Nutritional status changes, diet, and lifestyle are risk factors adolescent’s hypertension. This study isa cross sectional research to determine the most dominant factor of hypertension among adolescentsat SMA Sejahtera 1 Depok 2017. Collected data include blood pressure, nutritional status (BMI forage), intake nutrients (sodium, potassium, calcium, fat, fruits and vegetables consumption), lifestyle(sleep duration, stress, and physical activity), and adolescent characteristics (sex and family historyof hypertension). Blood pressure was measured using mercury sphygmomanometer, nutritional statuswith anthropometry, nutrient intake with Semi Quantitative FFQ, lifestyle and characteristics withquestionnaire. The study showed that 42.4% of adolescents had hypertension (≥95 percentile). Factorsassociated with hypertension were BMI for age and family history of hypertension. The most dominantfactor associated with hypertension was family history of hypertension. Education on genetic relatedrisk factors of hypertension such as genetic counseling through Health School Program was needed forprevent adolescent’s hypertension, so that students with a family history of hypertension may be moreconcerned about other risk factors such as nutritional status.Keywords : adolescent, family history of hypertension, hypertension AbstrakPerubahan status gizi, pola makan dan gaya hidup pada remaja merupakan faktor risiko hipertensi remaja.Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional untuk mengetahui faktor dominan hipertensi padaremaja di SMA Sejahtera 1 Depok tahun 2017. Data yang dikumpulkan meliputi tekanan darah, statusgizi (IMT/U), asupan zat gizi (natrium, kalium, kalsium, lemak, konsumsi buah dan sayur), pola hidup(durasi tidur, stres, aktivitas fisik), dan karakteristik remaja (jenis kelamin dan riwayat hipertensi keluarga).Tekanan darah diukur menggunakan sfigmomanometer air raksa, status gizi dengan antropometri,asupan zat gizidengan Semi Quantitative FFQ, pola hidup dan karakteristik dengan kuesioner. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa sebanyak 42,4% remaja SMA Sejahtera 1 Depok mengalami hipertensi(≥95 persentil). Terdapat hubungan IMT/U dan riwayat hipertensi keluarga pada hipertensi remajanya.Faktor dominan yang paling berhubungan dengan hipertensi pada remaja di SMA Sejahtera 1 Depoktahun 2017 adalah riwayat hipertensi keluarga. Diperlukan edukasi seperti kegiatan konseling genetikmelalui UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) tentang faktor risiko riwayat hipertensi keluarga sebagaipencegahan hipertensi remaja, sehingga bagi siswa yang memiliki riwayat hipertensi keluarga dapat lebihmemperhatikan faktor risiko lainnya seperti status gizi.Kata kunci: hipertensi, remaja, riwayat hipertensi keluarga
AbstrakPeningkatan kadar gula darah memicu peningkatan produksi hormon insulin yang erat hubungannya dengan diabetes melitus. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi diabetes melitus di Indonesia meningkat dari 1,1% (2007) menjadi 2,1% (2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kadar gula darah puasa pegawai pemberdayaan masyarakat & keluarga dan pegawai sekretariat daerah Kota Depok. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dan melibatkan 105 sampel. Variabel independen penelitian meliputi karakteristik individu, asupan zat gizi, hipertensi, aktivitas fisik, status gizi dan pengetahuan gizi. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji korelasi dan uji beda dua mean, serta analisis multivariat menggunakan uji regresi linear ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar gula darah puasa adalah 95,14±10,863 pada keseluruhan responden, sedangkan 94,07±11,55 mg/dl pada perempuan, dan 96,47±9,92 mg/dl pada laki-laki. Diabetes melitus (≥126 mg/dl) ditemukan sebesar 2,9% dan impaired fasting glucose (100-125 mg/dl) sebesar 22,9%. Berdasarkan hasil analisis bivariat, terdapat hubungan antara usia, asupan karbohidrat, dan aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa (p<0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa asupan karbohidrat merupakan faktor dominan yang berhubungan kadar gula darah puasa.Kata kunci: Aktivitas fisik, asupan karbohidrat, kadar gula darah puasa, pegawai pemberdayaan masyarakat dan keluarga Abstract Increased blood glucose levels lead to excess insulin secretion that is closely associated with diabetes mellitus. Based on Riskesdas, prevalence of diabetes mellitus in Indonesia has increased from 1,1% (2007) to 2,1% (2013). This study was aimed to find dominant factor associated with fasting blood glucose level. Cross sectional design were used to conduct this study and involved 105 samples. Independent variables in this study were individual characteristics, nutrients intake, history of hypertention, physical activities, nutritional status and nutritional knowledge. Bivariate analysis was performed by correlation test and two different test mean. Multivariate analysis was performed by multiple linear regression test. Result showed that the average of employees' fasting blood glucose level is 95.14±10.863, 94.07 ± 11.55 mg/dL for woman and 96.47 ± 9.92 mg/dl for man. This study found 2.9% employees with diabetes mellitus (≥126 mg/dl) and 22.9% employees with impaired fasting glucose (100-125 mg/dl). Result of bivariate analysis showed that associated between age, carbohydrate intake, physical activities with fasting blood glucose level. Result of multivariate analysis showed that carbohydrate intake was a dominant factor related to fasting blood glucose level.
AbstrakPerkembangan kognitif merupakan aspek perkembangan yang muncul dan berkembang pesat ketika masa usia dini karena 50% potensi kognitif terbentuk pada empat tahun pertama kehidupan. Perkembangan kognitif berkaitan dengan kualitas hidup manusia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan perkembangan kognitif. Penelitian dilakukan pada bulan April 2013. Desain penelitian adalah potong lintang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling. Sampel penelitian adalah 128 anak usia dini 24 _ 72 bulan yang mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) atau pun tidak ikut PAUD di Desa Talagamulya Kabupaten Karawang. Perkembangan kognitif sebagai variabel dependen. Sementara variabel independen adalah karakteristik anak (usia, berat badan lahir, status gizi tingi badan per umur (TB/U), asupan energi, protein, vitamin A, zat besi, zink), karakteristik ibu (usia, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan), serta pembelajaran di PAUD. Uji regresi logistik digunakan untuk analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan anak usia dini dengan kognitif baik 61,7%. Uji kai kuadrat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan perkembangan kognitif yaitu asupan vitamin A, asupan zink, pengetahuan ibu, dan pembelajaran di PAUD. Faktor dominan yang berhubungan dengan perkembangan kognitif dalam penelitian ini yaitu pembelajaran di PAUD.Kata kunci: Anak usia dini, pendidikan anak usia dini, perkembangan kognitif Abstract Cognitive development was a developmental aspect that was emerged and thrived when the preschool years because 50% of the potential cognitive formed in the first 4 years of life. Cognitive development related to increasing the quality of human resource. The objective of the study was to know dominant factor associated with cognitive development early childhood. The design study was quantitative using cross-sectional study. Sample study were 128 early childhood 24 _ 72 and collected information on April 2013 in Talagamulya Village, Karawang district. Cognitive development as dependent variable, was gathered using questionnaire. Independent variables were children's characteristics (birth weight, nutrition status/height for age, intake of energy, protein, fe, zinc, vitamin A), mother's characteristics (age, education, job, knowledge), and participation in early childhood education. The logistic regression was used for analyze data. The results of this study showed early childhood with good cognitive 61.7%. Chi square analysis showed intake of vitamin A, zinc intake, maternal knowledge, and follow early childhood education significant associated with cognitive development. The dominant factor associated with cognitive development was the participation in early childhood education. Keywords: Early childhood, early childhood education, cognitive development PendahuluanPerkembangan kognitif berkaitan erat dengan kualitas hidup manusia dan merupakan salah satu aspek perkembangan yang muncul dan berkembang pesat ketika usia 24 _ 72 bulan. Perkembangan kognitif adalah...
Obesitas sentral berhubungan dengan penyakit kardiovaskular dan infark mikardium. Keduanya berhubungan erat dengan kematian. Prevalensi obesitas sentral terus meningkat tidak hanya di perkotaan tetapi juga pedesaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi obesitas sentral dan beberapa faktor yang terkait di kelomok perempuan dewasa. Penelitian ini melibatkan 120 orang perempuan dewasa berusia 20-59 tahun sebagai sampel penelitian di desa Ketug, Purworejo, Jawa Tengah. Data sosiodemografi dikumpulkan menggunakan kuesioner dan lingkar pinggang diukur langsung oleh peneliti. Berdasarkan ambang batas (≥80 cm), didapatkan prevalensi obesitas sentral sebesar 47,5%. Berdasarkan analisis bivariat terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas sentral dengan faktor umur, asupan energi, asupan lemak, asupan karbohidrat, riwayat obesitas sentral orang tua, dan jumlah anak yang dilahirkan. Berdasarkan analisis regresi logistik ganda didapatkan asupan lemak sebagai faktor dominan terhadap obesitas sentral.
Berdasarkan hasil kajian Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), di Indonesia label pangan masih kurang mendapat perhatian dari konsumen. Hanya sekitar 6,7% konsumen yang memperhatikan kelengkapan label produk pangan yang mereka beli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia membaca label informasi zat gizi dan komposisi makanan kemasan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dengan desain potong lintang ( cross sectional ) ini dilakukan terhadap 215 responden. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kepatuhan mambaca label informasi zat gizi adalah status pekerjaan ayah (OR = 2,44), sikap kesehatan dan label produk pangan (OR = 2,824), perencana makanan (OR= 2,27), pembelanja makanan (OR= 2,33), dan keterpaparan dengan informasi (OR= 2,171). Variabel yang berhubungan bermakna dengan kepatuhan mambaca label komposisi adalah status pekerjaan ayah (OR= 2,116), pembelanja makanan(OR= 1,906), dan penerimaan harga produk pangan (OR= 0,152).Kata kunci : Tingkat kepatuhan, label informasi zat gizi.Abstract According to the results of the study by National Consumer Protection Institute, food label have been paid less attention from customers in Indonesia where only 6.7% consumers consider about the label. This study aims to know the level compliance to read the nutrition information and composition on food packages and its determinant factors among students in the Faculty of Public Health, University of Indonesia. This cross sectional study was conducted on 215 respondents. Results of the research shows that variables with significant relationship to food label compliance are father’s job status (OR = 2.443), attitudes toward health and food label (OR = 2.824), eating planner (OR= 2.274), food shopper (OR = 2.335), exposure to media (OR= 2.171). Variables that have significant relationship to composition compliance are father’s job status (OR = 2.116), food shopper (OR= 0.036), and acceptance to food price (OR= 0.152).Key words : Level compliance, the nutrition information.
Latar belakang: Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Metode: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semi-quantitative food frequency questionnaire (SFFQ). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia. DM dan komplikasinya menyebabkan sekitar 4% kematian dari seluruh total kematian di dunia dan 3% di Di Indonesia. Skrining melalui pemeriksaan kadar gula darah sangat diperlukan untuk mencegah DM. Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar gula darah dan hubungan indeks massa tubuh, rasio lingkar pinggang pinggul dan riwayat diabetes pada keluarga dengan kadar gula darah. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional pada PNS di Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan bulan Februari - April 2014. Jumlah sampel berdasarkan hasil perhitungan sampel sebanyak 147 responden yang dipilih secara random. Analisis yang digunakan meliputi analisis univariat dan bivariat (regresi linear sederhana dan t test independen). Rata-rata kadar gula darah yang didapatkan adalah 177,52±27,67 mg/dl, rata-rata IMT adalah 23,93±4,20 m/kg2 pada perempuan dan 26,23±4,07 m/kg2 pada laki-laki dan rasio lingkar pinggang pinggul adalah 0,87±0,06 pada perempuan dan 0,90±0,04 pada laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh, rasio lingkar pinggang pinggul dan riwayat diabetes pada keluarga dengan kadar gula darah (p value < 0,05). Pencegahan DM dapat dilakukan dengan skrining khususnya pada kelompok berisiko dengan pemantauan status gizi.
AbstrakAsupan nutrisi dan energi, status nutrisi, serta aktivitas harian berpengaruh pada kejadian mengantuk yang berpengaruh negatif pada konsentrasi dan produktivitas belajar pada mahasiswa. Kejadian mengantuk berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif yang disebabkan oleh defisiensi zat besi. Seseorang yang mengantuk akan mengalami penurunan aktivitas fisik yang menyebabkan kelebihan berat badan sehingga berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan yang berpengaruh pada kejadian mengantuk di kalangan mahasiswa. Penelitian dengan desain studi cross sectional ini dilakukan terhadap sampel 139 mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Proporsi mahasiswa yang hampir mengantuk sekitar 28,80%. Terdapat hubungan yang signifikan antara durasi tidur dan masalah kantuk (nilai p = 0,048). Mahasiswa dengan durasi tidur < 8 jam per hari mengalami kejadian mengantuk 0,50 kali lebih besar daripada mahasiswa dengan durasi tidur ≥ 8 jam per hari. Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian mengantuk adalah durasi tidur setelah dikontrol dengan asupan protein dan lemak, aktivitas fisik, dan paparan media. Mahasiswa yang sering mengantuk memperlihatkan asupan zat besi rendah sehingga disarankan untuk meningkatkan asupan zat besi yang berasal dari sumber makanan yang mengandung heme.Kata kunci: Asupan nutrisi, aktivitas fisik, konsentrasi, masalah kantuk Abstract Nutrient and energy intake, nutrition status, and daily activity could give impact for sleepiness problem. Sleepiness related to the decreasing of cognitive ability that caused by iron deficiency. A person who feels sleepy will have a lack of physical activities that lead to overweight and therefore has a higher risk to suffer degenerative diseases such as cardiovascular and diabetes mellitus. This study aimed to analyze dominant factor that can give influence to sleepiness problem among students. The cross sectional research used 139 students of Faculty of Public Health University of Indonesia. The percentage of students who is almost sleepy was 28,80%. This research showed the association between sleep duration and somnolence problem is significant (p value = 0,048). Students with sleep duration < 8 hours a day could be 0,50 times more sleepy than students with sleep duration ≥ 8 hours a day. The dominant factor is sleep duration after controlled by protein and fat intake, physical activity, and media exposure. Students that frequently feels sleepy indicated low iron intake so that suggested to increase the iron intake through consuming heme contained food.Key words: Nutrition intake, physical activity, concentration, sleepiness problem PendahuluanSeorang mahasiswa yang cepat mengantuk berisiko mengalami penurunan produktivitas sehingga semua tugas dan tanggung jawab yang dikerjakan tidak berhasil secara maksimal. Faktor-faktor yang memengaruhi kejadian mengantuk antara lain asupan zat gizi, status gizi, dan aktivit...
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.