Produktivitas Sawi (Brassica juncea L.) di Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2015-2018, sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan sayuran ini. Salah satu hambatan dalam budidaya sawi yaitu serangan hama perusak daun. Solusi altenatif untuk mengendalikan hama yaitu menggunakan bahan alami dari tumbuhan galam (Melaleuca cajuputi Roxb.). Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh insektisida daun galam untuk menekan hama perusak daun pada tanaman sawi. Penelitian menggunakan ekstrak daun galam segar sebagai bahan utama pembuatan insektisida nabati, yang diaplikasikan dengan berbagai dosis. Penelitian bertempat di pertanaman sayuran Kelurahan Guntung Payung Kecamatan Loktabat Utara Banjarbaru dan dilaksanakan selama 40 hari dari penyemaian sampai panen. Penelitian ini menggunakan metode percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yang terdiri dari 5 perlakuan konsentrasi dan 2 kontrol dengan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukan berpengaruh sangat nyata untuk intensitas serangan hama pada pengamatan ke 4. Intensitas serangan hama perusak daun sawi dari yang tertinggi sampai yang terendah berturut-turut ditunjukkan oleh perlakuan Kontrol air (K) sebesar 26,6%, Ekstrak daun galam 10% (G5) 21,3%, Ekstrak daun galam 6% (G3) 20,5%, Ekstrak daun galam 8% (G4) 17,7%, Ekstrak daun galam 2% (G1) 15,3%, Ekstrak daun galam 4% (G2) 14,2% dan Kontrol kimia (M) 7,9%.
Cabai merah besar (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan, khususnya dalam industri makanan dan kebutuhannya sering meningkat. Kebutuhannya yang meningkat tersebut berbanding terbalik dengan ketersediaan cabai yang tidak dapat terpenuhi. Penyebabnya antara lain adanya kendala serangan lalat buah (Bactrocera spp.) yang selalu terjadi pada tanaman cabai. Gejala yang ditimbulkan berupa adanya lubang kecil pada buah cabai, buah rontok dan terdapat larva di dalam buah. Pengendalian yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan insektisida kimia yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Salah satu solusinya adalah dengan pemanfaatan tanaman refugia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tanaman refugia terhadap serangan lalat buah pada tanaman cabai dan efektifitasnya tanaman kenikir (Cosmos caudatus) dan marigold (Tagetes erecta L.) dalam menekan serangan lalat buah pada tanaman cabai. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan, kontrol (T0), tanaman kenikir dan marigold ditanam bersama cabai (T1), tanaman kenikir ditanam bersama cabai (T2), tanaman marigold ditanam bersama cabai (T3) dan diulang sebanyak enam kali. Hasil pengamatan, tanaman refugia berpengaruh terhadap serangan lalat buah. Tanaman refugia jenis marigold, intensitas serangan lalat buah mencapai 6,01% dan 19,30%, sedangkan jenis kenikir intensitas serangannya mencapai 13,61% dan 33,61%.
Red chili (Capsicum annuum L.) is a commodity that has high economic value, but the potential loss experienced in chili cultivation is also quite high, because chili is quite vulnerable to fruit fly pests. This study aims to determine the response of fruit flies to the use of pheromones derived from various kinds of fruit peels and flesh added with yeast (organic pheromones). This research took place on chili farmers' land located in the village of Tambak Langsat, West Ulin Platform, Banjarbaru City. This study used a randomized block design (RBD) with 11 treatments including the control. The results showed that the treatment given organic pheromones was able to trap fruit flies. Of all the pheromones that were most effective at getting lots of fruit flies was the chili pheromone (0.2 ml) with a catch of 25 individuals and for organic pheromones that were less effective was the mango pheromone (0.2 ml) with a catch of 4 individuals. The type of fruit fly B. dorsalis dominates of the four species with the Diversity Index (H´) of fruit flies being classified as moderate, namely 1.1082, the Dominance Index (D) being high 1 and for fruit flies dominating B. dorsalis.
Plant Pest Organisms (PPO) that have recently become a problem in corn cultivation are Fall Armyworm (FAW) or the armyworm Spodoptera frugiperda J. E. Smith. The damage of S. frugiperda on sweet corn and feed is thought to be different and is not yet known. This study aims to determine the level of destruction of S. frugiperda on sweet corn and feed with control treatment of biological pesticides on papaya leaves and garlic, 30 ml/l water, 40 ml/l water, and 50 ml/l water. This study used a completely Randomized Design (CRD) with two factors. Corn varieties and concentrations of vegetable pesticides. The treatments used in this study were water control, chemical control, and three treatments of biological pesticide concentration with four replications. The results of observations 1-3 (age 0-2 weeks after planting/ WAP) have not found an attack, occurred on the study to 4-7 (age 3-6 WAP). Pesticides of papaya leaf and garlic affected the destructive power of S. frugiperda, where the concentration factor on the incidence of attack and attack intensity had a very significant effect, an interval of the variety factor had to make a difference on the incidence of attack but did not significantly affect the potency of the attack. The 50 ml/l concentration treatment on sweet corn and feed varieties was the best in suppressing the percentage of attack (12.50; 23.40%), attack intensity (5.92; 8.00%), and damage to the cob (1.79); 4.79%).
Telah dilakukan penelitian penggunaan asap cair dari limbah padat kelapa sawit berupa tandan kosong serabut dan cangkang. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh asap cair terhadap larva Spodoptera litura di laboratrium dan kemampuan asap cair untuk mengendalikan hama daun tanaman sawi, kedelai, dan hama polong kedelai. Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapangan, di laboratorium dengan menggunakan serangga uji S. litura yang diberi pakan yang dicelupkan (sandwich daun) ke dalam asap cair dan dengan menyemperotkan asap cair langsung ke larva S. litura, sedangkan penelitian lapangan dilakukan dengan penyemprotan asap cair pada dua jenis tanaman sayuran, yaitu sawi dan kedelai . Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa perlakuan asap cair metode semprot lebih mampu mematikan larva S. litura dibandingkan dengan metode sandwich daun, sedangkan metode sandwich daun lebih mampu menghambat pembentukan imago. Penelitian lapangan secara statistik antara perlakuan asap cair tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap intensitas kerusakan daun baik pada tanaman sawi maupun kedelai, perbedaan nyata hanya pada berat segar tanaman sawi.
Telah dilakukan penelitian pengaruh pemberian pestisida nabati biji pinang muda sebagai pestisida nabati terhadap mortalitas moluska non target.. Metode yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor dengan 4 perlakuan tingkat konsentrasi E0 (kontrol), E1 (20%), E2 (30%) dan E3 (40%) dengan 3 ulangan. Larutan pestisida nabati biji pinang muda pada konsentrasi 40% mampu mematikan moluska non target dengan mortalitas sebesar 55% untuk siput cangkang, persentase mortalitas sebesar 56,67% untuk siput tutut dan persentase mortalitas 95% untuk keong mas.
Penelitian ini bertujiuan untuk mengkaji neraca kehidupan agens pengendali hayati Spodoptera pectinicornis yang diberi pakan kayu Apu Pistia stratiotes dengan perlakuan pemupukan NPK dan AB mix. Penelitian dilakukan bulan Maret sampai bulan Mei 2021 di Laboratorium Pengendali Hayati danRumah Kaca Entomologi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Datapenelitian ini di analisis secara deskrptif yaitu menghitung populasi S. pectinicornis dalam satu siklushidup. Terdapat 3 perlakuan dan 3 ulangan dalam 100 butir telur S. pectinicornis. Berdasarkan hasil pengamatan dari masing – masing perlakuan menunjukkan kurva pertumbuhan hidup serangga ini jumlah keperidian yang dihasilkan tinggi dengan tingkat kemampuan hidup yang rendah pada awal pertumbuhan hingga meningkat seiring bertambahnya waktu. Pada nilai gross reproductive rate (GRR) tertinggi pada perlakuan AB mix sebesar 1912 individu/generasi. Nilai laju reproduksi bersih (Ro) paling tinggi terdapat pada perlakuan AB mix sebesar 129,520. Nilai rataan masa generasi (T) paling singkat pada perlakuan pupuk NPK hanya 26,334 hari. Nilai laju pertumbuhan intrinsik (r) paling tinggi terdapat pada perlakuan pupuk AB mix sebesar 0,164 individu/iinduk/hari. Perhitungan laju pertumbuhan terbatas (λ) menunjukkan perlakuan AB mix mengalami peningkatan populasi tertinggi sebesar 1,174 individu/iinduk/hari. Kayu apu yang diberi perlakuan pupuk NPK dan AB mix dapat meningkatkan laju perkembangan populasi dalam neraca serangga S. pectinicornis.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.