Swamedikasi bila dilakukan secara irasional dapat menimbulkan masalah seperti efek samping obat. Hal tersebut dapat diturunkan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat, dimana hal tersebut terwakilkan dari pengetahuan mahasiswa. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap dan praktik swamedikasi mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi di Universitas Bali Internasional. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Instrumen kuisioner yang mengandung 20 pertanyaan digunakan pada penelitian. Data dianalisis menggunakan SPSS (21.0). Chi-square test digunakan untuk membandingkan distribusi proporsi tiap kelompok sampel. Prevalensi swamedikasi antara mahasiswa Farmasi (77,4%) dan Non-Farmasi (40,4%) berbeda signifikan (p=0,000). Pengetahuan dan Praktik swamedikasi mahasiswa Farmasi signifikan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa Non-Farmasi. Gejala flu merupakan indikasi obat yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi (43,1%). Mahasiswa Non-Farmasi (24,8%) signifikan (p=0,001) lebih tinggi menganggap penggunaan antibiotika aman untuk swamedikasi dibandingkan mahasiswa Farmasi (5,1%). Terdapat perbedaan signifikan lebih tinggi pengetahuan dan praktik swamedikasi pada mahasiswa Farmasi dan Non-Farmasi.
Abstrak : Hipertensi yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan adalah salah satu penyebab hipertensi tidak terkontrol. Dukungan keluarga dan peran tenaga kefarmasian yang tinggi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi hipertensi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan dukungan keluarga dan peran tenaga kefarmasian terhadap kepatuhan minum obat antihipertensi di Puskesmas. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei tahun 2020 dan populasi pada penelitian ini adalah 100 pasien hipertensi lansia yang melakukan pengobatan rawat jalan di Puskesmas Mengwi I. Analisis data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Rank Spearman. Hasil uji statistik yang dilakukan didapatkan hubungan yang signifikan (p=0,00) dan kuat (r=0,558) antara skor total dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat antihipertensi pada 73 (73 %) responden. Selain itu juga pada peran tenaga kefarmasian, terlihat hubungan yang signifikan (p=0,00) antara penyediaan informasi, konseling pengobatan dan gaya komunikasi tenaga farmasi terhadap kepatuhan minum obat antihipertensi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga dan peran tenaga kefarmasian berpengaruh signifkan terhadap kepatuhan minum obat antihipertensi di Puskesmas Mengwi I. Abstract: Uncontrolled hypertension can lead to various complications. Nonadherence to therapeutic plans has been reported for uncontrolled hypertension. Family support and pharmacist role are factors that can affect patient adherence in carrying out hypertension therapy. The purpose of this study was to determine the relationship between family support and pharmacist role with adherence therapeutic plans. The study was conducted in March-May 2020 and the population in this study were 100 hypertensive adult respondents who were undergoing outpatient treatment at Primary Health Care Mengwi I. Data analysis was performed by means of univariate and bivariate using Rank Spearman. Statistical test results found that there is a significant (p=0,00) and strong (r=0,558) relationship between total score family support with adherence hypertension therapy. In addition, there is a significant (p=0,00) between drug information, counseling, and communication styles of pharmacists with adherence to hypertension therapy. From the research results, it can be concluded that family support and pharmacist role have a significant effect on adherence to hypertension therapy in Primary Health Care Mengwi I.
Menunggu merupakan suatu aktivitas yang seringkali menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan stress, khususnya dalam pelayanan kesehatan. Pasien yang datang ke sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, menginginkan suatu sistem pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas tanpa harus menunggu dalam waktu yang lama. Perlu dilakukan observasi lama waktu tunggu pelayanan obat atas resep dokter serta identifikasi faktor-faktor penyebab lama waktu tunggu di Puskesmas, karena puskesmas merupakan sarana kesehatan tingkat pertama di era JKN. Pendekatan studi kualitatif observasional dilakukan untuk mendapatkan gambaran waktu tunggu pelayanan obat atas resep dokter di puskesmas-puskesmas Kota Denpasar serta identifikasi faktor penyebab lama waktu tunggu pelayanan tersebut. Rata-rata waktu tunggu pelayanan obat atas resep dokter adalah 7 menit untuk resep racikan dan 4 menit untuk resep non-racikan. Sejumlah 424 resep racikan dan non-racikan telah observasi, hanya 32,74% resep non racikan dan 7,96% resep racikan yang memenuhi standar. Faktor-faktor yang mempengaruhi lama waktu tunggu pelayanan resep di Puskesmas Kota Denpasar diantaranya faktor kurangnya asisten apoteker, tidak adanya apoteker yang bertugas, faktor dokter interhensip, faktor manajemen persediaan farmasi, dan faktor instrumen yang digunakan dalam melakukan pelayanan kefarmasian. Waktu tunggu pelayanan resep di puskesmas belum sesuai dengan SOP yang ditetapkan oleh puskesmas tersebut. Permasalahan lama waktu tunggu tersebut disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu faktor SDM, metode, dan manajemen.
Acute pharyngitis is one of the most common diseases in primary health ABSTRAKFaringitis akut merupakan salah satu kondisi penyakit yang sering dialami oleh pasien di puskesmas. Namun belum diketahui manajemen terbaik untuk menekan penggunaan antibiotika pada kasus faringitis akut dewasa di Puskesmas Kabupaten X, Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen terbaik dalam menekan jumlah peresepan antibotika pada kasus faringitis akut dewasa di Puskesmas Kabupaten X, Bali. Studi prospektif kohort ini melibatkan 93 pasien berumur 12-45 tahun yang telah didiagnosa faringitis akut oleh dokter. Pengukuran dilakukan pada distribusi jumlah obat yang diresepkan tiap resep, frekuensi antibiotika, jumlah antibiotika serta DDD antibiotika yang diresepkan pada pasien faringitis akut. Hasil yang didapatkan yaitu Manajemen centor criteria dan RADT dapat menekan jumlah antibiotika yang diresepkan dibandingkan manajemen empiris di Puskesmas. Penekanan terjadi pada distribusi jumlah obat yang diresepkan tiap resep, frekuensi antibiotika, jumlah antibiotika serta DDD antibiotika. pola peresepan antibiotika pada pasien faringitis akut paling efektif dengan menggunakan manajemen centor criteria dan RADT di Puskesmas Kabupaten X, Bali.
Ikan dan produk perikanan merupakan bahan pangan yang mudah rusak dan membusuk. Di Bali, ikan pindang merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah ditemukan di pasar. Masyarakat kalangan menengah kebawah umumnya lebih memilih pasar tradisional sebagai tempat untuk berbelanja. Salah satu pasar tradisional yang selalu ramai pembeli dan menyediakan ikan pindang di Bali adalah pasar Mambal. Pasar Mambal merupakan pasar yang terletak di Desa Mambal, Kabupaten Badung, Bali. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya cemaran bakteriologis pada ikan pindang (Decapterus spp) di Pasar Mambal, Badung, Bali dengan desain penelitian one shot case study. Dari 30 sampel yang diperiksa diperoleh jumlah MPN Escherichia coli melebihi nilai standart kualitas ikan pindang dari SNI 01-2717-2009 (Tidak memenuhi syarat). Jumlah MPN Escherichia coli ikan pindang di bawah nilai standart maximum yang di ijinkan oleh SNI 01-2717-2009 yaitu < 3 APM/gram Ikan Pindang (memenuhi syarat). Pada pemeriksaan Angka Lempeng Total juga ada didapat hasil yang melebihi batas maksimal yang ditentukan pada SNI 01-2717-2009 dimana batas maksimal yang diperbolehkan yaitu 5 x 105 CFU per gram bahan. Ikan pindang yang diperiksa memiliki kualitas yang tidak baik dan tidak memenuhi syarat sesuai SNI 01-2717-2009 yang menyatakan bahwa jumlah bakteri Escherichia coli dalam ikan pindang adalah < 3 APM per gram bahan dan jumlah maksimal ALT ikan pindang adalah 5 x 105 CFU per gram. Ikan pindang yang diperiksa kulitas mutunya (Rasa, Rupa, bau, Warna, dan Tekstur) memiliki kualitas yang tidak baik.
Pasien penyakit ginjal kronik (PGK) memiliki risiko mengalami masalah-masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs). Penelitian bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan jenis terjadinya DRPs pada pasien PGK stage 3,4, dan 5 rawat inap di sebuah Rumah Sakit di Bali serta mengetahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya DRPs. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan dengan dua pendekatan yang berkesinambungan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pada tahap kuantitatif dilakukan secara observasional dan tahap kualitatif melalui wawancara dengan tenaga kesehatan. Sebanyak 58 pasien yang diikuti secara prospektif, yang kemudian dikelompokkan ke dalam stage 3, 4 dan 5. DRPs tersering adalah Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) sebanyak 68,39% dan penyebab (causes) tersering adalah terkait pemilihan dosis sebanyak 38,55% dan terkait dengan asuransi sebesar 5,16%. Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya DRPs yaitu kebijakan, ketersediaan obat, komunikasi, keterbatasan sumber daya, error atau kesalahan tidak disengaja, pengetahuan dan persepsi terhadap outcome. DRPs yang paling sering terjadi adalah (ROTD) dengan penyebab yang paling sering pemilihan dosis selain itu disebabkan karena pemilihan obat, bentuk sediaan obat dan proses penggunaan obat. Perlunya adanya farmasi di ruangan yang bertugas untuk melihat terapi dan obat-obatan yang diterima pasien.
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah seseorang diatas normal, yaitu 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik. Hipertensi menyebabkan peningkatan morbiditas, dengan prevalensi yang hampir sama di negara berkembang dan negara maju. Dalam hal kepatuhan minum obat, kesadaran pasien terhadap pengobatan memegang peranan penting. Peran anggota keluarga dalam kepatuhan minum obat hipertensi sangat penting. Dukungan dan perhatian dari keluarga salah satunya menjadi factor pendukung, berhasilnya pengobatan hipertensi, sehingga diharpakan menurunkan angka mortalitas. Pelayanan farmasi klinik di apotek adalah bagian pelayanan kefarmasian yang bertanggung jawab langsung terhadap pasien yang terlibat dalam dispensing.i. penelitian ini peneliti mencoba untuk Memahami hubungan peran dukungan keluarga dengan peran apoteker dalam minum obat tekanan darah tinggi di Apotek “X” Denpasar. Hasil yang didapat pada penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan dan kuat antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat antihipertensi pada domain dukungan emosional dan penghargaan (p=0,000; r=0,75) serta dukungan instrumental (p=0,003; r=0,52). Peran tenaga kefarmasian terhadap kepatuhan memiliki pengaruh kuat dan signifikan (p= 0,002; r=0,64).
ABSTRAKPemerintah pusat terus menggalakkan pencegahan dan pengendalian Covid-19, melalui Gugus Tugas COVID-19. Salah satu cara untuk menjaga daya tahan tubuh dari serangan virus corona adalah dengan mengkonsumsi vitamin atau suplemen. Informasi vitamin/suplemen yang akan disebarkan pada pengabdian masyarakat ini adalah vitamin C, Zink, dan Vitamin D3 di wilayah Desa Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar dengan sasaran ibu-ibu PKK. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah memberikan edukasi terkait pentingnya mengkonsumsi suplemen kesehatan dimasa pandemi COVID-19 dan bagaimana mengkonsumsi suplemen/vitamin dimasa pandemi COVID-19. Metode kegiatan ini dengan memberikan edukasi berupa poster secara langsung dan e-booklet melalui whatsapp grup kepada ibu-ibu PKK dan pengukuran pengetahuan dilakukan sebelum dan setelah pemberian edukasi. Hasil yang didapatkan adalah terdapat peningkatan pengetahuan ibu PKK secara signifikan (p=0,000) yakni dari skor baik semula berjumlah 19% meningkat menjadi 98% partisipan. Data tersebut menunjukkan bahwa tujuan dari program kerja tercapai, yaitu peningkatan pengetahuan partisipan ibu-ibu PKK terhadap penggunaan suplemen kesehatan di masa pandemi covid-19. Kata kunci: edukasi; suplemen; covid-19. ABSTRACTThe central government continues to promote the prevention and control of Covid-19, through the COVID-19 task force.One way to maintain the immune system from the corona virus is to take vitamins or supplements. Information on vitamins/supplements that will be distributed in this community service is vitamin C, Zink, and Vitamin D3 in the Pemecutan Kaja Village area, North Denpasar District, Denpasar City with the target of PKK women. The purpose of this activity is to provide education regarding the importance of consuming health supplements during the COVID-19 pandemic and how to take supplements/vitamins during the COVID-19 pandemic. The method of this activity is to provide education in the form of direct posters and e-booklets via whatsapp groups to PKK women and knowledge measurements are carried out before and after providing education. The results obtained were that there was a significant increase in the knowledge of PKK women (p = 0.000), namely from the original good score of 19%, it increased to 98% of participants. The data shows that the goal of the work program was achieved, namely increasing the knowledge of PKK women on the use of health supplements during the COVID-19 pandemic. Keywords: education; supplements; covid-19.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.