadapi bonus demografi berdasarkan daerah tempat tinggal selain meminimalisir ketimpangan yang ada antara daerah perdesaan dan perkotaan di Kalimantan Selatan, juga harus mengelola kelebihan yang sudah ada seperti status bekerja dan fertilitas, serta di bidang pendidikan lebih meningkatkan tingkat pendidikan, juga dibidang kesehatan seperti usia perkawinan pertama, usia persalinan pertama, kematian anak dan fertilitas. Dibutuhkan kebiajakn yang berbasis gender dan kebijakan yang tidak tepat hanya akan membuat bonus demografi lewat begitu saja.
Tujuan tulisan ini untuk menganalisis karakteristik pelaku perkawinan remaja putri di Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan sampel 160 responden, 113 responden diantaranya merupakan perempuan yang menikah remaja (di bawah 19 tahun) dan 47 responden tidak menikah di usia remaja (19 tahun keatas). Terjadinya ketimpangan jumlah sampel dikarenakan tingginya kasus perkawinan remaja di lokasi penelitian. Dari satu kelurahan hanya ditemukan 5,1 persen perempuan dengan usia kawin pertama 19 tahun keatas. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, menggunakan analisis univariat (tabulasi silang) untuk melihat karakteristik responden pada kedua kelompok usia kawin pertama. Beradasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa karakteristik perempuan yang menjadi pelaku perkawinan remaja putri di Kelurahan Raya Belanti, Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan antara lain berpendidikan rendah atau tamat SD ke bawah, tidak bekerja sebelum menikah, mayoritas dari rumah tangga miskin, pendidikan ayah rendah atau tidak tamat SD dan ayah bekerja sebagai petani.
<span lang="EN-US">This study was conducted to confirm the instrument of sustainability engagement and commitment in Eco-Campus activities of pre-service teacher. Respondents consisted of 500 pre-service teachers who were selected using stratified sampling techniques. The variables studied or the factors generated from exploratory factor analysis (EFA) of this study include knowledge, attitude, engagement, and commitment. Data were analyzed descriptively to obtain the reliability of the Cronbach's alpha value and confirmatory factor analysis (CFA) was used to obtain a four-factor solution using SPSS 22 and AMOS 20 software. The results of the analysis showed that the Cronbach's alpha value was in the high classification of more than 0.80. The results of the CFA analysis for the measurement model showed that the four-factor solution was compatible and acceptable based on the recommended fit indices (CMIN=214.073, DF=49, CMIN/DF=4.369, p=.000, GFI=.941, CFI=.971, TLI=.961, RMSEA=.082). As a result, the 36-item measuring model created was suitable for assessing sustainability participation and commitment in Eco-Campus activities, particularly among pre-service teachers in Malaysia.</span>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.