Swamedikasi bila dilakukan secara irasional dapat menimbulkan masalah seperti efek samping obat. Hal tersebut dapat diturunkan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat, dimana hal tersebut terwakilkan dari pengetahuan mahasiswa. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap dan praktik swamedikasi mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi di Universitas Bali Internasional. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Instrumen kuisioner yang mengandung 20 pertanyaan digunakan pada penelitian. Data dianalisis menggunakan SPSS (21.0). Chi-square test digunakan untuk membandingkan distribusi proporsi tiap kelompok sampel. Prevalensi swamedikasi antara mahasiswa Farmasi (77,4%) dan Non-Farmasi (40,4%) berbeda signifikan (p=0,000). Pengetahuan dan Praktik swamedikasi mahasiswa Farmasi signifikan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa Non-Farmasi. Gejala flu merupakan indikasi obat yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi (43,1%). Mahasiswa Non-Farmasi (24,8%) signifikan (p=0,001) lebih tinggi menganggap penggunaan antibiotika aman untuk swamedikasi dibandingkan mahasiswa Farmasi (5,1%). Terdapat perbedaan signifikan lebih tinggi pengetahuan dan praktik swamedikasi pada mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi.
The development of cases of COVID-19 (coronavirus disease 2019) in the province Bali to increase until it ranks 10 th in Indonesia. This study aims to determine the characteristics of patients and the description of drug use for COVID-19 patients at Karangasem Hospital Bali for the period April 2020-Aril 2021. This study used a descriptive observational method with a cross-sectional design through a retrospective data search. The number of respondents as a sample was 200 patients with purposive sampling technique. The data collected is in the form of secondary data, which comes from medical records of COVID-19 patients at Karangasem Hospital. The results of the study showed that the most COVID-19 patients in Karangasem RSUD were from adults as many as 109 people (54.5%). Clinical symptoms experienced by all patients were fever with body temperature 38°C for more than 3 days and headache (100%). Patients who had comorbid as many as 196 people (98%) with pneumonia being the highest comorbid as many as 102 people (51%). The length of hospitalization for patients is generally 0-7 days by 69% (138 people). The highest patient status experienced moderate degree of symptoms by 89% (178 people) and severe 11% (22 people). The most drugs given to patients was vitamin C intravenously by 71% (142 people), while antiviral drugs in the form of oseltamivir (tamiflu) became the least by 1% (2 people). The characteristics of moderate-to-severe COVID-19 patients are dominated by male adult patients, have comorbidities (98%), clinical symptoms experienced by all patients are fever for more than 3 days and headache, with hospitalization for more than 3 days. The type of drug that is most often used is for antipyretic analgesics is paracetamol, the type of antibiotic is azithromycin, the type of antiviral is favipiravir, the type of corticosteroid is dexamethasone.
Terjadinya peningkatan kasus Covid-19 tiap harinya menunjukkan masih kurangnya kepedulian masyarakat terhadap pencegahan terhadap Covid-19. Pemerintah terus menggalakkan program pencegahan penyebaran kasus Covid-19 dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Selain PHBS, pemerintah juga menyarankan kepada masyarakat untuk obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM. Adanya peningkatan pemanfaatan produk herbal di masyarakat harus disertai dengan pengetahuan yang baik tentang produk herbal tersebut. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah memberikan edukasi terkait peningkatan pengetahuan terhadap produk herbal untuk kesehatan guna menghadapi masa pandemi covid-19. Metode kegiatan ini dengan memberikan edukasi terkait program ini melalui Platform Zoom Meeting selain itu saya menggunakan WhatsApp dan Instagram sebagai sarana pendekatan untuk melakukan pengambilan data dan pembagian media booklet dan pengukuran pengetahuan dilakukan sebelum dan setelah pemberian edukasi. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah terdapatan peningkatan pengetahuan dari sebelum diberikan edukasi tingkat pengetahuan sebagian besar partisipan adalah cukup dengan angka 23 (77%) menjadi menjadi baik dengan angka 30 (100%). Data ini menunjukkan bahwa tujuan dari kegiatan ini tercapai, yaitu peningkatan pengetahuan partisipan terhadap produk herbal untuk kesehatan guna menghadapi masa pandemi covid-19.
Self-medication behavior is usually carried out to deal with complaints and minor ailments that many people experience, such as fever, pain, dizziness, cough, influenza, stomach ulcers, intestinal worms, diarrhea, skin diseases and others. The formation of behavior is influenced by knowledge. Behavior can be researched using the Theory of Planned Behavior (TPB) method. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of knowledge and the behavior of self-medication of analgesic medication at Pharmacy X in Denpasar City. This study uses a survey method with a cross sectional approach. The sampling technique in this study used the convenience sampling method with the number of respondents in this study as many as 276 people with inclusion criteria, namely respondents who used pain medication without a doctor's prescription, aged 15-65 years, could read and write, were willing to fill out a questionnaire while the exclusion criteria were respondents with mental and physical disabilities.The instrument used in this study was a self-medication knowledge and behavior questionnaire that had been tested for validity and reliability with valid and reliable results. The data obtained were analyzed by the Somers'd correlation method because both use an ordinal scale. The results showed that the level of knowledge of the respondents was high 37,3%, moderate 33,7%, and low 29%. Respondents' behavior was divided into 3 categories of TPB, attitudes towards behavior with moderate results (47,1%), subjective norms with high results (43,1%) and behavioral control with high results (48,9%). The results of the correlation test show a significance value (p-value) of 0.000 (p<0.05), which means that there is a significant relationship. The conclusion of this study is that there is a relationship between the level of knowledge and the behavior of self-medication of analgesic medication at Pharmacy X in Denpasar City.
Pasien penyakit ginjal kronik (PGK) memiliki risiko mengalami masalah-masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs). Penelitian bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan jenis terjadinya DRPs pada pasien PGK stage 3,4, dan 5 rawat inap di sebuah Rumah Sakit di Bali serta mengetahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya DRPs. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan dengan dua pendekatan yang berkesinambungan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pada tahap kuantitatif dilakukan secara observasional dan tahap kualitatif melalui wawancara dengan tenaga kesehatan. Sebanyak 58 pasien yang diikuti secara prospektif, yang kemudian dikelompokkan ke dalam stage 3, 4 dan 5. DRPs tersering adalah Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) sebanyak 68,39% dan penyebab (causes) tersering adalah terkait pemilihan dosis sebanyak 38,55% dan terkait dengan asuransi sebesar 5,16%. Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya DRPs yaitu kebijakan, ketersediaan obat, komunikasi, keterbatasan sumber daya, error atau kesalahan tidak disengaja, pengetahuan dan persepsi terhadap outcome. DRPs yang paling sering terjadi adalah (ROTD) dengan penyebab yang paling sering pemilihan dosis selain itu disebabkan karena pemilihan obat, bentuk sediaan obat dan proses penggunaan obat. Perlunya adanya farmasi di ruangan yang bertugas untuk melihat terapi dan obat-obatan yang diterima pasien.
Introduction: CAM use in the community for supporting therapy in the treatment of diseases the community depends on behavioral factors and can be measured using Methods: This research is cross-sectional study. The sample used in the study is around 97 peoples in Denpasar City. The data were collected between November analyzed by using by ordinal logistic test.
Penggunaan obat herbal melalui persepsi pengalaman dan informasi membuat keputusan untuk melakukan pengobatan semakin tinggi. Mengukur persepsi individu dapat melalui teori health belief model (HBM). Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan persepsi masyarakat berdasarkan metode health belief model (HBM) dengan penggunaan obat herbal di Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 97. Data dikumpulkan dari bulan Januari–Februari 2020 di Kota Denpasar menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji binary logistic. Perceived benefits dan self-efficacy memberikan hubungan yang signifikan terhadap penggunan obat herbal di Kota Denpasar (P<0.05). Pertimbangan apoteker dan penggunaan dosis yang relatif aman membuat masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dalam penggunaan obat herbal. Peningkatan aspek fisik, mental, dan spiritual dengan penggunaan obat herbal masih perlu dilakukan, terutama dalam menunjang kesehatan masyarakat.Kata kunci : Persepsi, HBM, obat herbal, masyarakat
Latar Belakang: Pelayanan Farmasi merupakan salah satu kegiatan di pelayanan kesehatan yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Perubahan paradigma kefarmasian dari terfokus pada obat (drug oriented) menjadi fokus kepada pasien (patient oriented). Patient Oriented menuntut pelayanan kefarmasian yang komprehensif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengutamakan keselamatan pasien. Dalam meningkatkan keamanan pengobatan pasien, konsep manajemen pelayanan farmasi saat ini bergerak ke arah manajemen obat yang aman (medication safety). WHO mengeluarkan suatu pedoman berupa alat ukur mengenai medication safety 5momen yang mencakup 5 pertanyaan yang digunakan oleh pasien dalam perawatan mereka sendiri guna mencapai pengobatan yang aman. Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia yang digunakan secara tidak tepat dan tidak rasional. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotika yang aman, berdasarkan 5 Momen for Medication Safety. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian potong lintang deskriptif. Hasil: Secara keseluruhan diperoleh 60% yang menjawab benar , yaitu 72,4% yang mengetahui kapan memulai pengobatan antibiotika, 68,8% yang mengetahui mengkonsumsi antibiotika, 42,6% yang mengetahui menambah antibiotika, 47,2% yang mengetahui mereview pengobatannya, dan 68,8% mengetahui dengan benar menghentikan obat antibiotika. Kesimpulan: 60 % masyarakat yang benar mengetahui pengobatan yang aman penggunaan antibiotika dan 40% yang tidak mengetahuinya.kata kunci: Medication safety, Antibiotika, patient safety.ABSTRACT Pharmacy services are one of the activities in health services that support quality health services. Change paradigms in Pharmacy form drug oriented to patient oriented. Patient oriented. Patient oriented demands comprehensive pharmaceutical services aimed at improving the quality of life of patients and prioritizing patient safety. In improving the safety of patient medication, the current pharmaceutical service management concept is moving towards safe drug management. WHO released a new tool for measuring the medication safety, 5 momen which includes 5 questions used to patient can be describe in their own care to achieve medication safety. Antibiotics are the most commonly used in the world that are used inappropriately and irrationally. The aim of study was to describe the safe use of antibiotics based on 5 Momen for medication safety. Methods : This research is a research with a quantitative approach with a descriptive cross-sectional study design. Result of the study Overall, it was found that 60 % who answer correctly, 72,4 % who’s can know when to start antibiotics treatment, 68,8 % can know taking antibiotics, 42,6% can know when must adding the antibiotics, 47,2% can know review the medication, and 68,8% can know when must stop the antibiotics. Conclusion : 60 % people who are really use the medication safety and 40 % do not know it.Keyword : Medication safety, Antibiotic, patient safety
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.