Risk Factors Associated with The Incidence of Anemia in Teenager Girls. Teenage girls are one of the groups who are prone to anemia. Anemia in teenage girls is still a big public health problem because the prevalence is still ≥20% that is equal to 21,7%. This study aimed to examine the dominant factors associated with the incidence of anemia and determinants in teenage girls in MTsN 02 Kota Bengkulu with a cross-sectional design. The population was all female adolescents in MTsN 02 Kota Bengkulu and the sample was taken by using simple random sampling as much as 100 respondents taken from class VII and class VIII. The results showed that the anemia was 33.0% and there was a relationship between menstrual period (p=0,028), nutritional status (p=0,000), breakfast habits (p=0,000), iron intake (p=0,000), intake protein (p=0,017), consumption pattern of iron absorption inhibitor (p=0,045) and there was no significant correlation between maternal education level (p=0,265) with incidence of anemia in Young women at MTsN 02 Kota Bengkulu. Variable nutritional status is the most dominant associated anemia in young women.
AbstrakSinar ultraviolet B adalah sumber utama vitamin D, tetapi wanita usia subur yang bekerja di dalam ruangan mempunyai vitamin D yang rendah meskipun Indonesia negara tropis. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi peranan paparan sinar matahari pada wanita usia subur terhadap status vitamin D dan tekanan darah. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen tanpa kelompok kontrol pada 21 wanita sehat. Penelitian ini membandingkan status vitamin D dan tekanan darah sebelum dan setelah mendapat paparan sinar matahari pada wajah dan lengan tiga kali seminggu selama 12 minggu. Analisis data menggunakan uji t-berpasangan. Paparan sinar matahari dapat meningkatkan vitamin D. Serum 25(OH)D meningkat 15,9% dari 15.7 ng/dL menjadi 18,2 ng/dL. Paparan sinar matahari menurunkan tekanan darah sistolik (nilai p = 0,004) dan diastolik (nilai p = 0,011). Ultraviolet B dari sinar matahari 30 menit tiga kali seminggu selama 12 minggu dapat memperbaiki status vitamin D dan tekanan darah. Kata kunci: Sinar matahari, status vitamin D, tekanan darah, wanita usia subur AbstractUltraviolet B sunlight exposure is a primary source of vitamin D, but women of childbearing age who worked in room every day had low serum vitamin D despite Indonesia is a tropical country. The objective of this study was to evaluate the role of sun exposure in women of childbearing age on vitamin D status, and blood pressure. An intervention before-after study without group control was conducted on 21 healthy women. This study compared vitamin D status, and blood pressure before and after receiving ultraviolet B (UVB) from sun exposure on the face and both arms three times a week for 12 weeks. Anthropometric parameter and blood pressure were measured, were determined at baseline and after 12 weeks of sun exposure. PendahuluanIndonesia adalah salah satu negara tropis yang sepanjang tahun disinari matahari. Sampai saat ini sangat jarang dilakukan penelitian tentang prevalensi defisiensi vitamin D apalagi spesifik pada pekerja wanita usia subur. Dari beberapa penelitian yang ada, prevalensi defisiensi vitamin D pada wanita berusia 45 _ 55 tahun adalah sekitar 50%. 1 Sementara temuan Setiati, 2 pada wanita berusia 60 _ 75 tahun menemukan defisiensi vitamin D sebesar 35,1%. Penelitian di Indonesia dan Malaysia, pada 504 wanita usia subur (WUS) berusia 18 _ 40 tahun menemukan rata-rata konsentrasi serum 25(OH)D adalah 48 nmol/L dengan prevalensi defisiensi vitamin D sebesar 63%. 3 Wanita pekerja merupakan bagian dari WUS yang perlu mendapatkan perhatian karena rentan terhadap masalah gizi disebabkan peran fisiologis melahirkan dan menstruasi. Selain itu, pekerja wanita jarang terpapar sinar matahari. Hal ini terkait dengan jam bekerja dimulai dari pagi hingga sore dan be kerja di dalam ruangan tertutup sehingga berisiko kekurangan vitamin D bersumber dari sinar matahari. 4 Selain itu, defisiensi vita-
Toddler period, especially the first two years of life is considered as golden age for children because of their rapid growth and development. Therefore, the occurrence of nutritional disorders in the period can be permanent and irreversible. This study tried to assess correlation between early initiation of breastfeeding and vitamin A with nutritional status. The total of samples analyzed in this study was 1,592 toddlers aged 6-59 months that were drawn from 2015 Indonesia Nutritional Status Monitoring Survey in Bengkulu. Data including age, sex, early initiation of breastfeeding, birth length, birth weight, vitamin A supplementation were collected by using questionnaire. Weight and height of children were obtained through anthropometric measurements. More than half of the toddlers (54.6%) did not get early initiation of breastfeeding. Based on multivariate analysis results, most dominant variables related to weight/age, height/age and weight/height indicators were early initiation of breastfeeding and Vitamin A supplementation. Toddlers who did not get early initiation of breastfeeding are at risk of 1.555 times stunting compared to toddlers who got early initiation of breastfeeding. The most dominant variable related to height/age isvitamin A supplementation. Children who do not get vitamin A supplementation are at risk of stunting 2.402 times compared to children who get vitamin A supplementation. AbstrakMasa balita, khususnya dua tahun pertama kehidupan merupakan usia emas bagi anak karena pertumbuhan dan perkembangannya yang cepat. Oleh karena itu, terjadinya gangguan nutrisi pada masa itu bisa bersifat permanen dan tidak dapat diubah. Penelitian ini mengkaji hubungan antara inisiasi dini pemberian air susu ibu dan vitamin A dengan status gizi. Total sampel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah 1.592 anak di bawah lima tahun (balita) berusia 6-59 bulan yang diambil dari Pemantauan Status Gizi Indonesia 2015 di Bengkulu. Data termasuk usia, jenis kelamin, inisiasi menyusui dini, panjang kelahiran, berat lahir, suplementasi vitamin Adikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Berat dan tinggi anak diperoleh melalui pengukuran antropometri. Lebih dari setengah balita (54,6%) tidak mendapat inisiasi menyusui dini. Berdasarkan hasil analisis multivariat, variabel yang paling dominan terkait dengan indikator weight/age, height/age dan weight/height adalah inisiasi menyusui dini dan suplemen vitamin A. Balita yang tidak mendapat inisiasi menyusui dini berisiko 1,555 kali me-ngalami stunting dibanding balita yang mendapat inisiasi menyusui dini. Variabel yang paling dominan terkait dengan height/age adalah suplementasi vitamin A. Anak yang tidak mendapatkan suplemen vitamin A berisiko mengalami stunting 2,402 kali dibandingkan anak yang mendapat suplemen vitamin A.
Traditional foods are foods consumed by a certain ethnic group in a specific region. The habit of consuming traditional foods is usually inherited by the family members, including toddlers, of a respective generation. The study aimed to determine relationship of maternal knowledge, attitude, and practices in traditional food feeding with stunting and wasting of toddlers in the farmer families of the Central Bengkulu District. This study employed a cross-sectional design with a sample of mothers with children aged 12–59 months. The sample included a total of 115 farmer families. Data on nutritional knowledge, attitude, practices about traditional food, sex of children, and the number of family members were collected via interviews conducted with the mothers; stunting and wasting status data were collected via height and weight measurements. Data were analyzed bivariately using the chi-square test. Multivariate logistic regression analysis was also used in this study. It was found that there was a relationship between nutritional knowledge of traditional food and nutritional status of weight-for-age (p-value = 0.031), and there was a correlation between nutritional practices of traditional food and wasting incidence (p-value = 0.012). According to the height-for-age index, the nutritional status was related to the maternal knowledge of traditional food, whereas the maternal nutritional practice with traditional food had a significant relationship with the weight-for-age index.
Knowledge of Nutrition, Diet, and Consumption of Fe Tablet Compliance with Anemia status of Girls Teenager. Anemia is a main nutritional problem in Indonesia, particularly iron deficiency anemia. The Government has been undertaking the giving the tablet for added blood. In Indonesia called Fe supplementation to prevent anemia. This study assessed the relationship of knowledge of nutrition, diet, and the compliance of consumption supplementation Fe to anemia status in MTsN 02 Bengkulu. This study used design cross-sectional and conducted in MTsN 02 Bengkulu. The population has taken teenage girl classes VII and VIII. The sample was gotten by using simple random sampling as much as 100 respondents taken from class VII and class VIII. The results showed that 37% of respondents anemia. There was a relationship of nutritional knowledge with anemia status p=0.018 (p<0.05), no relationship with a dietary status of anemia with results source of protein p=0.625, a source of iron p=0.708, and sources of vitamin C p=1.000 (p>0.05). There was a high associated anemia with the compliance of supplementation Fe p=0.0005 (p<0.05). The dominant variable is compliance Fe supplementation relationship with the of anemia in a teenage girl (61.55 times). School institution should make policy such as preparation time to consume Fe supplementation so that compliance can be improved. Keywords:Compliance, Diet, Haemoglobin, Knowledge of nutrition, Teenage girl Abstrak: Pengetahuan Gizi, Pola Makan, dan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia Remaja Putri. Anemia adalah masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi. Pemerintah telah menjalankan upaya pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk menanggulangi anemia. Diketahui hubungan pengetahuan gizi, pola makan, dan kepatuhan konsumsi tablet Fe di MTsN 02 Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan dilakukan di MTsN 02 Kota Bengkulu. Populasi yang diambil remaja putri kelas I dan II. Pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling, diperoleh 100 remaja putri yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37% responden mengalami anemia, hasil statistik menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan gizi dengan status anemia p=0,018 (p<0,05), tidak ada hubungan pola makan dengan status anemia dengan hasil sumber protein p=0,625, sumber zat besi p=0,708, dan sumber vitamin C p=1,000 (p>0,05). Ada hubungan kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan status anemia p=0,0005 (p<0,05). Hasil multivariat variabel yang dominan yaitu kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan peluang 61,55 kali. Ada hubungan pengetahuan gizi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe dan tidak ada hubungan pola makan dengan status anemia pada remaja putri. Sebaiknya pihak sekolah membuat kebijakan penyediaan waktu untuk mengonsumsi tablet Fe agar kepatuhan dapat meningkat.
Infants who fail to grow much occur in the third month or fourth month of early life. Early breastfeeding of the ASI causes mothers not to give breast milk and cause infectious diseases that result in stunting in infants. The purpose of this research is to find out the relationship of early breastfeeding with nutritional status (PB/U) age 4-7 months in Ratu Samban Sub-district of Bengkulu City. This research uses analytic observational with a cross-sectional design. The results showed the nutritional status of PB / U short category 18.3% and MP ASI early 66.7% while the statistical test showed probability (p) of 0.273 (p> 0.05). There is no correlation between early breastfeeding of MP and nutritional status of PB / U age 4-7 months in Ratu Samban Sub-district of Bengkulu City. Need to do re-research a using Cohort method and with other variables.Bayi yang gagal tumbuh banyak terjadi pada bulan ketiga atau bulan ke empat awal kehidupan. Pemberian MP ASI dini mengakibatkan ibu tidak berusaha memberikan ASI dan menyebabkan terjadinya penyakit infeksi yang mengakibatkan stunting pada balita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian MP-ASI dini dengan status gizi (PB/U) pada bayi usia 4-7 bulan di Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu. Jenis penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukan status gizi PB/U kategori pendek 18,3% dan MP ASI dini 66,7% sedangkan uji statistik menunjukkan nilai probabilitas (p) sebesar 0,273 (p > 0,05). Tidak ada hubungan antara pemberian MP ASI dini dengan status gizi PB/U usia 4-7 bulan di Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu . Hal ini berkaitan dengan pemberian makanan pendamping ASI sementara sebagai makanan prelaktal sebelum ASI ibu keluar dan diberikan dalam jumlah sedikit. Lebih baik dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan metode Kohort dan dengan variabel lain.
Overweight is a state that exceeds the relative body weight of a person as a result of the accumulation of nutrients, especially carbohydrates, fats, and proteins. This condition is caused by an imbalance between energy consumption compared to the needs or the use of energy. This study aims to determine the relationship of consumption patterns of sweet drinks to excess body weight teenagers in SMP IT IQRA Bengkulu 2018. This study is a cross-sectional research design. A sample is all teenagers who have overweight (overweight and obesity) as much as 57 teenagers. consumption of sweet drinks was collected by interviews using Food Frequency Questionaire (FFQ). The result showed that there was no contribution of consumption of sweet drinks to overweight teenagers (p-value 0.590). The habit of consuming sweet drinks does not contribute to increased body weight in teenagers who have excess body weight. To prevent overweight is recommended to consume balanced nutrition and avoid foods and beverages high in glucose.Berat badan berlebih adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relatif seseorang sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat, lemak dan protein. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi energi dibandingkan kebutuhan atau pemakaian energi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi minuman manis terhadap berat badan berlebih pada remaja di SMP IT IQRA’ kota Bengkulu tahun 2018. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah seluruh remaja yang mempunyai berat badan berlebih (overweight dan obesitas) yang diambil dengan metode Total sampling yaitu sebanyak 57 remaja. konsumsi minuman manis dikumpulkan dengan wawancara menggunakan Food Frequency Questionaire (FFQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada kontribusi konsumsi minuman manis terhadap berat badan berlebih pada remaja (p value 0.593). Kebiasaan mengonsumsi minuman manis tidak berkontribusi untuk meningkatkan berat badan pada remaja yang memiliki berat badan berlebih. Untuk mencegah berat badan berlebih disarankan mengonsumsi gizi seimbang dan menghindari makanan dan minuman yang tinggi glukosa.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.