A B S T R A C TPurpose: The study aims to isolate the culturable marine bacteria and to assess their potential as the bioremediation agent for petroleum hydrocarbons contamination in marine environment. Methods: Bacteria isolates were obtained by repetitive streaks to obtain purified bacteria on Zobell marine agar plates before further analysis and culture through direct visualization on agar plates. Identification were conducted using 16S rDNA sequence which are compared using NCBI BLAST and, combined with phenotypic and phylogenetic data. The potential use of the selected bacteria was tested by culturing them with two carbon sources i.e., glucose and crude oil.Result: Fifty-one culturable marine hydrocarbonoclastic bacteria were isolated from the Lombok Strait (LS-3, LS-13, LS-14, LS-15, and Indian Ocean (IO-1, IO-6, IO-8, IO-19, IO-24 and IO-25). Twelve isolates were found to degrade crude oil efficiently at a >2% concentration and to grow with crude oil as their sole carbon and energy source. These 12 strains belong to the genus Bacillus, which is well known to produce surface active agents, and the oil displacement assay indicated the production of these agents by these strains. Within the genera Bacillus, five species (Bacillus flexus, B. methylotrophicus, B. aquimaris, B. horikoshii, and B. thioparans) were represented by the 12 identified strains. Conclusion: Selected strains from the Lombok Strait and Indian Ocean were capable of degrading crude oil (2% v/ v) by 43.9-71.9% over 14 days. These results are important for marine bioremediation in Indonesia, which often faces risks of oil spill contamination and disaster.
The aim of the study was to determine the ecological potential and pattern of the distribution of sea cucumbers in the waters of Tanjungkeramat, Pangkil Village, Teluk Bintan District, Bintan regency. This study uses a survey method, determining the area with a swap area method of 4 areas, measuring the area using a meter with a length and width of 100 x 50 m. The results of the study found 2 types. Sea cucumber from the subfamily namely Holothuriidae and Stichopodidae. The highest density of Holothuroidea species in area I is 46 individual/ha. The lowest density is in area IV which is 12 individual/ha. Sea cucumber density in Tanjungkeramat is still relatively good. The water conditions in Tanjungkeramat still meet the quality standards that support the life of sea cucumber. Distribution pattern in area I with Id value 0.69, area II with Id value 0.68, and area III with a value of 0.42 has an even distribution pattern, while the distribution pattern in area IV Id 1.00 has a random distribution pattern.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat kerapatan seedling (semai), sapling (pancang), pohon dan tingkat regenerasi ekosistem mangrove di Perairan Sei Jang Kota Tanjungpinang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Agustus 2019 . Penelitian ini dilakukan pada tiga stasiun yang ditentukan dengan metode purposive sampling, berdasarkan keberadaan ekosistem mangrove di Perairan Sei Jang Kota Tanjungpinang. Setiap stasiun dilakukan pengambilan data sebanyak 3 plot, dengan ukuran plot 10x10m untuk pohon, plot berukuran 5x5m untuk sapling dan 2x2 m untuk sub plot seedling. Hasil penelitian ditemukan empat jenis mangrove yaitu Bruguiera gymnorhiza, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan Ceriops tagal. Nilai kerapatan pada stasiun 1 untuk pohon 1.033 ind/ha, sapling 3.200 ind/ha, seedling 30.000 ind/ha, pada stasiun 2 untuk pohon 933 ind/ha, sapling 2.667 ind/ha dan seedling 22.500 ind/ha dan pada stasiun 3 untuk pohon 1.333 ind/ha, sapling 3.333 ind/ha dan seedling 38.333 ind/ha. Tingkat regenersi mangrove pada semua stasiun pengamatan tergolong baik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ekologis, tingkat kesesuaian dan daya dukung kawasan wisata pantai. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kesesuaian kawasan wisata pantai di Pulau Terkulai berdasarkan potensi ekologis yaitu kedalaman, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan pantai, biota berbahaya, aksesibilitas, sarana dan prasarana, penutupan lahan pantai serta ketersediaan air tawar memiliki nilai indeks kesesuaian wisata pada titik sampling I dan II yaitu 73,86% dengan kategori sangai sesuai (S1) dan titik sampling III yaitu 68,42% dengan kategori cukup sesuai (S2). Daya dukung kawasan pantai Pulau Terkulai untuk aktivitas wisata pantai adalah 234 jiwa dengan pemanfaatan luas area 50 m2/orang untuk waktu kunjungan selama 3 jam/orang/hari.
Desa Teluk Bakau, Kabupaten Bintan memiliki komunitas mangrove yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis mangrove, tutupan kanopi mangrove, dan tingkat kerusakan mangrove di Pulau Beralas Bakau. Pengamatan mangrove dilakukan dengan menggunakan metode line transek, dengan luasan area pengamatan 10 x 10 m. Hasil penelitian ditemukan 4 (empat) species mengrove yakni Rhizopora apiculata, R mucronata, Bruguiera gymnorrizha, Xylocarpus granatum. Kondisi mangrove berdasarkan kerapatan dan tutupan kanopi tergolong sedang, dengan kriteria mangrove tergolong baik. Parameter fisika – kimia perairan meliputi; suhu, Kecepatan Arus, Substrat, Salinitas, pH, dan DO masih dalam kisaran normal.
Penelitian mengenai potensi sumberdaya lamun sebagai pencadangan kawasan konservasi telah dilakukan di Perairan Beloreng, Tembeling, Kabupaten Bintan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi ekologi sumberdaya lamun, mengetahui jenis biota yang berasosiasi di padang lamun, dan mengetahui tingkat kesesuaian sumberdaya lamun sebagai pencadangan kawasan konservasi di Perairan Beloreng, Tembeling, Kabupaten Bintan. Penelitian ini dilakukan dengan metode acak sebanyak 31 titik menggunakan plot berukuran 0,5 x 0,5 meter. Hasil penelitian ditemukan 5 jenis lamun yaitu, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, dan Halophila decipiens. Jenis biota yang dijumpai diantaranya kepiting rajungan (Portunus pelagicus), kerang kampak (Atrina pectinata), siput gonggong (Strombus turturella), ikan baronang (Siganus sp.), teripang jepun (Stichopus chloramatus), dugong (Dugong dugon) dan ular (Bungarus fasciatus). Tingkat kesesuaian sumberdaya lamun dilihat dari aspek ekologi, sosial dan budaya tergolong dalam kategori S2 (sesuai bersyarat) untuk dijadikan pencadangan kawasan konservasi lamun.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesesuaian dan daya dukung wisata pantai di Pulau Penjalin, Kabupaten Kepulauan Anambas. Penentuan titik stasiun menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan lokasi wisata pantai di Pulau Penjalin, Kabupaten Kepulauan Anambas. Untuk pengambilan data parameter ekologi dilakukan dengan metode survei. Hasil penelitian ini menunjukkan indeks kesesuaian wisata pantai di Pulau Penjalin pada stasiun 1 adalah 90,60% dan pada stasiun 2 adalah 97,44%, dengan tingkat kesesuaian wisata pantai pada kedua stasiun dikategorikan sangat sesuai. Daya dukung kawasan di Pulau Penjalin untuk aktivitas wisata pantai pada stasiun 1 sebanyak 478 jiwa dan dan stasiun 2 sebanyak 1.594 jiwa, dengan luas area pemanfaatan seluas 50 m2/orang dan waktu kunjungan selama 3 jam/orang/hari.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.