Latar belakang Kejadian kasus COVID-19 pada bayi belum banyak dilaporkan dan mekanisme penularan terhadap bayi baru lahir masih belum jelas. Tujuan Melaporkan perbedaan karakteristik bayi baru lahir dari ibu terkait COVID-19 di RSUP Dr. Kariadi Semarang Metode Penelitian retrospektif dengan data sekunder catatan medik bayi baru lahir dari ibu terkait COVID-19 di RSUP dr Kariadi Semarang pada periode April-Mei 2020 dengan kelompok pembanding bayi baru lahir dari ibu tidak terkait COVID-19. Kriteria inklusi semua bayi lahir dari ibu terkait COVID-19 dirawat di rumah sakit dan dilakukan pemeriksaan PCR dengan spesimen swab nasofaring. Data yang dikumpulkan adalah usia kehamilan, jenis kelamin, berat lahir, cara persalinan, usia ibu dan jenis minum yang diberikan pada bayi. Dilakukan uji beda menggunakan uji chi square dan shapiro wilk. Analisis data menggunakan program komputer SPSS. Hasil Dari 46 sampel penelitian terdiri dari 23 bayi lahir dari ibu terkait COVID-19 dan 23 bayi lahir dari ibu tidak terkait COVID-19 dilakukan analisis dengan hasil tidak terdapat perbedaan bermakna dari usia kehamilan, berat lahir, cara persalinan dan usia ibu. Pada kelompok bayi lahir terkait COVID-19 mayoritas lahir dengan jenis kelamin perempuan (74%) dan jenis minum yang diberikan sekitar 86% dengan susu formula. Tidak ada bayi yang mendapat ASI eksklusif pada bayi yang lahir dari ibu terkait COVID-19. Semua bayi yang lahir dari ibu terkait COVID-19 didapatkan hasil swab nasofaring negatif dan tidak menunjukkan gejala apapun sampai dengan pulang. Simpulan Tidak didapatkan perbedaan karakteristik usia kehamilan, berat lahir, cara persalinan dan usia ibu. Terdapat perbedaan karakteristik jenis kelamin dan jenis minum yang diberikan pada kedua kelompok penelitian. Keyword: bayi baru lahir, COVID-19 Background The incidence of COVID-19 cases in newborn has not been widely reported and the mechanism of transmission to the newborn is unclear. Objective To report the characteristics of newborns from mothers related to COVID-19 at Kariadi Hospital Semarang. Method Retrospective study with secondary data on medical records of newborns from mothers related to COVID-19 at Kariadi Hospital in the April-May 2020 period with a comparison group of newborns from mothers not related to COVID-19. Criteria for inclusion of all infants born to mothers associated with COVID-19 were hospitalized and PCR examination carried out with nasopharyngeal swab specimens. Data collected were gestational age, sex, birth weight, mode of delivery, maternal age and type of dietary given to the baby. Analysis tests were performed using chi square test and Shapiro Wilk. Data analysis using SPSS computer programs Result Of the 46 study samples consisting of 23 babies born to mothers related to COVID-19 and 23 babies born to mothers not related to COVID-19 were analyzed with the results that there were no significant differences in gestational age, birth weight, mode of delivery and maternal age. In the group of babies born with COVID-19 the majority were born with a female sex (74%) and the type of dietary given was around 86% with formula milk. No baby gets exclusive breastfeeding for babies born to mothers related to COVID-19. All babies born to mothers related to COVID-19 obtained negative nasopharyngeal swab results and did not show any symptoms until discharge. Conclusion There were no differences in the characteristics of gestational age, birth weight, mode of delivery and maternal age. There were differences in the characteristics of the sexes and types of dietary given in the two study groups. Keyword: newborn, COVID-19
Latar Belakang: Pandemi Novel Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh virus SARS CoV-2 ini berawal dari Wuhan, China, menyebar ke lebih dari 200 negara dan mengakibatkan puluhan ribu kematian termasuk anak. Studi literatur yang membahas COVID-19 pada orang dewasa mulai bermunculan, namun pada anak masih terbatas. Dalam studi literatur ini kami mengulas beberapa artikel ilmiah dan literatur terbaru tentang COVID-19 pada anak yang dipublikasikan sejak Januari 2020 hingga akhir Juli 2020, khususnya manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang. Metode: Mengulas publikasi 35 literatur ilmiah mengenai COVID-19 anak pada jurnal seperti Pubmed, Google Scholar, Science Direct, The Lancet sejak Januari hingga Juli 2020. Hasil: Kejadian COVID-19 pada anak lebih rendah dan memiliki gejala yang lebih ringan dibandingkan orang dewasa. Gejala yang sering muncul adalah batuk, faring hiperemis, dan demam. Belum ada bukti jelas mengenai kejadian transmisi intrauterine yang dilaporkan. Prognosis menunjukkan respon terapi yang baik dan pemulihan yang lebih cepat dibandingkan dengan orang dewasa. Kesimpulan: Kejadian COVID-19 lebih rendah, manifestasi klinis lebih ringan dan prognosis lebih baik pada anak dibandingkan dengan orang dewasa. Kata kunci: COVID-19, anak, studi literatur Background: The Novel Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pandemic caused by the SARS CoV-2 virus originated in Wuhan, China, spread to more than 200 countries and resulted in tens of thousands of deaths including children. Literature studies discussing COVID-19 in adults are starting to emerge, but in children it is still limited. In this literature study, we review some of the latest scientific articles and literature on COVID-19 in children published from January 2020 to the end of July 2020, in particular clinical manifestations and supporting examinations. Methods: Reviewing 35 scientific literatures about children with COVID-19 in journals such as Pubmed, Google Scholar, Science Direct, The Lancet from January to July 2020. Results: The incidence of COVID-19 in children was lower and had milder symptoms than adults. Symptoms that often appear are cough, hyperemic pharynx, and fever. There was unclear proof of intrauterine transmission. The prognosis of children with COVID-19 showed a good response to therapy and faster recovery compared to adults. Conclusion: The incidence of COVID-19 is lower, the clinical manifestations are milder, and the prognosis is better in children compared to adults. Keywords: COVID-19, children, literature study
Background Hypoglycemia is the most common metabolic issue in newborns and should be treated as soon as possible to prevent complications of neurologic impairment, mental retardation, developmental delay, and cardiovascular disorders. Objective To assess maternal, fetal, and neonatal factors for identifying infants at risk of developing neonatal hypoglycemia. Methods This case-control study was conducted in the Perinatal Unit of Dr. Kariadi Hospital, Semarang, Central Java. A total of 123 newborns with blood glucose <47 mg/dL comprised the case group and 123 newborns without hypoglycemia comprised the control group. Characteristics of infants, maternal age, maternal pregnancy-related conditions, as well as fetal and neonatal factors were recorded and analyzed for possible relationships with hypoglycemia. Results Out of 677 newborns, hypoglycemia was found in 123 (18.2%) infants (59 male, 64 female). In the case group, 58 (47.1%) were preterm, 38 (30.9%) very preterm, and 8 (6.5%) extremely preterm infants. Factors associated with neonatal hypoglycemia were prematurity (OR 6.537; 95%CI 3.543 to 12.063; P <0.001), low birth weight (OR 2.979; 95% CI 1.532 to 5.795; P<0.001), small for gestational age (OR 1.805; 95% CI 1.054 to 3.095; P=0.031), and birth asphyxia(OR 3.386; 95% CI 1.945 to 5.895; P<0.001). In multivariate regression analysis, prematurity and low birth weight remained the significant factors associated with neonatal hypoglycemia. Conclusion Prematurity and low birth weight are significant risk factors associated with neonatal hypoglycemia. Routine screening and monitoring of blood glucose is recommended for preterm newborns and infants with low birth weight
Ikatan Dokter Anak Indonesia secara periodik mengkaji rekomendasi jadwal imunisasi untuk menyesuaikan dengan berbagai perkembangan yang terkait dengan jadwal imunisasi di Indonesia. Jadwal imunisasi 2020 ini bertujuan agar dapat digunakan oleh anggota IDAI dalam memenuhi keinginan masyarakat mendapatkan vaksin yang lebih lengkap. Perubahan pada rekomendasi tahun 2020 adalah pada imunisasi Hepatitis B, IPV, BCG, DTP, Hib, Campak /MR/MMR, JE, Varicella, Hepatitis A dan Dengue. Jadwal imunisasi lain tidak ada perubahan. Untuk memudahkan dalam melaksanakannya dilampirkan juga tabel jadwal imunisasi tahun 2020. Untuk memahami dasar pertimbangan jadwal imunisasi dan perubahannya perlu mempelajari uraian di dalam artikel ini dan keterangan dibawah tabel tersebut untuk diterapkan ke dalam layanan imunisasi.
Latar belakang. Kejadian gangguan pendengaran di negara maju 1-3 dari 1000 kelahiran hidup, sedangkan prevalensi gangguan pendengaran di Indonesia ±4,2%, penyebabnya antara lain asfiksia. Identifikasi dini usia 3 bulan pertama kehidupan dan intervensi optimal 6 bulan pertama mencegah gangguan bicara, bahasa, kognitif, personal sosial, emosional, perilaku, akademik dan keterbatasan kesempatan kerja. Kesimpulan. Asfiksia merupakan faktor risiko gangguan pendengaran usia kurang dari satu bulan. Gangguan pendengaran terbanyak pada asfiksia berat. Obat ototoksik dan ventilator mekanik merupakan faktor risiko gangguan pendengaran usia kurang dari satu bulan. Prematuritas dan asfiksia, obat ototoksik, ventilator mekanik secara bersama-sama belum dapat disimpulkan sebagai faktor risiko gangguan pendengaran. Sari Pediatri 2011;13(1):5-13.Kata kunci: OAE, gangguan pendengaran, asfiksia neonatal.
Latar belakang. Menurut data WHO tahun 2007, diperkirakan prevalensi gangguan pendengaran padapopulasi penduduk Indonesia 4,2%, salah satu penyebab gangguan pendengaran adalah hiperbilirubinemiapada neonatus. Identifikasi dini gangguan pendengaran dan intervensi optimal pada usia enam bulanpertama dapat mencegah gangguan bicara dan bahasa, prestasi akademik, hubungan personal sosial, danemosional pada anak.Tujuan. Membuktikan dan menganalisis risiko hiperbilirubinemia terhadap terjadinya gangguanpendengaran pada neonatus.Metode. Dilakukan penelitian kohort pada 36 neonatus dengan hiperbilirubinemia di RS Dr. Kariadi,Maret 2009 – Maret 2010, terdiri dari 18 kelompok kasus dengan kadar bilirubin indirek >12 mg/dl dan18 kelompok kontrol dengan kadar bilirubin indirek <12 mg/dl. Subyek penelitian dipilih menggunakanmetode consecutive sampling. Dicatat data klinis, laboratorium, dilakukan tymphanometri, OtoAcusticEmission (OAE) dan Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) pertama serta OAE dan BERA tigabulan kemudian. Analisis dilakukan dengan uji Chi-square, uji Mc Nemar dan uji t tidak berpasangan.Hasil. Kejadian gangguan pendengaran pada pemeriksaan BERA awal sebanyak 9 kasus (25%) dan 3 kasus(8,3%) pada pemeriksaan BERA kedua, secara statistik tidak bermakna (p>0,05). Pada pemeriksaan BERAawal, rerata kadar bilirubin indirek tidak berbeda bermakna (p>0,05) antara neonatus dengan gangguanpendengaran 14,1 8+6,289 mg/dl dan neonatus tanpa gangguan pendengaran (11,29+2,995) mg/dl. Nilairisiko relatif (RR) 2,0 (p>0,05; 95% CI 0,6-6,8), namun secara statistik tidak bermakna.Kesimpulan. Kejadian gangguan pendengaran pada neonatus dengan hiperbilirubinemia adalah 25%.Kadar bilirubin indirek >12 mg/dl belum dapat disimpulkan sebagai faktor risiko gangguan pendengaranpada neonatus dengan hiperbilirubinemia.
Latar belakang. Bayi kurang bulan (BKB) mempunyai beberapa permasalahan yang berkaitan dengan proses metabolisme dan perkembangan fungsi oromotor yang belum matang sehingga berisiko terjadi kekurangan gizi. Pemberian human milk fortifier (HMF) menyediakan tambahan protein, mineral, dan vitamin untuk mengejar pertumbuhan.Tujuan. Menganalisis peningkatan pertumbuhan BKB sesuai masa kehamilan (SMK) dan kecil masa kehamilan (KMK) dengan pemberian HMF.Metode. Penelitian observasional dengan 30 BKB SMK dan 23 BKB KMK di RSDK pada Januari 2019-2020. Kriteria inklusi adalah bayi dengan berat lahir <1500 gram yang pemberian enteral telah mencapai 100 ml/kg/hari, SMK atau KMK. Data yang diambil berat badan (BB) setelah 7, 14, 21, dan 28 hari diberi HMF; panjang badan (PB) dan lingkar kepala (LK) setelah 28 hari diberi HMF, dianalisis dengan nilai p<0,05 adalah bermakna.Hasil. Setelah pemberian HMF yang sesuai dengan target pencapaian peningkatan pada PB dan LK, BKB lebih banyak pada kelompok SMK, pada BB lebih banyak pada kelompok KMK. Pencapaian peningkatan pertumbuhan BKB SMK dibandingkan KMK setelah diberi HMF tidak terdapat perbedaan yang bermakna.Kesimpulan. Bayi kurang bulan SMK dan KMK yang diberi HMF telah sesuai dengan target pencapaian peningkatan BB, PB, dan LK.
Background Neonatal asphyxia is the major cause of neonataldeath at a rate of approximately 23%. The incidence of asphyxiais higher in developing countries, due to limited availability ofperinatology facilities. Hypoxia due to asphyxia is characterizedby low pulse oxygen saturation (Sp02), which basic health carefacilities are unable to monitor. The number ofnucleated red bloodcells (nRBCs) in asphyxia increases in order to compensate forthe hypoxia. Few studies have reported on nRBCs as they relateto pulse oxygen saturation in neonatal asphyxia.Objective To assess for a correlation between nRBCs and pulseoxygen saturation in neonatal asphyxia.Methods In this cross-sectional study, asphyxia was assessed byway of Apgar scores; pulse oxygen saturation was monitored bypulse oximetry; and nRBCs were determined by blood smears.Statistical analysis used was Spearman's test.Results Subjects were 41 neonates with asphyxia, 15 of whomhad 5th minute Apgar scores S 6. Subjects with Apgar scores S 6had significantly higher umbilical venous nRBC counts [20.0 (SD13.09) /100 white blood cell] than subjects with Apgar score >6 [8.81 (SD 8.71) /100 white blood cell] ; (P = 0.004). Subjectswith Apgar S 6 had significantly lower 5th minute Sp02 values[76.46 (SD 6.17) %] than subjects with Apgar scores > 6 [87.03(SD 6.29)]; (P < 0.0001). Spearmans' test revealed a significantcorrelation between higher nRBC counts and lower pulse oxygensaturation (r = -0.804; P<0.0001) .Conclusion In asphyxia neonatorum there is a correlationbetween umbilical vein nRBC counts and the 5th minute Sp02.As such, we recommend using nRBC examinations to predictpulse oxygen saturation as a means to assess the severity ofhypoxia in peripheral areas where pulse oximetry machines maybe unavailable
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.