Latar Belakang : Penyebab terjadinya masalah gizi pada remaja salah satunya adalah kurangnya pengetahuan gizi. Pedoman Gizi seimbang pada remaja perlu disampaikan dengan sebuah media yang menarik supaya mudah dipahami dan di aplikasikan dalam kehidupan sehari hari. Media ular tangga dengan siswa sebagai bidaknya diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan gizi pada remaja. Tujuan : mengetahui pengaruh permainan ular tangga terhadap pengetahuan gizi remaja Metode : Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental dengan one group pre-post design, pemilihan subjek dengan stratified random sampling dan didapatkan 186 siswa SMA Negeri 2 Ungaran dan SMA Negeri 2 Tuntang pada siswa kelas X dan XII. Penilaian status gizi siswadengan IMT/U. Pengukuran pengetahuan dengan kuesioner sebelum dan sesudah permainan ular tangga. Pengaruh permainan ular tangga terhadap pengetahuan gizi siswa diuji dengan menggunakan paired t-test. Hasil: Rata-rata pengetahuan gizi siswa sebelum intervensi yaitu 75,78±8,95 dan meningkat menjadi 90,37±6,3. Terdapat peningkatan pengetahuan gizi remaja setelah melakukan permainan ular tangga ( p<0,005). Simpulan : Permainan ular tangga meningkatkan pengetahuan gizi pada remaja
Complementary feeding is used for infants aged 6-24 months to meet nutritional needs other than breast milk. The addition of local food ingredients could increase the nutritional value of instant baby porridge, such as red beans and oyster mushrooms, as a source of protein and fiber. This study was conducted to evaluate instant porridge preference and nutritional contents with red beans and oyster mushrooms. Quasi-experiment completely randomized method was used in this study. There were 3 formulations of porridge based on the composition of rice flour and red bean (60:40, 70:30, and 80:20). All formulas were added with 1 gram of dry oyster mushrooms. Based on an organoleptic test conducted by 25 infant mothers, the ratio of 70:30 was the best formula. This formula contained 39.2 grams of carbohydrates, protein 6.1 grams, 1 gram of fat, and 1.1 grams of fiber per serving. Instant porridge formula 2 fulfils the nutritional needs of infants aged 6-12 months of carbohydrates, protein, fat and fiber, respectively 37.3%, 40.1%, 2.9%, and 10%.
Latar Belakang : Upaya perbaikan kesehatan kerja menjadi penting untuk membangun SDM ketenagakerjaan yang berkualitas, sehingga memiliki produktivitas yang baik. Gizi tenaga kerja mempunyai peranan penting untuk meningkatkan produktivitas. Tenaga kerja perlu mendapatkan asupan gizi yang baik dan sesuai dengan jenis maupun beban pekerjaan. Dengan demikian akan menghasilkan tenaga kerja yang mempunyai daya tahan, kesehatan dan satus gizi pekerja yang baik. Kelebihan asupan energi dan rendahnya aktivitas fisik meningkatkan risiko terjadinya obesitas. Angka kebutuhan energi dan zat gizi lain perlu disesuaikan dengan tingkat aktivitas fisik individu tenaga kerja. Tujuan : Mengidentifikasi determinan status gizi pada tenaga kerja CV. Karoseri Laksana. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 150 orang pekerja berjenis kelami laki-laki dengan rentang usia 19 – 66 tahun, diambil dengan metode simple random sampling. Data asupan energi diperoleh melalui kuesioner food recall 3 x 24 jam. Indeks Massa Tubuh (IMT) diukur menggunakan metode antropometri. Data beban kerja dihitung dengan cara mengukur tingkat beban kerja melalui reaksi fisiologis tubuh berdasar cardiovascular strain secara manual dengan menggunakan stopwatch. Analisis data dengan Shapiro wilk, rank spearman, dan regresi linier ganda. Hasil : Sebanyak 20% subyek termasuk underweight, 40% subyek termasuk status gizi normal, 14% subyek tergolong overweight, dan 26% subyek tergolong dalam obesitas. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi tenaga kerja, diantaranya adalah asupan energi, asupan protein, asupan lemak, asupan karbohidrat, dan beban kerja. Variabel yang memiliki pengaruh paling kuat terhadap status gizi adalah beban kerja, sehingga beban kerja dapat digunakan untuk mempredikti IMT. Kata kunci : status gizi, tenaga kerja, obesitas.
Ikan kembung bisa dikenal dengan sebutan sebagai mackarel fish yang termasuk ikan dengan harga yang murah. Ikan kembung itu rasanya enak dan gurih karena kaya akan gizi di antaranya protein dan omega-3. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh substitusi daging sapi dengan ikan kembung dalam pembuatan bakso terhadap daya terima, kadar protein dan kadar air. Jenis penelitian termasuk metode eksperimental dengan satu faktor yang di coba, yaitu Daging sapi dengan substitusi Ikan Kembung yang terdiri dari 3 perlakuan dengan proporsi 80%:20%, 60%:40%, 40%:60%. penelitian yang akan dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan adanya tiga kali ulangan Pengambilan data menggunakan metode kuisioner. Uji statistik dengan menggunakan uji Anova. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kadar protein pada perlakuan P1, P2, P3 berturut-turut yaitu 11,62%, 11,59% dan 11,80% dan tidak berpengaruh nyata dimana nilai p = 0,806. Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa aroma (p = 0,001), warna (p = 0,049) dan tekstur (p = 0,048) berpengaruh nyata dimana nilai p < 0,05, sedangkan rasa (p = 0,072) tidak berpengaruh nyata. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak adanya pengaruh penambahan ikan kembung terhadap kadar protein dan rasa bakso ikan. Sedangkan substitusi ikan kembung berpengaruh terhadap aroma, warna dan tekstur.
Latar Belakang: Pemberian karbohidrat yang tepat dapat menunjang performa dan kapasitas latihan atlet. Penelitian menunjukkan asupan gizi atlet Indonesia sebagian besar masih di bawah kebutuhan. Snack bar dapat dijadikan makanan selingan padat gizi dan energi bagi atlet. Modifikasi snack bar dengan tepung mocaf dan tepung kacang merah dapat menghasilkan produk olahan tinggi energi dan karbohidrat.Tujuan: menganalisis tingkat kesukaan dan proksimat snack bar berbahan dasar tepung mocaf dan tepung kacang merah.Metode: Penelitian ini menggunakan desain ekperimental dalam bidang food production. Formulasi snack bar yaitu perbandingan tepung mocaf dan tepung kacang merah yaitu formula SB1(75%:25%), SB2 (50%:50%), dan SB3 (25%:75%). Uji tingkat kesukaan dilakukan kepada 33 orang panelis agak terlatih. Analisis data uji tingkat kesukaan menggunakan uji beda Kruskal Walliss dilanjutkan uji Mann Whitney menggunakan aplikasi di komputer dengan tingkat kepercayaan 95% atau α=5%. Analisis proksimat yang dilakukan meliputi kadar karbohidrat, kadar protein, kadar lemak, dan kandungan serat.Hasil: Uji tingkat kesukaan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan aroma (p=0,025) dan tekstur (p=0,025) diantara ketiga formulasi, namun tidak ada perbedaan dari kompoenen rasa (p=0,854) dan warna (p=0,470). Formula terbaik adalah snack bar formula SB2 karena memiliki nilai rerata tertinggi pada tiga komponen uji tingkat kesukaan. Kandungan zat gizi snack bar formula SB2 per 100 gram yaitu 434,68+22,30 kkal, 79,1+9,46 g karbohidrat, 7,86+1,04 g protein dan 10,59+1,51 g lemak.Simpulan: Formulasi snack bar dengan perbandingan tepung mocaf 50% dan tepung kacang merah 50% merupakan formulasi terbaik dan memenuhi kriteria sports foods sebagai makanan selingan bagi atlet.
The tendency of modern society's lifestyle that demands fast food due to dense activities, noodles have been used as a substitute for rice. The raw material used in the manufacture of noodles is wheat flour which is still imported. So it is necessary to reduce the consumption of wheat flour by moving to pumpkin and mocap flour as alternative. Another analysis stated that noodles with wheat flour can increasing glycemic index and trigger the occurrence of obsession up to the prevalence of Diabetes Mellitus. The survey to target from Keji Village by random sampling stated that the consumption of instant noodles for toddlers is relatively high. The factor that cause the high consumption factor is the lack of education for housewives and also lack of skills of housewives in serving healthy on varied types of food for toddlers. The implementation of community service is education of the glycemic index and its effect on food, training on functional food processing of low glycemic index noodles from pumpkin and mocap flour and continued by discussion session. The activities carried out and received by the participants enthusiastically. Pretest and post-test were also carried out and results showed that 70.82% of participants could not answer correctly, but after a demonstration of making low glycemic index noodles, the results showed that 76.71% of participants had answered correctly according to the material presented, and the participant knowledge increase up to 72% after this service activities.ABSTRAKKecenderungan pola hidup masyarakat modern yang menuntut makanan siap saji akibat aktivitas yang padat, mie telah digunakan sebagai salah satu pangan pengganti nasi. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan mie adalah tepung terigu yang selama ini masih impor. Sehingga perlu adanya pengurangan konsumsi tepung terigu dalam pembuatan mie yang salah satunya menggunakan alternatif tepung labu kuning dan tepung mocaf. Analisis lain menyebutkan bahwa mie dengan bahan baku tepung terigu dapat menyebabkan peningkatan indeks glikemik dan memicu terjadinya obsesitas sampai dengan prevalensi Diabetes Mellitus. Hasil survey kepada mitra sasaran di wilayah Dusun Suruhan-Desa Keji secara random sampling menyebutkan bahwa konsumsi mie instan bagi Balita masih tergolong tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya faktor konsumsi tersebut adalah kurangnya edukasi bagi ibu rumah tangga sekaligus kurangnya keterampilan Ibu rumah tangga dalam menyajikan jenis makanan sehat dan bervariasi bagi Balita. Adapun pelaksanaan pengabdian masyarakat berupa edukasi pentingnya mengetahui indeks glikemik dan pengaruh pada makanan, serta pelatihan pengolahan pangan fungsional mie rendah indek glikemik berbahan tepung ubi ungu dan labu kuning dan dilanjutkan dengan sesi diskusi. Kegiatan berjalan dengan baik dan diterima peserta dengan antusias. Selain edukasi, dilakukan juga tahapan pretes dan postest, sebagai evaluasi apakah pelaksanaan pengabdian ini dapat dipahami peserta setelah proses pemberian edukasi dan pelatihan. Hasil yang diperoleh sebanyak 70.82% peserta kegiatan tidak dapat menjawab dengan benar, namun setelah dilakukan demonstrasi pembuatan mie rendah indeks glikemik, didapatkan hasil 76,71% peserta telah menjawab dengan benar dan sesuai dengan materi yang telah disampaikan. Pemahaman peserta meningkat sampai 72% setelah kegiatan pengabdian dilaksanakan.
ABSTRAK Latar belakang: Yogurt merupakan produk susu fermentasi oleh mikroba bakteri. Umumnya yoghurt dibuat dari bahan dasar susu sapi, namun dengan adanya inovasi dapat dibuat dari bahan nabati. Yoghurt yang terbuat dari sari nabati sangat berpotensi untuk dikembangkan karena nilai kandungan gizi yang tinggi, harga produk yogurt nabati relatif murah jika dibandingkan dengan yogurt susu hewani. Yoghurt yang berbahan kacang-kacangan memiliki kadar serat yang tinggi, bebas laktosa dan kasein. Salah satu kacang-kacangan yang dapat digunakan yaitu kacang kedelai. Tujuan: Menghasilkan formulasi yoghurt kedelai (Glycine max L) dengan nilai gizi rendah lemak dan tinggi protein yang dapat diterima oleh masyarakat. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorium dengan rancangan acak lengkap menggunakan 1 unit percobaan, 4 perlakuan. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, pertama dilakukan optimasi formula yoghurt terbaik. Dengan pembagian formula F.1 Yogurt kacang kedelai yang berasal dari susu kacang kedelai menggunakan starter komersial dengan proporsi 5%; F.2 proporsi 2.5%; F.3 susu kacang kedelai menggunakan starter LB/ ST proporsi 5%; F.4 proporsi 2.5%. Tahap kedua dilakukan uji hedonic (kesukaan) dari panelis guna mendapatkan produk terbaik yang dapat diterima oleh masyarakat. Tahap ketiga, dilakukan uji kadar lemak dan kadar protein dari produk terpilih. Hasil: Berdasarkan uji hedonik kedua formulasi yoghurt kacang kedelai sama disukai dengan rerata hasil formula 1 tekstur 3.12, rasa 3.36, warna 3.44, aroma 3.76; dan formulasi 2 tekstur 3.16, rasa 3.28, warna 3.52, aroma 3.52. Formula 2 merupakan yoghurt yang paling disukai dan memiliki kandungan serat 6.39mg dengan kadar protein 21.48mg, serta lemak 6.74mg pada setiap 100 gram yoghurt. Simpulan: Berdasarkan hasil analisis, yoghurt sari kedelai termasuk minuman tinggi serat karena memiliki kandungan serat lebih dari SNI yaitu 1.29 mg untuk setiap sajian. Selain itu, yoghurt sari memiliki kandungan protein lebih tinggi dari SNI yaitu 2,9 mg per sajian. Kata Kunci : Soygurt; uji hedonik; fermentasi; tinggi serat
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.