Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin atau aktivitas insulin. Salah satu komplikasi dari Diabetes Melitus Tipe 2 yang mempengaruhi sistem saraf perifer yaitu Peripheral Arthery Disease (PAD) merupakan suatu kondisi dimana terdapat terdapat lesi di pembuluh darah sehingga menyebabkan aliran darah dalam arteri yang mensuplai darah ke ekstermitas menjadi terbatas. Senam kaki diabetes dapat membantu sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Sikulasi darah pada daerah kaki dapat diukur melalui pemeriksaan non invasive salah satunya adalah dengan pemeriksaan ankle brachial index. Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pengaruh senam kaki Diabetes Terhadap Ankle Brachial Index Pada Pasien DM Tipe. Jenis penelitian ini merupakan eksperimenental studies dengan pre test dan post test. Sampel penelitian ini sebanyak 10 orang dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian rata-rata ankle brachial index pasien setelah pemberian terapi senam kaki mengalami peningkatan dengan nilai ABI sebelum pemberian terapi senam kaki (pretest) sebagian besar tergolong berat yaitu 4 responden (40%) meningkat menjadi normal sebanyak 5 responden (50%) setelah diberikan terapi senam kaki (posttest). Dan dari hasil t hitung sebesar 4.714, hal ini diketahui bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel (4.714>1.833), yang berarti H0 ditolak dan Hα diterima, sedangkan nilai p=0.001 lebih kecil dari tingkat kemaknaan α=0,05 hal ini menunjukan ada perbedaan yang bermakna antara ankle brachial index sebelum dan sesudah pemberian terapi senam kaki.
Diabetes Mellitus - Hipertensi (DM-HT) adalah intoleransi karbohidrat yang ditandai dengan resistensi insulin, defisiensi insulin relatif, produksi glukosa berlebih oleh hati dan hiperglikemia. Diabetes dan komplikasinya membawa kerugian besar bagi penderita diabetes dan keluarga. Upaya yang dilakukan untuk mengendalikannya adalah dengan latihan prolanis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam prolanis terhadap tekanan darah dan pengendalian kadar glukosa darah pada pasien DM Tipe II dan Hipertensi di Puskesmas Aek Habil Sibolga. Jenis penelitian dengan menggunakan one group pre and post test dimana penelitiannya terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes tipe II dan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Aek Habil dengan jumlah sampel sebanyak 49 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan Paired t-test. Sebelum dianalisis dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu dimana diperoleh hasil untuk data kadar gula darah terdistribusi normal dan untuk data tekanan darah sistol dan diastol tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh senam prolanis terhadap gula darah dengan signifikansi 0,001. Pada tekanan darah didapatkan hasil ada pengaruh senam prolanis terhadap perubahan tekanan darah sistol dengan signifikansi 0,000, dan tekanan darah diastol dengan signifikansi 0,00. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Senam Prolanis terhadap pengendalian kadar gula darah dan tekanan darah pada penderita Diabetes Mellitus dan Hipertensi. Diharapkan kepada tenaga kesehatan dapat meningkatkan upaya penanganan penyakit diabetes melitus dengan mengoptimalkan kegiatan senam prolanis.
Puskesmas is a health service facility that organizes public health efforts and first-level individual health efforts, with greater emphasis on promotive and preventive efforts, to achieve the highest level of public health in the working area. Puskesmas Accreditation is an acknowledgment given by an independent Accreditation provider established by the Minister after meeting Accreditation standards. The purpose of this study was to determine the relationship between Puskesmas Accreditation Status and Service Quality in Simalungun District. This type of research is analytic to determine the relationship between Puskesmas Accreditation Status and Service Quality in Simalungun District. This study uses a case control study approach (case and control), where independent variables are determined first, then the dependent variable is searched through a questionnaire that has been tested. A sample of 92 people, 46 were sampled for cases (Puskesmas Tiga Dolok) and 46 for controls (puskesmas Huta Bayu) using consecutive sampling techniques. Based on the results of bivariate test studies, that the dimensions of service quality related to the health center accreditation status (p <0.05) are tangibles, reliability, responsiveness, and assurance dimensions. Factors that are not related to the health center accreditation status (p> 0.05) are empathy dimensions. From the multivariate test results, it is known that the most dominant factor on the status of puskesmas accreditation is the quality of service based on the dimensions of responsiveness.
Kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Pihak manajemen juga dapat menggunakan pengukuran kinerja sebagai alat untuk mengevaluasi organisasi. Dalam rangka peningkatan manajemen di tingkat Puskesmas, maka unsur-unsur manajemen yang terdiri atas perencanaan, penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, pengendalian dan penilaian telah dikernbangkan. Penerapan fungsi-fungsi manajemen sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai puskesmas. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan manajemen dengan kinerja petugas kesehatan. Penelitian bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan sebanyak 150 orang dengan jumlah sampel 88 orang. Sampel diambil dengan menggunakan consecutive sampling. Penelitian ini dianalisis uji chi-square dan Regresi Logistik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa perencanaan, (p-value 0,02), pelaksanaan dan pengendalian (p-value 0,01), pengawasan dan pertagnggungjawaban (p-value 0,00) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja petugas kesehatan. Berdasarkan analisis multivariate didapatkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja petugas kesehatan adalah Pengawasan dan Pertanggungjawaban dimana p-value 0.03 dan nilai Exp (B) 5,885 dimana Pengawasan dan Pertanggungjawaban yang dilakukan dengan baik mempunyai peluang 5.885 kali petugas kesehatan melakukan kinerja yang baik dibandingkan dengan Pengawasan dan Pertanggungjawaban yang cukup. perencanaan, (p-value 0,02), pelaksanaan dan pengendalian (p-value 0,01), pengawasan dan pertagnggungjawaban (p-value 0,00) mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja petugas
Keperawatan sebagai profesi dan tenaga profesional bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain. Demi tercapainya kualitas pelayanan keperawatan maka pelayanan keperawatan didasarkan pada profesionalisme untuk mendukung sistem pelayanan kesehatan secara komprehensif. Pemberian asuhan keperawatan dalam satu ruangan sangat dipengaruhi tercukupinya jumlah tenaga keperawatan, ruangan perawatan menentukan berapa banyak tenaga perawat yang dibutuhkan, karena bila tenaganya kurang menghambat pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Peran dan fungsi masing-masing tenaga sangat menetukan bagaimana pengelolaan pemberian asuhan keperawatan. Pengaturan pada masing-masing perawat untuk mencegah terjadinya tumpang tindih dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Karakteristik Model Praktek Keperawatan Profesional Dengan Kinerja Perawat. Penelitian ini analitik dengan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 96 orang diambil dengan menggunakan consecutive sampling. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa terdapat hubungan Tenaga Keperawatan dengan kinerja perawat p-value 0,02, terdapat hubungan Jenis Tenaga Keperawatan dengan kinerja perawat p-value 0,02, dan terdapat hubungan Metode Pemberian ASKEP dengan kinerja perawat p-value 0,04t. Diharapkan bagi tim manajemen untuk mempertimbangkan agar dilakukan evaluasi pada penerapan MPKP dan adanya suatu sosialisasi bila akan diberlakukan suatu konsep dalam menrapkan metode pemberian asuhan keperawatan
Pulmonary Tuberculosis (TB) is an infectious disease that still has became theworld concern. In Indonesia, pulmonary tuberculosis is still major communityhealth problem eventhough the goverment have already develop Tuberculosis programsince decade ago. The purpose of this research is to describe factors contributing to pulmonary tuberculosis through general characteristic of the pulmonary Tubeculos is patients and their environmental especially housing condition.The aims of Reseach to know the relationship of coping stress with adherence to Medication in people with Tuberculosis in Delitua Sub district health centers Delitua Deli Serdang district the year 2017. The study is Observational, analytic approach of cross sectional. The subject of research was Pulmonary Tuberculosis sufferers in the region Delitua, County Health Center Deliserdang. The Data of obtained by the used of questionnaires and direct observations in the neighborhood Health Center. Sampling of the techniques, namely the minimum number of samples with 61 samples. The data using computer programs with the chi-square test with a significance level of 95% (? = 0.05) value p = 0.001. The results of the data analysis Univariate statistics for trials with Koping stress indicate that the average sufferer of Tuberculosis are at categories de-stress kopingAdaktif 70.5%,as for compliance with medication is at a category i.e. 82.0% Obedient, Chi-square test results Showed there is Relationship stress Compliance with the Koping medication (0.001). The conclusions of this Reasech showed that stress Koping have relationships with Medication Compliance.
Fainting usually occurs suddenly, syncope can be caused due to too long in the hot sun. Syncope can also be caused by external diseases (weather, wind, heat) or emotional or shocking diseases. The purpose of this study was to determine the effect of health education by the audiovisual method on first aid knowledge in students who experienced syncope in Delitua 1 Public High School. This research method is Pre Experimental with the research design used by One Group Pre Test Post Test. The sampling technique uses Systematic Random Sampling with a sample of 65 students. The results of the study using the Wilcoxon test (The Signed Rank Test) obtained a significant value of 0.013 <0.05. The conclusions of the results of this study indicate that there is an effect of health education by the audiovisual method on first aid knowledge in students who experience syncope in Delitua 1 Public High School.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.