This study relied on the day‐by‐day analysis of bioenergetics and prey size preference in larvae and juveniles of Hemibagrus nemurus selected at random, held in isolation (28.5°C, 12L:12D) and feeding ad libitum on conspecifics [21 fish, 12–46 mm total length (TL), dry mass (DM) of 1–145 mg]. Several traits concur to make young H. nemurus highly cannibalistic: (1) high predation capacities (largest prey = 88% and 70% TL in fish of 8 and >40 mm TL, respectively), (2) opportunistic feeding behaviours with no marked size preference and (3) an unusual combination of high food intake (>100% DM at 1 mg DM) and very high gross conversion efficiency (>0.70). A growth model was constructed from the top performances of fish feeding maximally (16 of 21 fish) and indicated that the risk of cannibalism would be high and permanent except for meal frequencies over five daily meals. Cannibals emerging spontaneously under communal rearing (6 fish L−1, three daily meals) grew more slowly or just at the same rate as predicted by the growth model constructed from siblings selected at random. This indicates that the individuals that become cannibals do not possess higher intrinsic capacities for growth than others.
ABSTRAKPenelitian bertujuan mengetahui pengaruh perubahan lingkungan Segara Anakan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat pesisir telah dilakukan pada bulan Mei -Juni 2011. Data yang dikumpulkan pada masyarakat di Desa Ujung Alang dan Klaces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah dianalisis menggunakan analisis kesejahteraan rumah tangga berdasarkan indeks rumah tangga miskin menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sepanjang periode tahun 1980 -2011 terjadi pergeseran aktivitas perekonomian masyarakat pesisir dari pemanfaatan sumberdaya perairan ke pemanfaatan sumberdaya daratan (sektor pertanian) seiring dengan bertambahnya wilayah lahan timbul. Pendapatan rata-rata riil sebesar Rp 335.078/kapita/bulan lebih tinggi dibandingkan dengan garis kemiskinan untuk wilayah pedesaan di Propinsi Jawa Tengah (Rp. 179.982 /kapita/bulan) yang ditetapkan oleh BPS. Meskipun demikian, pada periode tersebut terjadi penurunan pendapatan sebesar 59%. Kata kunci: perubahan lingkungan, kesejahteraan, masyarakat pesisir, Segara Anakan Abstract : Impact of Environmental Changes to the Economic Activities and the Welfare of CoastalCommunities in Segara Anakan. By: Andrian Ramadhan and Rani Hafsaridewi. The study aims to determine the effect of environmental changes at Segara Anakan to the social and economic life of coastal communities have done in months May
Pemanfaatan sumber daya di wilayah pesisir mencakup konteks sosial multiple use, berbagai bentuk kepemilikan, dan konflik atas penggunaan sumber daya. Sistem ekologi di daerah pesisir sangat berhubungan erat dengan/dan dipengaruhi oleh satu atau lebih sistem sosial. Pendekatan kontemporer pengelolaan pesisir dan lautan berbasis sosial - ekologi pada dasarnya adalah integrasi antara pemahaman ekologi (ecological understanding) dan nilai – nilai sosial ekonomi (socio-economic value). Analisis sistem ekologi-sosial (SES) dalam pengelolaan wilayah pesisir terpadu mampu memberikan suatu pendekatan yang interdisipliner dan framework pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Analisis SES dapat menjadi basis pengetahuan untuk mengatasi secara sistematis masalah yang kompleks dalam pengelolaan pesisir secara terpadu, selain itu juga dapat mengembangkan suatu strategi berbasis pengetahuan dalam memahami proses-proses ekologi dan sosial pada dimensi sistem dan skala yang berbeda.Title: Social – Ecological System (SES) Approach In Integrated Coastal ManagementUtilization of resources in coastal areas includes multiple use social contexts, various forms of ownership, and conflicts of interest. The purpose of this paper is to learn about the Social-Ecological System approach in integrated coastal management. Ecological systems in coastal areas have a very close relationship with / and are influenced by the social system. Basically the contemporary approach of coastal management based on social-ecology system (SES) is the integration between ecological understanding and socio-economic value. SES analysis in integrated coastal area management is able to provide an interdisciplinary approach and a sustainable resource management framework. SES analysis can be a knowledge base for dealing systematically with complex problems in integrated coastal management, while also developing a knowledge-based strategy in understanding ecological and social processes in different dimensions of the system and scale.
AbstrakKabupaten Boyolali merupakan salah satu kawasan minapolitan yang ada di Jawa Tengah, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor KEP.32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan. Berdasarkan keputusan tersebut, pengembangan usaha perikanan khususnya budidaya ikan lele (Clarias Sp) semakin gencar dilakukan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran pola pengelolaan, permasalahan yang dihadapi, pemasaran hasil produksi, serta memberikan gambaran terhadap struktur biaya, penerimaan, keuntungan dan nilai R/C ratio. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, dengan pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Berdasarkan hasil analisis, usaha budidaya ikan lele di Desa Tegal Rejo secara keseluruhan masih layak diusahakan karena memiliki nilai R/C ratio > 1. Permasalah usaha yang dihadapi oleh pembudidaya terkait dengan ketersediaan benih, kenaikan harga pakan, harga jual ikan lele dan serangan penyakit. Dalam menjaga keberlanjutan usaha budidaya ikan lele pada kawasan minapolitan ”Kampung Lele” Desa Tegal Rejo, perlu diperhatikan daya dukung lingkungan serta pengelolaan usaha yang baik.Title: CATFISH AQUACULTURE BUSSINESS AT MINAPOLITAN AREA “KAMPUNG LELE” IN THE BOYOLALI DISTRICT Abstract Boyolali is the one of Minapolitan Area in Central Java, which are determined by the Minister of Marine and Fisheries Affairs, through by the minister decision KEP.32/MEN/2010. Based on these decision, the development of the fisheries, especially catfish (Clarias SP) aquaculture more improved conducted. This study aimed to know the description of management patterns, problems faced, the marketing of production, as well as give an illustrate of the cost structure, revenue, profits and the value of R/C ratio. Case study method were used in this research, sample selected by purposive sampling method. Based on the analysis, the aquaculture bussiness of catfish in Tegal Rejo as a whole is still viable because it has a value of R/C ratio > 1. Business problems faced by farmers related to the availability of seed, feed price increases, prices of catfish and disease attack. In maintaining the sustainability of catfish farming in the region Minapolitan "Kampung Catfish" Tegal Rejo village, keep in mind the carrying capacity of the environment and good business management.
Kesenjangan gender atau perbedaan peran laki-laki dan perempuan terhadap akses dan kontrol dalam pengambilan keputusan pada aktivitas perikanan skala kecil di Kabupaten Natuna masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesenjangan gender pada pemanfaatan perikanan skala kecil di Kabupaten Natuna; dan merumuskan strategi untuk mencapai kesetaraan gender. Data yang digunakan adalah data primer yang terpilah gender. Data primer dikumpulkan pada bulan Agustus 2019 terhadap 52 responden nelayan penangkap ikan skala kecil di 5 (lima) kecamatan di Pulau Bunguran – Kabupaten Natuna. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan software excel untuk memperoleh persentase tiga keputusan responden pada 5 kecamatan tersebut. Hasil analisis menunjukkan pengambilan keputusan pada perikanan skala kecil di Kabupaten Natuna masih didominasi oleh laki-laki. Kesenjangan gender terjadi pada aktivitas persiapan penangkapan ikan, kegiatan penangkapan ikan di laut, paska panen (penangkapan) ikan. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna perlu merancang program stimulasi ekonomi untuk membuka lapangan kerja bagi perempuan dan memberi peluang partisipasi terhadap istri nelayan dalam pengambilan keputusan, dengan melibatkannya dalam kegiatan pelelangan ikan di tempat pelelangan ikan (TPI) atau pengurus armada penangkapan ikan. Title: Gender Gap of Small Scale Fisheries Utilization in Natuna Regency The gender gap or the different role of access and control among men and women on the decision making process in small scale fishery activities in Natuna is remain high. The purpose of this research is to analyze the gender gap in small-scale fisheries utilization and to provide the strategy to achieve gender equality. Gender disaggregated primary data were collected in August 2019 from 52 respondents of the small scale fishermen in 5 sub regency in the Bungguran Island of Natuna Regency. The data were processed using excel software to find out the percentage of 3 reasons for respondent participation. The findings shows that decision maker is dominated by fishermen. The gender gap occurred in preparation process of the fishing activities, fishing activities, and post fishing activities. Therefore, government of Natuna Regency must prepare the economic stimulus program for providing labor opportunities for women, encourage the participation of the fishermen’s wife in decision making process by involving them in fish auction activity or as manager of fishing fleets.
ABSTRAKIndustrialisasi perikanan yang dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan bertujuan untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan nilai tambah produk kelautan dan perikanan yang berdaya saing tinggi. Peningkatan produksi yang tanpa disertai oleh upaya meningkatkan pemasaran akan berdampak pada kurang berhasilnya program tersebut. Penelitian ini mengkaji usaha budidaya, pasar, saluran pemasaran dan perdagangan ikan nila yang berasal dari Kabupaten Musi Rawas, Propinsi Sumatera Selatan. Studi lapangan dilakukan pada Bulan Maret-Juni 2012. Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan bantuan kuesioner dan wawancara mendalam dengan informan kunci. Responden terdiri dari pembudidaya, pengumpul, pedagang serta penentu kebijakan yang terkait dengan komoditas ikan nila. Metode analisis dilakukan secara analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun terdapat peningkatan produksi budidaya ikan nila, namun pemasaran ikan terbatas pada pasar lokal. Pihak pembudidaya masih menjadi pihak price taker yang artinya tidak dapat meningkatkan posisi tawarnya. Struktur pasar pembudidaya bersifat persaingan sempurna, pada sisi lain dengan struktur pedagang bersifat oligopsoni sehingga harga di tingkat pembudidaya berada dibawah pengendalian pedagang. Untuk meningkatkan kesejahteraan petani budidaya, dibutuhkan upaya menghilangkan pola patron-client dalam pembiayaan usaha dan pengembangan jalur pemasaran baru perlu dilakukan seperti dengan mencari pelanggan untuk keperluan restoran ataupun melakukan pemasaran ikan nila hingga ke daerah lain. Kata Kunci: pemasaran, ikan nila, price taker, oligopsoni ABSTRACT Fisheries industrialization were announced by the Ministry of Marineand FisheriesAffairs aims to increase production, productivity and value-added of fishery products. But of course, increased production without increasing marketing efforts will makeless successful impact for the program. This research will examine aquaculture bussiness, market, marketing channel and trading of tilapia from
Fishers residing in small islands are heavily dependent on the surrounding resources. The dynamics of these resources influence the fishers’ level of resilience. The purpose of this study is to analyze the correlation between the fishers’ resilience and available resources using a dynamic model. The method used is dynamic system analysis. The research site is located in is Karimunjawa islands, Central Java, Indonesia. The primary data collection was conducted between March-April 2018. The dynamic model consists of ecological and economical subsystems. The findings show that fishers’ resilience experienced a downward trend yearly. Based on the simulation of resources dynamic on the Karimunjawa islands, changes in resource conditions forced fishers to adapt to ongoing changes. The dynamics of marine and fishery resources in the Karimunjawa Islands have forced the fishers to adapt to the changing conditions. The adaptation made is that fishermen change their fishing grounds, especially as they adopted a new technology of GPS and fishfinder. Efforts can be made to improve the fishers’ resilience by increasing their productivity and fishing results. It can be achieved by improving the fishers’ capacity through training programs to improve their fishing skills.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.