Abstrak.Tulisan bertujuan mengetahui keterkaitan antara fully human being dengan perkembangan identitas pada remaja. Pada artikel ini dijelaskan tentang tahapan perkembangan remaja, teori Gestalt terkait fully human being serta faktor-faktor yang mempengaruhi fully human being pada remaja.Kata Kunci: Fully Human Being; Remaja I. PENDAHULUAN Setiap manusia berkembang sesuai dengan tahapan perkembangan dangan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing-masing individu. Usia sering kali menjadi patokan dalam menentukan keberhasilan beserta tingkat perkembangan manusia. Tahapan perkembangan manusia memiliki keterkaitan yang sangat dekat dengan tugas perkembangan. Tahapan perkembangan manusia memiliki berbagai tingkatan yang dimulai saat manusia tersebut lahir hingga manusia tersebut tiada. Setiap ahli memiliki beberapa macam tahapan perkembangan manusia tergantung pada aspek masing-masing tahapan perkembang, yaitu aspek kognitif, afektif dan perilaku.Dilihat dari aspek perilaku, maka tahapan perkembangan manusia terbagi ke dalam delapan tahapan perkembangan yaitu tahap perkembangan kepercayaan vs kecurigaan, hingga tahap integritas vs keputusasaan. Dari delapan tahap perkembangan manusia, tahap adolescence (remaja) menjadi tahap yang berbeda dari tahap-tahap yang lain. Perbedaan itu disebabkan oleh adanya perubahan perkembangan fisik maupun psikis pada individu yang membawanya kepada perubahan perilaku. Masa Remaja (adolescence) dimulai saat manusia berada pada masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun.Menurut Santrock [1] remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan manusia dengan ciri manusia tersebut sering mengalami masa krisis identitas dan ambigu. Hal yang demikian menyebabkan remaja menjadi tidak stabil, agresif, konflik antara sikap dan perilaku, kegoyahan emosional dan sensitif, terlalu cepat dan gegabah untuk mengambil tindakan yang ekstrim. Dari sifat remaja yang mudah mengalami kegoyahan emosional dan gegabah tersebut menyebabkan remaja tidak mudah untuk mempertahankan emosinya yang positif sehingga sebagian besar individu yang masuk pada tahap perkembangan remaja sering menunjukkan perilaku agresif baik kepada teman, orang tua maupun kepada orang lain yang lebih muda.Selanjutnya Erikson [2] menambahkan bahwa tugas perkembangan remaja yang paling penting adalah pembentukan identitas diri. Selama masa ini remaja mulai merasakan suatu perasaan tentang identitas diri, perasaan bahwa dirinya adalah manusia yang unik. Manusia mulai mempelajari sifat-sifat yang melekat pada dirinya sendiri, tujuan masa depan, kekuatan dan hasrat untuk mengontrol nasibnya sendiri. Masa pencarian identitas diri terjadi pada masa remaja karena masa remaja merupakan masa peralihan pembentukan identitas yang akan berlangsung sampai masa remaja akhir. Menurut Marcia [2] terdapat minimal tiga dari aspek perkembangan remaja muda yang penting untuk mengidentifikasi pembentukan identitas. Remaja muda tersebut harus yakin memperoleh dukungan orang tua, harus mencapai prakarsa (sense of industry) dan harus mampu melakukan refle...
Abstract. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), MTs, atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui setara SMP/MTs. SMK diharapkan bisa menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi pada kenyataannya pengangguran terbuka paling banyak dari SMK. Satu diantara tugas perkembangan remaja khususnya siswa SMK adalah tercapainya kematangan karir. Kematangan karir merupakan aspek yang perlu dimiliki siswa untuk menunjang karir dimasa depan. Kematangan karir yaitu sikap dan kompetensi yang berperan untuk pengambilan keputusan karir (B. Hasan, 2006). Siswa SMK dituntut agar dapat melakukan pemilihan karir secara tepat ketika ia dihadapkan dalam proses penjurusan untuk memilih pilihan karir tertentu. Salah satu upaya untuk membantu siswa SMK dalam menghadapi permasalahan kematangan karir yaitu melalui layanan konseling behavioral dengan teknik Self Management. Penulisan ini menggunakan metode kajian literatur, sehingga tujuannya adalah bagaimana konseling behavioral dengan teknik Self Management membantu siswa SMK dalam mengembangkan kematangan karirnya.Kata kunci: Konseling Behavioral; Self-Management; Kematangan Karir I. PENDAHULUAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), MTs, atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui setara SMP/MTs. Berbeda dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempersiapkan siswanya untuk mampu terjun langsung ke dunia pekerjaan setelah lulus dari sekolah. Rata-rata siswa SMK berkisar antara 15-17 tahun tergolong dalam kategori usia remaja awal [1]. Pendidikan dan kurikulum siswa SMK berbeda dengan siswa SMA. Kurikulum dan tujuan SMK adalah mendidik siswa yang siap bekerja setelah lulus, sehingga pada SMK terdapat berbagai macam bidang yang menjurus pada peningkatan hard skill siswa agar kemampuannya dapat digunakan untuk bekerja setelah lulus.Menurut teori perkembangan, siswa SMK berada pada tahap eksplorasi periode kristalisasi. Pada periode kristalisasi, remaja semestinya sudah mampu membentuk aspirasi karir dengan mempertimbangkan kebutuhan, minat, kapasitas, dan nilai pribadi. Pada masa ini remaja mulai mengidentifikasi kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai, serta mengimplementasikan pilihan karir dengan memilih pendidikan dan pelatihan yang sesuai, akhirnya memasuki pekerjaan yang sesuai dengan pilihannya. Perkembangan karir pada remaja mengalami perkembangan yang besar dan menjadi hal yang sangat penting berkaitan dengan proses pengambilan keputusan akan karir dimana hal ini akan sangat mempengaruhi masa depannya [2].
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kematangan karir pada siswa SMK Negeri 2 Singkawang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 2 Singkawang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Purposive Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 32 siswa kelas XI jurusan Administrasi 1 SMK Negeri 2 Singkawang yang memiliki tingkat wawasan dan persiapan karir yang lebih rendah. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala psikologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan karir siswa masuk dalam kriteria tinggi (72,49 %). Saran yang dapat diberikan adalah siswa diharapkan mampu mempertahankan kemampuan dan kemantapan karir yang dimiliki menjadi terbiasa walaupun tanpa penguatan dan konsekuensi yang telah dipelajari selama mendapat layanan bimbingan kelompok dengan self management.Kata Kunci: Bimbingan Kelompok; Self Management; Kematangan Karir I. PENDAHULUAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui setara SMP/MTs. Berbeda dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempersiapkan siswanya untuk mampu terjun langsung ke dunia pekerjaan setelah lulus dari sekolah. Pendidikan dan kurikulum siswa SMK berbeda dengan siswa SMA. Kurikulum dan tujuan SMK adalah mendidik siswa yang siap bekerja setelah lulus, sehingga pada SMK terdapat berbagai macam bidang yang menjurus pada peningkatan hard skill siswa agar kemampuannya dapat digunakan untuk bekerja setelah lulus.Siswa SMK berada pada tahap eksplorasi periode kristalisasi. Pada periode kristalisasi, remaja semestinya sudah mampu membentuk aspirasi karir dengan mempertimbangkan kebutuhan, minat, kapasitas, dan nilai pribadi [1]. Pada masa ini remaja mulai mengidentifikasi kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai, serta mengimplementasikan pilihan karir dengan memilih pendidikan dan pelatihan yang sesuai, akhirnya memasuki pekerjaan yang sesuai dengan pilihannya. Perkembangan karir pada remaja mengalami perkembangan yang besar dan menjadi hal yang sangat penting berkaitan dengan proses pengambilan keputusan akan karir dimana hal ini akan sangat mempengaruhi masa depannya [2].SMK diharapkan bisa menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi pada kenyataannya pengangguran terbuka paling banyak dari SMK.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan peran yang ditunjukkan oleh kelompok teman sebaya dalam mempengaruhi keputusan karier; 2) mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi pengambilan keputusan karier. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui secara mendalam terkait peran teman sebaya dalam pengambilan keputusan karier siswa. Dalam mengumpulkan data, peneliti melakukan wawancara terstruktur kepada keenam orang siswa kelas XII. Wawancara yang dilakukan dengan pedoman wawancara peran teman sebaya dan faktor pengambilan keputusan karier yang telah diuji melalui uji validitas konstruksi (judgement experts). Kemudian, data hasil penelitian dianalisis menggunakan model Miles and Huberman yang terdiri dari data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Hasil penelitian menunjukkan: 1) peran kelompok teman sebaya terlihat pada aspek dukungan sosial, moral dan emosional; kebebasan berpendapat, bertindak atau menemukan identitas diri. Sedangkan aspek sebagai agen sosialisasi dan mengembangkan keterampilan tidak terlalu ditemukan pada teman sebaya. 2) Faktor kondisi lingkungan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan karier. Sedangkan untuk faktor belajar tidak terlalu berpengaruh dalam pengambilan keputusan karier. Berdasarkan hasil penelitian, hendaknya teman sebaya bisa memilih teman yang dapat dijadikan sebagai role model dan Guru BK dapat memfasilitasi pembentukan kelompok teman sebaya yang membahas terkait permasalahan karier agar siswa bisa secara mandiri mengambil keputusan karier.<br /><br /><br /><strong>Abstract:</strong> This study aims to: 1) describe the role shown by peer groups in influencing career decisions; 2) identify the causal factors that influence career decision making. This study uses a qualitative approach to know in-depth the role of peers in students' career decision-making. In collecting data, the researcher conducted structured interviews with the six students of class XII. Interviews were conducted using peer role interview guidelines and career decision-making factors that have been tested through construction validity tests (expert judgment). Then, the research data were analyzed using themodel Miles and Huberman consisting of data reduction, data display, and conclusion drawing/verification. The results showed: 1) the role of peer groups was seen in aspects of social, moral and emotional support; freedom of opinion, action or self-identity. While the aspects as agents of socialization and developing skills are not found in peers. 2) Environmental conditions are very influential in making career decisions. Meanwhile, the learning factor is not very influential in making career decisions. Based on the results of the study, peers should be able to choose friends who can be used as role models and guidance and counseling teachers can facilitate the formation of peer groups that discuss career issues so that students can independently make career decisions.
Konseling kelompok dapat dijadikan sebagai sarana untuk membantu individu dalam mencapai perkembangan dan bantuan untuk mengatasi persoalan psikologis. Cognitive behavior therapy sebagai pendekatan dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat pula dijadikan sebagai sarana modifikasi perilaku individu untuk menentang pikiran (dan emosi) yang salah. Bibliotherapy sebagai sebuah teknik dalam kegiatan layanan konseling kelompok menjadi salah satu alternatif kebutuhan menangani permasalahan perkembangan individual dalam kehidupan bermasyarakat. Bibliotherapy mencakup tiga tahapan yang berfokus pada identifikasi, katarsis, dan wawasan. Individu mengidentifikasi bacaan yang disesuaikan dengan karakter, berkaitan dengan masalah yang dihadapi, dan pengalaman yang menuju pada pelepasan katarsis. Metode dalam artikel ini menggunakan studi literatur dan kajian penelitian terkait. Artikel ini dapat dijadikan sebagai referensi peneliti selanjutnya untuk membangun kerangka kerja teoritis dan metodologi.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.