Kesultanan Sambas wilayah paling utara Borneo Barat tidak ketinggalan dalam perkembangan pemikiran keislaman, dengan tampilnya ulama besar Sambas yaitu Ahmad Khatib Sambas dan Muhammad Basiui Imran. Secara khusus kajian ini membicarakan tentang tipologi pemikiran keislaman kedua ulama tersebut. Kajian ini menggunakan metodologi penelitian sejarah meliputi empat langkah yaitu heuristik (pengumpulan data) berupa naskah-naskah seperti Daftar Sedjarah Perdjalanan Hidup Dari Hadji Mohammad Basiuni Imran dan Surat Penghargaan Kepada Muhammad Basini Imran, sumber dari buku, jurnal dan tulisan ilmiah yang relevan dengan kajian. Lalu dilakukan verifikasi (kritik sumber), interpretasi sampai pada penulisan sejarah yang disebut historiografi. Hasil kajian menunjukkan bahwa tipologi dua pemikiran ulama yaitu Ahmad Khatib Sambas dengan tipologi pemikiran tradisional dan Muhammad Basiui Imran mengembangan dua tipologi pemikiran sekaligus yaitu tradisional dan modern. Tipologi pemikiran tradisional Ahmad Khatib Sambas tampak dari aktivitas pendidikan dan pengajaran yang lebih terikat dengan tasawuf dan tarekat, bahkan beliau pendiri Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Sedangkan tipologi pemikiran Muhammad Basiuni Imran di bidang aqidah, fikih dan pendidikan lebih bersifat modern, tetapi di bidang tafsir cenderung bersifat tradisional. Implikasi pemikiran kedua ulama tampak dari keberlanjutan ajaran sampai perjuangan pergerakan, memantik kajian-kajian keislaman dan meninggalkan ingatan zaman.