Tapping Panel Dryness (TPD) affects latex production in Hevea brasiliensis. This physiological syndrome involves the agglutination of rubber particles, which leads to partial or complete cessation of latex flow. Latex harvesting consists in tapping soft bark. Ethephon can be applied to stimulate latex flow and its regeneration in laticifers. Several studies have reported transcriptome changes in bark tissues. This study is the first report on deep RNA sequencing of latex to compare the effect of ethephon stimulation and TPD severity. Trees were carefully selected for paired-end sequencing using an Illumina HiSeq 2000. In all, 43 to 60 million reads were sequenced for each treatment in three biological replicates (slight TPD trees without ethephon stimulation, and slight and severe TPD trees with ethephon treatment). Differentially expressed genes were identified and annotated, giving 8,111 and 728 in response to ethephon in slight TPD trees and in ethephon-induced severe TPD trees, respectively. A biological network of responses to ethephon and TPD highlighted the major influence of metabolic processes and the response to stimulus, especially wounding and jasmonate depression in TPD-affected trees induced by ethephon stimulation.
It is predicted that drought will be more frequent and sustained in the future, which may affect the decline of rubber tree production. Therefore, it is critical to research some of the variables related to the drought-resistance mechanism of the rubber tree. As a result, it can be used to guide the selection of new rubber drought-resistance clones. The goal of this study was to identify drought-resistance mechanisms in rubber clones from the high drought factor index (DFI) group using ecophysiological and biochemical variables. The treatments consist of two factors, namely water deficit and contrasting clones based on the DFI variable. The first factor consisted of three levels, namely normal (fraction of transpirable soil water (FTSW) > 0.75), severe water deficit (0.1 < FTSW < 0.20), and recovery condition (FTSW > 0.75 after rewatering). The second factor consisted of seven clones, namely clones G239, GT1 (low DFI), G127, SP 217, PB 260 (moderate DFI), as well as G206 and RRIM 600 (high DFI). RRIM 600 had the highest DFI among the other clones as a drought-tolerance mechanism characteristic. Furthermore, clones RRIM 600, GT1, and G127 had lower stomatal conductance and transpiration rate than drought-sensitive clone PB 260. As a result, as drought avoidance mechanisms, clones RRIM 600, GT1, and G127 consume less water than clone PB 260. These findings indicated that clone RRIM 600 was a drought-resistant clone with drought tolerance and avoidance mechanisms.
Penyakit gugur daun Colletotrichum merupakan salah satu penyakit penting yang dapat menyebabkan penurunan produksi lateks pada perkebunan karet. Pengendalian penyakit gugur daun Colletotrichum yang paling efektif adalah dengan penggunaan klon resisten. Pengujian resistensi klon karet IRR seri 300 dilakukan di laboratorium dan rumah kaca dengan menggunakan rancangan acak lengkap dua faktor yaitu jenis klon (26 jenis klon) dan isolat C. gloeosporioides (tiga isolat: CG-PR 303, CG-RRIM 600, dan CG-GT 1). Selain itu, pengamatan serangan penyakit secara langsung juga dilakukan pada tanaman belum menghasilkan di lapangan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua isolat C. gloeosporioides memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat ketahanan 22 klon IRR seri 300 baik di laboratorium maupun di rumah kaca. Isolat CG-PR-303 memiliki tingkat virulensi paling tinggi dibandingkan isolat lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan pada tiga kegiatan dapat disimpulkan bahwa 13 klon karet yaitu IRR 300, IRR 301, IRR 302, IRR 307, IRR 308, IRR 309, IRR 310, IRR 311, IRR 313, IRR 315, IRR 316, IRR 318, dan IRR 321 memiliki tingkat resistensi yang tinggi terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum.
Tingginya keragaman ditingkat progeni membuat para pemulia karet dituntut lebih teliti dalam melakukan seleksi awal calon genotipe baru. Beberapa parameter seperti karakter pertumbuhan tanaman, anatomi dan fisiologi lateks mempengaruhi produksi karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragamaan ditingkat progeni dan mengetahui karakter yang berpengaruh langsung terhadap daya hasil karet pada populasi hasil persilangan antara PB 260 dan RRIC 100. Hasil penelitian menunjukkan bahwa progeni hasil persilangan antara PB 260 dan RRIC 100 mempunyai tingkat keragaman tinggi pada daya hasil, kadar sukrosa, kadar fosfat anorganik, dan jumlah pembuluh lateks, sedangkan lilit batang, tebal kulit, dan kadar tiol mempunyai keragaman yang rendah. Lilit batang dan tebal kulit batang berkorelasi nyata terhadap daya hasil. Namun berdasarkan analisis regresi bertatar, hanya lilit batang yang mempunyai pengaruh langsung terbesar terhadap daya hasil pada progeni hasil persilangan PB 260 x RRIC 100, sedangkan parameter lilit batang dan kadar tiol mempunyai pengaruh langsung terbesar terhadap daya hasil pada progeni hasil persilangan RRIC 100 x PB 260. Diterima : 19 Mei 2015; Direvisi : 8 September 2015; Disetujui : 19 September 2015 How to Cite : Syafaah, A., Ismawanto, S., & Herlinawati, E. (2015). Keragaman sifat pertumbuhan fisiologi dan daya hasil progeni karet (hevea brasiliensis muell arg) hasil persilangan antara klon PB 260 dan RRIC 100. Jurnal Penelitian Karet, 33(2), 121-130. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/177
Tingginya keragaman ditingkat progeni membuat para pemulia karet dituntut lebih teliti dalam melakukan seleksi awal calon genotipe baru. Beberapa parameter seperti karakter pertumbuhan tanaman, anatomi dan fisiologi lateks mempengaruhi produksi karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragamaan ditingkat progeni dan mengetahui karakter yang berpengaruh langsung terhadap daya hasil karet pada populasi hasil persilangan antara PB 260 dan RRIC 100. Hasil penelitian menunjukkan bahwa progeni hasil persilangan antara PB 260 dan RRIC 100 mempunyai tingkat keragaman tinggi pada daya hasil, kadar sukrosa, kadar fosfat anorganik, dan jumlah pembuluh lateks, sedangkan lilit batang, tebal kulit, dan kadar tiol mempunyai keragaman yang rendah. Lilit batang dan tebal kulit batang berkorelasi nyata terhadap daya hasil. Namun berdasarkan analisis regresi bertatar, hanya lilit batang yang mempunyai pengaruh langsung terbesar terhadap daya hasil pada progeni hasil persilangan PB 260 x RRIC 100, sedangkan parameter lilit batang dan kadar tiol mempunyai pengaruh langsung terbesar terhadap daya hasil pada progeni hasil persilangan RRIC 100 x PB 260. Diterima : 19 Mei 2015; Direvisi : 8 September 2015; Disetujui : 19 September 2015 How to Cite : Syafaah, A., Ismawanto, S., & Herlinawati, E. (2015). Keragaman sifat pertumbuhan fisiologi dan daya hasil progeni karet (hevea brasiliensis muell arg) hasil persilangan antara klon PB 260 dan RRIC 100. Jurnal Penelitian Karet, 33(2), 121-130. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/177
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.