The recognition of herbs and spices among young generation is still low. Based on research in SMK 9 Bandung, showed that there are 47% of students that did not recognize herbs and spices. The method that can be used to overcome this problem is automatic digital sorting of herbs and spices using Convolutional Neural Network (CNN) algorithm. In this study, there are 300 images of herbs and spices that will be classified into 3 categories. It’s ginseng, ginger and galangal. Data in each category is divided into two, training data and testing data with a ratio of 80%: 20%. CNN model used in classification of digital images of herbs and spices is a model with 2 convolutional layers, where the first convolutional layer has 10 filters and the second convolutional layer has 20 filters. Each filter has a kernel matrix with a size of 3x3. The filter size at the pooling layer is 3x3 and the number of neurons in the hidden layer is 10. The activation function at the convolutional layer and hidden layer is tanh, and the activation function at the output layer is softmax. In this model, the accuracy of training data is 0.9875 and the loss value is 0.0769. The accuracy of testing data is 0.85 and the loss value is 0.4773. Meanwhile, testing new data with 3 images for each category produces an accuracy of 88.89%. Keywords: image classification, herbs and spices, CNN.
Belajar matematika menjadi momok tersendiri bagi siswa. Untuk itu diperlukan suatu metode supaya pembelajaran matematika menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi siswa sehingga kedepannya kesan sulit pada pelajaran matematika dapat dihapus. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengajak mereka belajar matematika sambil bermain. KARTIKA (Kartu Matematika) dirancang sebagai salah satu media pembelajaran matematika yang dikemas melalui permainan edukatif. Sasaran dari KARTIKA adalah siswa sekolah dasar kelas 4 dan 5. Permainan ini diterapkan pada siswa SD Islam Pangeran Diponegoro. KARTIKA adalah mainan kartu layaknya kartu bridge (kartu remi), perbedaan KARTIKA dengan kartu bridge adalah cara penomoran kartunya. Dalam KARTIKA setiap kartu berisikan operasi hitung yang disesuaikan dengan materi pembelajaran siswa sekolah dasar. Dimana jawaban dari operasi hitung itu adalah angka 1 sampai dengan 13. Sehingga untuk bisa bermain, siswa dituntut untuk bisa menyelesaikan operasi hitung yang ada di dalam kartu. Metode ini cukup efektif untuk mengajak anak belajar matematika. Karena pada pembelajaran matematika dengan media KARTIKA, anak menganggap dirinya sedang bermain, namun pikiran mereka tetap dijalankan untuk memecahkan operasi hitung yang ada pada kartu.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui apa saja jenis kesalahan yang dilakukan di SMPN 4 Sukawati (2) untuk mengetahui apa saja penyebab siswa di SMPN 4 Sukawati melakukan kesalahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Hasil penelitian ini adalah (1) kesalahan dalam tahap memahami masalah (25,53%.), kesalahan menyusun rencana (24,18%), kesalahan transformasi (20,21%), kesalahan melaksanakan rencana (24,46%) dan kesalahan memeriksa kembali hasil yang diperoleh (29,78%.). (2) Penyebab kesalahan yang dilakukan siswa adalah (a) siswa tidak memahami soal, (b) siswa kurang teliti, (c) siswa terlalu terburu-buru dalam mengerjakan dan menyelesaikan soal, (d) siswa kurang latihan mengerjakan soal bentuk cerita dengan variasi berbeda, (e) siswa kurang mampu menangkap informasi masalah yang terkandung dalam soal, (f) siswa ragu menuliskan jawabannya, (g) tidak membuat kesimpulan dari jawaban yang diberikan, dan (h) Siswa kurang teliti dalam menyelesaikan soal tanpa mengecek kembali jawaban yang didapatkan.
ABSTRACT The purpose of this research is (1) To find out how the needs of teachers and students in learning math using E-learning based on Problem Based Learning in SMP Negeri 2 Denpasar, (2) to find out the factors of obstacle in needs planning efforts of mathematics learning using E-learning based on Problem Based Learning and (3) to find out supporting factors in needs planning efforts of mathematics learning using E-learning based on Problem Based Learning. This research is qualitative research. The subjects in the study mathematics teachers and students in grades IX 1 and IX.2. The instrument used is a questionnaire. The results of this study are (1) 100% of teachers fall into the category of very need and, 39.69% of students are in the category of very need, and 60.31% of students are in the category of need, (2) The obstacle factor experienced by teachers is a less stable network and licensing needs from the leadership. As for learners there are no obstacle factors experienced and (3) There are several supporting factors from teachers and students, namely the availability of devices such as mobile phones, laptops and computers and very adequate internet access. Keyword : Mathematic education; e-learning; Problem based learning ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui bagaimana kebutuhan guru dan peserta didik dalam pembelajaran matematika menggunakan E-learning berbasis Problem Based Learning di SMP Negeri 2 Denpasar, (2) untuk mengetahui faktor kendala dalam upaya perencanaan pemenuhan kebutuhan pembelajaran matematika menggunakan E-learning berbasis Problem Based Learning dan (3) untuk mengetahui faktor pendukung dalam upaya perencanaan kebutuhan pembelajaran matematika menggunakan E-learning berbasis Problem Based Learning. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru matematika kelas IX dan peserta didik kelas IX 1 dan IX.2. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah (1) 100% guru masuk kategori sangat butuh, 39,69% peserta didik masuk kategori sangat butuh, dan 60,31% peserta didik masuk kategori butuh, (2) Faktor kendala yang dialami guru yaitu jaringan kurang stabil dan diperlukan perizinan dari pimpinan. Sedangkan untuk peserta didik tidak terdapat faktor kendala yang dialami dan (3) Ada beberapa faktor pendukung dari guru dan peserta didik yaitu tersedianya perangkat seperti Handphone, laptop dan komputer serta akses internet yang sangat memadai. Kata Kunci : Pembelajaran Matematika; E-learning; Problem Based Learning
ABSTRACT The purpose of this research is to find out how the readiness of Saraswati 1 Denpasar High School (SLUA) in the application of blended learning models in mathematics learning, to find out the supporting factors in the readiness of the blended learning application in mathematical learning, and to know the supporting factors in the readiness of the application of blended learning models in mathematical learning. This research is descriptive qualitative research with a research sample consisting of the headmaster, math teacher, and science students. These research instruments use questionnaires and interview sheets. The results showed that Saraswati 1 Denpasar High School (SLUA) is classified as a ready school in applying the blended learning model to mathematical learning, but the school needs more improvement in each readiness factor developed by Aydin & Tasci. There are some supporting factors in applying the blended learning model in mathematical learning, namely human factors in the experience criteria to implement blended learning; technological factors on the attitude criteria in using technology for blended learning; and innovation factors on the criteria for adjustment of the teacher's ability to plan the blended learning as well as the ability of students to follow the blended learning model. There are factors that inhibit the development of blended learning models in mathematical learning, namely technological factors on the criteria of the availability of facilities and infrastructure for the blended learning. Keywords: Readiness Analysis; Blended Learning; Mathematical Learning ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesiapan SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar dalam penerapan model pembelajaran blended learning pada pembelajaran matematika, untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dalam kesiapan penerapan model pembelajaran blended learning pada pembelajaran matematika, dan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam kesiapan penerapan model pembelajaran blended learning pada pembelajaran matematika. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan sampel penelitian terdiri dari kepala sekolah, guru matematika, dan siswa jurusan IPA. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan lembar wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar dalam menerapkan model pembelajaran blended learning pada pembelajaran matematika tergolong siap namun perlu sedikit peningkatan pada setiap faktor kesiapan yang dikembangkan oleh Aydin & Tasci. Terdapat faktor-faktor pendukung penerapkan model pembelajaran blended learning pada pembelajaran matematika yakni faktor manusia pada kriteria pengalaman untuk melaksanakan blended learning; faktor teknologi pada kriteria sikap dalam menggunakan teknologi untuk pembelajaran blended learning; dan faktor inovasi pada kriteria penyesuaian kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran blended learning serta kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran blended learning. Terdapat faktor penghambat penerapkan model pembelajaran blended learning pada pembelajaran matematika yakni faktor tenologi pada kriteria ketersediaan sarana dan prasarana untuk blended learning. Kata Kunci: Analisis Kesiapan; Blended Learning; Pembelajaran Matematika
This workshop program has been successfully implemented. The indicators of success are shown by the activities, liveliness, and products produced by 25 PAUD teachers in the Tabanan Regency Education Office in the even semester of the 2021/2022 academic year. During the activity, the Kindergarten and PAUD teachers as workshop participants looked very enthusiastic about participating in the given workshop activities. This is shown by the many questions raised by kindergarten and PAUD teachers related to the topic of the workshop given. Some important questions raised by kindergarten and PAUD teachers were related to the relevance material workshop provided, namely regarding the STEAM method made from LOOSE PART, as an innovative learning model in learning. Apart from that, in practice during workshops the teacher is also asked to complete the product which will then be evaluated by the resource persons. In this activity, the resource person also conveyed several inputs related to the products that had been produced by each group.
Dried tumpeng is one of the traditional ceremonies used by Hindus in Bali. This study aims to examine the elements of STEAM contained in dried tumpeng. This research is a qualitative descriptive study with an ethnographic design. The subject of this research is the community of entrepreneurs of dried tumpeng in Guwang Village, Sukawati District, Gianyar. The data in this study were obtained through interviews, observation, and documentation. The data was then analyzed in three stages, namely data reduction, data presentation, and data conclusion. To get valid and objective data, triangulation method is used. The results showed that there were STEAM elements in the process of making dried tumpeng, namely the scientific element can be seen from the coloring process, adhesives and drying techniques used, the technological element can be seen from the dried tumpeng printing equipment, the machine element can be seen from the design of the printing equipment used, the art element can be seen from the various colors of the dried tumpeng, and the mathematical element can be seen from the raw production costs, income, sales, losses, and the comparison of the materials used. These STEAM elements can be used in social arithmetic learning. Students can be asked to make a project of making dried tumpeng from the beginning of manufacture, packaging to even the sales stage so that learning can be more meaningful. Keywords: Dried tumpeng, STEAM
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui persentase jenis kesalahan dan penyebab kesalahan yang dilakukan siswa berdasarkan teori Nolting. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas VII D SMP Negeri 2 Kuta Utara berjumlah 36 orang siswa. Sampel penelitian dipilih menggunakan metode Cluster Random Sampling sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 6 orang siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persentase jenis kesalahan berdasarkan teori Nolting, yaitu kesalahan membaca petunjuk sebesar (22%), kesalahan kecerobohan sebesar (9%), kesalahan konsep sebesar (20%), kesalahan aplikasi sebesar (2%), kesalahan pengerjaan tes sebesar (24%), dan kesalahan belajar sebesar (23%). Penyebab dari kesalahan yang dilakukan siswa adalah siswa kurang teliti, siswa terlalu terburu-buru, siswa tidak percaya diri, siswa kurang memanfaatkan waktu dengan baik, siswa belum paham dengan maksud soal, siswa belum paham menggunkan konsep atau rumus, siswa tidak mengetahui konsep atau rumus, dan siswa kurang berlatih soal-soal. Terdapat beberapa saran guna meminimalisir kesalahan yang dilakukan oleh siswa, yaitu guru hendaknya memperkenalkan lebih banyak soal-soal cerita khusnya soal cerita tipe HOTS, guru hendaknya menekankan siswa akan pentingnya penyelesaian soal secara lengkap dan berusaha menerjemahkan maksud soal sehingga tidak salah dalam menafsirkan soal, siswa harus lebih teliti dalam mengerjakan soal, dan siswa harus lebih aktif dalam menggali informasi seperti bertanya, berdiskusi, berlatih soal secara mandiri tidak hanya di sekolah namun juga di rumah.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.