Antioxidants are compounds that have an important role in health because they can be used as anti-toxic molecules in the body which are the cause of various diseases. One of the plants that have antioxidant content is kratom (MitragynaspeciosaKorth). The purpose of this study was to determine the antioxidant activity of kratom leaf ethanol extract by using the DPPH trapping method. Exploration of kratom leaf samples was carried out by maceration using ethanol 96%, macerate was evaporated with a rotary evaporator, phytochemical screening of kratom leaf ethanol extract and antioxidant testing of DPPH as Free radical. Result of Simplisia Characterization of kratom leaves containing water, air soluble extract contents, ethanol-soluble extract levels, total ash content, and acid insoluble ash content sequentially as follows: 6.65; 18.01; 9.45; 7.14; and 1.06%. Phytochemical Screening results containing kratom leaf ethanol extract containing chemical composition: alkaloids, flavonoids, triterpenoids/steroids, saponins, and tannins. The results of antioxidant activity testing showed that ethanol extract had an IC50 value of 38.56 μg / ml. The results showed that the ethanol extract of kratom leaves had antioxidant activity in a very strong category.
ABSTRAKAntibiotik merupakan obat yang penting digunakan dalam pengobatan infeksi akibat bakteri. Tingginya penggunaan antibiotika yang tidak tepat pada masyarakat disebabkan kurangnya pengetahuan tentang antibiotika yang menyebabkan meningkatnya masalah resistensi antibiotika. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk melihat bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat di Desa Tembung tentang penggunaan antibiotika. Pengabdian masyarakat ini merupakan Pengabdian masyarakat deskripsi, dengan metode pendekatan crosssectional, menggunakan instrumen berupa kuesioner. Total 30 responden dalam Pengabdian masyarakat ini adalah penduduk Lingkungan III, Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. Hasil yang diperoleh dari pengabdian ini adalah peningkatan pengetahuan masyarakat di Desa Tembung entang penggunaan antibiotik yang tepat. Adapun Kesimpulan kegiatan ini adalah edukasi dan Penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotika. ABSTRACTAntibiotics are important drugs used in the treatment of infections caused by bacteria. The high number of inappropriate antibiotics in the community due to lack of knowledge about the use of antibiotics may lead to the increase of antibiotic resistance. Health education aimed to see how the level of public knowledge in Tembung Village on the use of antibiotics. Health education is description research in the community with cross-sectional methods, using instruments in the form of questionnaires. Total of 30 respondents in Health education were residents of in environment III, Tembung Village, Medan Tembung District, Medan City. The results obtained from this service were an increase in the knowledge of the people in Tembung village using appropriate antibiotics. The conclusion of this activity is education and health education can increase public knowledge about the use of antibiotics.
Skin disease was a disease that attacked the surface of the body, and was caused by various agents, one was bacteria. One of the plants that had antibacterial activity was jengkol leaf (Archidendron pauciflorum Benth.) I.C. Nielsen because it contained compounds that had antibacterial properties that had previously been studied by other researchers against Staphylococcus aureus and Escherichia coli bacteria. So that researcher was interested in researching on the antibacterial activity of jengkol leaves (Archidendron pauciflorum Benth.) I.C. Nielsen against Staphylococcus epidermidis and Propionibacterium acnes. Fresh Jengkol leaves were processed into simplicia and extracted using 96% ethanol. Phytochemical screening was carried out on simplicia powder and extracts of jengkol leaves. Ethanol extract jengkol leaves was made in several concentrations, namely 20%, 25%, and 30%, positive control using Tetracycline HCl, and negative control using 1% DMSO. There were several tests carried out on jengkol leaves in addition to phytochemical screening, namely examination of simplicia characteristic including macroscopic examination, microscopic examination, examination of water content, examination of water-soluble extract levels, examination of ethanol-soluble extracts, examination of total ash content, and also an examination of acid-insoluble ash levels and antibacterial activity test of jengkol leaves. The results of phytochemical screening showed that the compound of jengkol leaves (Archidendron pauciflorum Benth.) I.C. Nielsen contained a class of secondary metabolites of alkaloids, flavonoids, tannins, saponins, steroids/triterpenoids, and glycosides. And for the results of the antibacterial activity research also showed that jengkol leaves could be used as antibacterial because it has a strong inhibitory power at a concentration of 20% and the strongest at a concentration of 30% against Staphylococcus epidermidis, namely 15.06 mm and 17.83 mm, while in diameter of growth inhibition zone Propionibacterium acnes was 15.86 mm and 18.1 mm.
Kulit buah naga merah merupakan limbah hasil pertanian yang mengandung zat warna alami antosianin cukup tinggi. Antosianin merupakan zat warna yang berperan memberikan warna merah yang berpotensi menjadi pewarna alami untuk pangan dan dapat dijadikan alternatif pengganti pewarna sintetis yang lebih aman bagi kesehatan. Metode pelaksanaan yang dilakukan adalah kunjungan ke lokasi mitra, demontrasi pelatihan pembuatan pewarna alami, demontrasi pelatihan pembuatan hasil olahan makanan menggunakan pewarna alami, dan sosialisasi serta pemberian strategi pemasaran produk di jalan Perbatasan Dusun V Desa Bandar Setia, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Hasil yang diperoleh dari pengabdian ini yaitu serbuk alami dan hasil olahannya dari kulit buah naga merah. Adapun kesimpulan kegiatan ini setelah dilaksanakan mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya pewarna sintetik, disamping itu masyarakat juga mengenal dan mengetahui tentang bahan pewarna alami yang baik untuk kesehatan, serta dapat menambah pendapatan sampingan masyarakat dengan membuat produk makanan mengunakan pewarna alami kulit buah naga merah.
Ultraviolet merupakan radikal bebas yang jika berlebihan masuk kedalam kulit dapat menyebabkan kerusakan kulit. Senyawa kimia yang mengandung antioksidan tabir surya dapat melindungi kulit dari pengaruh buruk radikal bebas. Salah satu tumbuhan yang mengandung antioksidan yang tinggi adalah daun asam jawa (Tamarindus indica L). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik serbuk simplisia daun asam jawa, mengetahui senyawa kimia metabolit sekunder ekstrak etanol daun jawa dan melihat aktivitas tabir surya ekstrak etanol daun asam jawa melalui nilai SPF. Tahapan penelitian ini meliputi karakteristik simplisia, pembuatan ekstrak, skrining fitokimia, pengujian SPF (Sun Protection Factor) ekstrak etanol daun asam jawa pada konsentrasi 100, 300, 500, 700 dan 1000 ppm. Hasil karakteristik serbuk daun asam jawa dengan bentuk daun bertangkai pendek, panjang daun 1-2 cm, lebar daun 4-8 mm, tepi daun rata, ujung daun membundar, aroma khas, warna hijau. Kadar air 4,6 %, Kadar sari larut air 37,84 %, Kadar sari larut etanol 25,33 %, Kadar abu 4,51 %, Kadar abu tidak larut asam 1,765 %. Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daun asam jawa mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Uji SPF memberikan hasil secara berturut 3,470; 8,7; 14,74; 20,89; dan 29,995.
Cancer is a disease characterized by uncontrolled cell division and the ability of these cells to invade other biological tissues, either by direct growth in adjacent tissues or by migration of cells to distant sites. The purpose of this study was to determine the class of secondary metabolites contained in the ethanol extract of cocoa leaves and their cytotoxicity by looking at the LC50 value using the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method. This research includes phytochemical screening of ethanol extract and the BSLT method by looking at the number of deaths of Artemia salina leach larvae (LC50). The results of phytochemical screening tests showed that the cocoa leaves contained flavonoids, alkaloids, tannins, saponins, steroids, and glycosides. The cytotoxicity test with probit analysis showed an LC50 value of 269,15 µg/mL, so it was concluded that the ethanol extract of cocoa leaves was toxic and had potential as an anticancer.
Penggunaan tumbuhan herba rumput bambu sebagai ramuan obat sangat berkaitan dengan kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama zat aktif biologisnya. Senyawa bioaktif yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan biasanya merupakan senyawa metabolit sekunder seperti steroid, flavonoid, alkaloid, saponin, terpenoid dan tannin, tanaman yang mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu herba rumput bambu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa kimia dan nilai flavonoid total ekstrak etanol herba rumput bambu.Tahapan penelitian ini meliputi pengolahan bahan tumbuhan, pembuatan ekstrak etanol, pemeriksaan karakterisasi simplisia, skrining fitokimia dan penetapan kadar flavonoid total ekstrak etanol herba rumput bambu dengan metode spektrofotometri visible. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada ekstrak etanol herba rumput bambu terdapat kandungan golongan senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid/triterpenoid dan hasil penentuan kadar flavonoid total pada ekstrak etanol herba rumput bambu sebesar 223.4188 ± 0.6749 mg QE/g.
Toiletries adalah kebutuhan pembersih badan sehari-hari, yang menjadi bagian dari kebutuhan antara lain sabun dan pembersih pada gigi yang saat ini sudah menjadi kebutuhan yang wajar. Daun sirih (Piper betle L.) banyak digunakan sebagai bahan obat alternatif untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Bakteri dominan menyebabkan berbagai penyakit mulut, salah satunya Staphylococcus auerus. Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada kulit serta rongga mulut yang dapat memproduksi toksin, bersifat gram positif, dan termasuk bakteri aerob. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan aktivitas anti bakteri terhadap produk toiletries yang diuji dengan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus. Pengujian yang dilakukan antara lain yaitu identifikasi bakteri dan uji aktivitas antibakteri. Hasil uji aktivitas produk pasaran sediaan toiletries yang mengandung ekstrak daun sirih terhadap Staphylococcus aureus dengan menggunakan kosentrasi 25% yang tertinggi setelah dilakukan orientasi tiga penggulangan pada penelitian sampel perbandingan pertama pasta gigi sampel A1 rata-rata zona hambat 24,0 mm dibandingkan pasta gigi sampel A2 rata-rata zona hambat 9,0 mm, pada perbandingan dua menggunakan produk pasaran obat kumur sampel B1 rata-rata zona hambat 9,4 mm dibandingkan dengan sampel B2 rata-rata zona hambat 19,9 mm dan perbandingan tiga sabun padat sampel C1 rata-rata zona hambat 17,7 mm dibandingkan dengan sabun sampel C2 rata-rata zona hambat 23,8 mm. Aktivitas antibakteri tidak terlalu kuat zona hambat terhadap produk toiletries berupa pasta gigi ekstrak daun sirih pada sampel A2 terbilang zona hambat yang didapat tergolong lemah, dan pada produk pasaran sediaan toiletries obat kumur ekstrak daun sirih pada sampel B1 juga dinyatakan tergolong zona hambat lemah dibandingkan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.