Teknologi pengolahan abon dan bubuk cabai (Abuca) tergolong cukup mudah sehingga dapat diterapkan oleh para istri petani yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) “Maju” di Desa Waringinsari Timur, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu. Pemberdayaan KWT dalam usaha produksi Abuca menjadi salah satu solusi bagi permasalahan harga jual cabai yang sangat rendah pada saat panen raya. Rangkaian kegiatan PKM ini terdiri dari: (1) sosialisasi dan koordinasi, (2) penyuluhan pascapanen dan peluang usaha pengolahan cabai, (3) penentuan merk dan desain label kemasan (4) praktik produksi Abuca dan pemasaran produk, serta (5) evaluasi kegiatan. Transfer pengetahuan dan alih teknologi kepada mitra dilakukan dengan metode pelatihan dan praktik. Setelah dibina selama 4 bulan (Juli—Oktober 2019), para anggota KWT Maju kini telah memiliki pengetahuan dan keterempilan untuk memproduksi Abuca dan telah memiliki produk dengan merk “Hot Asoy”. Terdapat 3 varian abon cabai yang diproduksi yaitu rasa teri, rebon, dan original (rasa bawang). Abon cabai dikemas per 50 gram dalam botol dan standing pouch plastik dengan harga jual Rp.18.000,- dan Rp.15.000,-. Sedangkan bubuk cabai dikemas per 100 gram dalam standing pouch plastik dengan harga jual Rp.10.000,-.
A B S T R A C TThis study aims to determine the effect of substrate composition on biogas production from a mixture of cow dung and elephant grass using semi-continuous digester. Fresh cow dung and elephant grass were obtained from Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Lampung. Elephant grass was knife-chopped, crushed using a blender and then mixed with cow dung at a total solid (TS) ratio between elephant grass and cow dung varies from 35:65 (P1), 40:60 (P2), 45:55 (P3), and 50:50 (P4). This mixture was then diluted with tap water until its TS content reach 5% and was used as substrate. Four semi-continuous digesters (labeled as P1 to P4) having a capacity of 36 L and working volume of 28 L were initially loaded with 22 L of diluted fresh cow dung (dilution ratio of 1:1) as a starter (source of bacteria) and were left until stable condition. When the biogas was produced, the prepared substrate was added daily into the respective digester at a loading rate of 500 mL.d-1. Parameters to be observed included daily temperature and pH of the substrate, daily biogas production, TS and VS content, and biogas quality. The results showed that the digester worked at average pH of 6.9 and the daily temperature 26.3 to 29.7°C. The total biogas production for 60 days was 608.4, 676.8, 600.0, and 613.3 L, respectively for P1, P2, P3, and P4. Biogas yield after the substrate achieving the designed composition was 254 (P1), 260 (P2), 261 (P3), and 271 L.m-3 of the substrate (P4). The addition of elephant grass up to 50% could maintain high production of biogas.Keywords: biogas; cow dung; elephant grass; productivity; semi-continuous A B S T R A KPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi substrat terhadap produktivitas biogas dari campuran kotoran sapi dan rumput gajah pada digester semi kontinu. Rumput gajah dan kotoran sapi segar diperoleh dari Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Rumput gajah dipotong menggunakan pisau dan dihancurkan dengan blender hingga halus dan dicampurkan dengan kotoran sapi pada perbandingan berat padatan kering (TS) 35:65 (P1), 40:60 (P2), 45:55 (P3), dan 50:50 (P4). Campuran ini diencerkan dengan air hingga kandungan TS mencapai 5% dan digunakan sebagai substrat. Empat digester semi kontinu (diberi label P1 hingga P4) dengan volume kerja 28 L mula-mula diisi dengan 22 L starter kotoran sapi segar yang diencerkan dengan air pada perbandingan berat 1:1 dan dibiarkan hingga stabil. Setelah gas mulai diproduksi, substrat yang telah dipersiapkan (sesuai label) ditambahkan ke dalam masing-masing digester dengan laju pembebanan 500 mL hari-1. Parameter yang diamati meliputi suhu harian, pH substrat, kandungan TS dan VS, produksi biogas, dan kualitas biogas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa digester bekerja pada pH rata-rata 6,9 dan suhu harian antara 26,3–29,7°C. Total produksi biogas selama 60 hari adalah 608,4; 676,8; 600,0; dan 613,3 L berturut-turut untuk P1, P2, P3, dan P4. Produktivitas biogas setelah substrat mencapai komposisi yang direncanakan adalah 254 (P1), 260 (P2), 261 (P3), dan 271 L/m-3 substrat (P4). Penambahan rumput gajah hingga 50% masih menghasilkan biogas yang tinggi.Kata kunci: biogas; kotoran sapi; produktivitas; rumput gajah; semi-kontinu
Serangga hama walang sangit merupakan salah satu faktor kegagalan dalam budidaya tanaman padi. Untuk mencegah peningkatan serangan pada tanaman padi, dibutuhkan instektisida alami yang mampu meningkatkan mortalitas walang sangit. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan mortalitas serangga hama walang sangit melalui pemberian agen hayati larutan Beuveria bassiana pada berbagai taraf konsentrasi. Larutan Beuveria bassiana disempotkan pada walang sangit di dalam sungkup jaring pada rumpun tanaman padi. Dosis yang diberikan antara ekstrak beuveria bassiana dengan air menggunakan perbandingan 2 ml/L, 5 ml/L, 8 ml/L, dan 10 ml/L. Hasil penelitian menunjukkan dosis terbaik untuk pengendalian hama walang sangit pada tanaman padi adalah 10 ml larutan beuveria bassiana per liter air. Hal ini ditunjukkan dari mortalitas walang sangit tertinggi yaitu 76,92 % selama 12 hari pengamatan. Pada dosis 10ml/L telah menunjukkan perubahan fisik pada serangga hama yang telah mati. Cendawan beuveria bassiana muncul di seluruh jaringan tubuh walang sangit yang telah mati. Pertumbuhan cendawan mulai tampak menyelimuti serangga hama yaitu hari ke 8 menggunakan dosis 8 ml/L air dan 10 ml/L air. Di samping itu, dosis yang menunjukkan mortalitas terendah pada walang sangit adalah 2 ml larutan beuveria bassiana per liter air. Mortalitas walang sangit pada dosis ini adalah 28,57 % selama 12 hari pengamatan. Kata Kunci: agen hayati, larutan beuveria bassiana, pengendalian hama, serangga hama walang sangit, tanaman padi
Biogas is a renewable fuel that can be used for many applications, such as fuel for kitchen stove, heating and drying system, electricity generation engine, and fuel to run farm tractor. The biogas used in this research was produced from tapioca wastewater treatment equipped with covered lagoon digester. Gasoline generator set having rated capacity 2500-W was modified in such a way that is able to run with 100% biogas. The experiment was performed by running generator set at different loads with incremental of 100-W. Three replications were conducted to get the average values. Performance parameters to be evaluated include biogas consumption, speed of engine (RPM), output power, and thermal efficiency. Results showed that generator set is able to work with raw biogas with methane content of 53%. The generator set reached a maximum load of 1300 W (52% of rated capacity). Biogas consumption increased with load from 1.40 kg·h−1 (no load) to 2.56 kg·h−1 at a load of 1300-W. Biogas specific consumption decreased with load from 16.4 g·W−1·h−1 at load 100 W to 2.2 g·W−1·h−1 at load 1300 W. Output power also increased with load from 0.04 to 0.49 ampere, respectively at a load od 100-W and 1300-W. Engine speed, on the other hand, decreased with load from 3686 RPM (no load) to 2413 RPM (load 1300-W). With biogas methane content of 53%, the maximum thermal efficiency of the generator set was calculated to be 11%.
Cassava stem waste in Lampung Province has not been utilized to its maximum potential, so there is a need for an alternative treatment to process the cassava stem waste into a useful material. One way to do this is by turning the stem waste into an organic pot. There are several aims in this study, which are to design the composition of the raw materials and adhesives needed to develop organic pot for media to grow land variant of kangkung (Ipomea reptans Poir), second, to determine the physical properties of organic pots made from cassava stem waste raw material, coconut fiber, and tapioca adhesive. The raw materials used are cassava stem powder, coconut fiber, and tapioca adhesive with three levels of treatment, namely P1(60% cassava steam, 10% coconut coir, 30% adhesive), P2 (50% cassava steam, 10% coconut coir, 40% adhesive), and P3 (50% cassava steam, 20% coconut coir, 30% adhesive). Research results from 15 Organic pots with 3 levels of treatment P1, P2, P3, based on physical characteristics and planting test of the three organic pot treatments, can be penetrated by roots and fully decomposed after 23 days and show good growth.
Kebiasan masyarakat membuang sampah ke badan air menjadi masalah serius karena sampah terakumulasi di hutan mangrove. Sampah plastik dapat menyebabkan kematian tanaman mangrove dan mengancam kelestarian hutan mangrove di Desa Margasari. Inovasi yang ditawarkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah eco paving block. Produk ini tidak rumit pembuatannya dan membutuhkan sampah plastik dalam jumlah besar. Tujuan kegiatan ini adalah (1) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengolah dan memanfaatkan sampah plastik dan (2) meningkatkan daya tarik eduwisata Lampung Mangrove Centre. Kegiatan diawali dengan penyuluhan dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan paving block. Hasil evaluasi 20 orang peserta menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan tentang bahaya plastik bagi ekosistem mangrove dan peserta mampu membuat paving block dengan baik. Peserta sangat antusias dan berharap kegiatan ini dapat diduplikasi kepada lebih banyak warga masyarakat.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.