Dewi R, Utomo SD, Kamal M, Timotiwu PB, Nurdjanah S. 2019. Genetic and phenotypic diversity, heritability, and correlation between the quantitative characters on 30 sweet potato germplasms in Lampung, Indonesia. Biodiversitas 20: 380-386. Local food commodities such as sweet potato is an alternative rice substitute food which has high nutritional content. Estimating the value of genetic diversity, heritability and correlation between quantitative characters with the weight of large storage root per plant, is needed in the selection program for the development of quality sweet potato varieties. The purpose of this study was to find out information about genetic diversity, heritability, and correlation between quantitative characters with the weight of large storage root in 30 local Lampung sweet potato germplasm, introduction and national superior genotypes. The study was carried out in the Politeknik Negeri Lampung experimental garden from September 2017 to January 2018. Using 30 genotypes of sweet potato germplasm. The study was arranged in a randomized block design (RBD) with two replications. The results showed that all characters (weight of large storage root, number of large storage root, storage root length, storage root diameter, vines length, segment length, vines diameter, and weight of vines) had a value of genetic diversity, whereas wide phenotypic diversity and has a high value of heritability. Genetic factors more influence all characters in this study compared to environmental factors. The results of the correlation analysis showed that the characters of the weight of large storage root, storage root length, and storage root diameter were positively correlated with the weight of the storage root. Whereas, the length of vines is negatively correlated with the weight of large storage. The character of the segment length, vines diameter and weight of vines did not correlate with the weight of large storage root. The character of the segment length, vines diameter and weight of vines did not correlate with the weight of large storage root. Cluster analysis results from 30 sweet potato genotypes were grouped into 13 clusters. Based on similarity of character and provenance. The germplasm of 30 Sweet potato genotypes found in Politeknik Negeri Lampung can be selected and crossed to create the desired superior characters.
Kerapatan tanaman berkaitan dengan jumlah tanaman per lubang dan per satuan luas yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Salah satu cara pengembangan teknik budidaya sorgum yang dapat diterapkan yaitu dengan pengaturan kerapatan tanaman untuk peningkatan produktivitas sorgum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerapatan tanaman terbaik pada pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum; pengaruh perbedaan varietas pada pertumbuhan dan hasiltanaman sorgum; dan pengaruh interaksi antara kerapatan tanaman dan varietas pada pertumbuhan dan hasil tanamansorgum. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2013. Perlakuan disusun secara faktorial (3x4) dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 12 perlakuan dengan tiga ulangan. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlet dan aditivitas data di uji dengan uji Tukey. Bila kedua asumsi ini terpenuhi, maka pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Numbu, Keller dan Wray tidak menunjukan perbedaan pertumbuhan yang nyata, walaupun ketiga varietas tersebut menunjukkan perbedaan pada jumlah biji per tanaman. Varietas Numbu menghasilkanjumlah biji per tanaman 20-44 % lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Keller dan Wray; kerapatan tanaman sangatmempengaruhi pertumbuhan dan komponen hasil tanaman sorgum. Penggunaan kerapatan tanaman tinggi (3 dan 4 tanaman per lubang) dapat memberikan hasil 30-50,5 % lebih tinggi untuk jumlah biji per satuan luas (hektar) dibandingkan dengan penggunaan kerapatan tanaman rendah; pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil sorgum tergantung pada varietas. Pada kerapatan tanaman tinggi (3 dan 4 tanaman/lubang) varietas Numbu memiliki bobot biji per tanaman 1560% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Keller dan Wray.
Penyediaan benih bermutu dipengaruhi oleh penyimpanan benih. Lama simpan dan suhu ruang menjadi faktor utama yang menyebabkan kemunduran benih dan vigor benih. Suhu penyimpanan dapat mempengaruhi metabolisme benih yang juga berkaitan dengan kelembaban nisbi ruang simpan dan kadar air benih. Metabolismeyang tinggi selama penyimpanan berakibat pada kemunduran benih dan vigor benih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemunduran dan vigor benih sorgum varietas Samurai-1 yang disimpan pada suhu ruang 18 ±1,58ºC dan 26 ±1,08ºC. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari 2017 sampai dengan Febuari 2018. Perlakuan disusun secara faktorial dengan strip plot 2x4 dalam 3 ulangan teracak lengkap. Petak utama yaitu suhu ruang simpan (T) yang terdiri dari 2 taraf yaitu suhu ruang simpan 18 ±1,58ºC (T1) dan suhu ruang simpan 26 ±1,08ºC (T2). Anak petak yaitu lama penyimpanan (L) yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0 bulan (L1), 4 bulan (L2), 8 bulan L3), dan 12 bulan (L4). Pengaruh antar perlakuan dilihat dengan analisis ragam pembandingan nilai tengah perlakuan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) masing-masing pada taraf nyata 5%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih dengansuhu ruang simpan 18 ±1,58ºC dan 26 ±1,08ºC tidak menyebabkan perbedaan vigor dan kemunduran benih pada lama simpan 0, 4, 8, dan 12 bulan. Lama simpan 4, 8, dan 12 bulan menyebabkan kemunduran dan vigor benih lebih rendah dibandingkan dengan yang belum disimpan ( 0 bulan), yang ditunjukkan oleh daya hantar listrik, kecambah normal total, kecepatan perkecambahan dan benih mati.
Sorghum (Sorghum bicolor [L] Moench) adalah tanaman serealia yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber bahan pangan mendukung program diversifikasi pangan. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum maka perlu upaya pengembangan teknik budidaya seperti penambahan bahan organik dan penggunaan varietas unggul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk; mengetahui dosis pemberian bahan organik terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum; mengetahui varietas tanaman sorgum yang menunjukan pertumbuhan dan hasil terbaik ; mengetahui pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan varietas yang digunakan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Mei sampai September 2013. Perlakuan disusun secara faktorial dalam rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Petak utama adalah dosis bahan organik (b) yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0 ton ha (b0), 5 ton ha-1 (b1), 10 ton ha-1 (b2) dan 15 ton ha (b3). Anak petak adalah varietas sorgum (g) yaitu Numbu (g1), Keller (g2), dan Wray (g3). Sorgum ditanam dengan jarak tanam 80 cm x 20 cm pada setiap petak percobaan yang berukuran 4 m x 4 m. Pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36 dan KCl masing-masing dengan dosis 100, 100 dan 150 kg ha-1. Pemberian Urea dilakukan secara bertahap yaitu 2 minggu setelah tanam (mst) dan 6 mst. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; aplikasi bahan organik meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. Hasil sorgum tertinggi dicapai pada dosis 15 ton ha-1 ; varietas Numbu menunjukkan keragaan komponen hasil bobot biji/ malai terbaik, sedangkan produksi biomassa terbaik ditunjukkan oleh varietas Keller dan Wray; kombinasi penggunaan bahan organik dan varietas yang tepat untuk memperoleh hasil biji sorgum tertinggi adalah dosis 15 ton ha dengan varietas Numbu.
Aplikasi paclobutrazol merupakan salah satu cara untuk mengurangi tingkat kompetisi antar tanaman terutama tanaman yang ditanam dengan sistem tumpangsari. Pada penelitian ini digunakan tanaman ubi kayu, tanaman ubi kayu dapat dibudidayakan secara tumpangsari namun memiliki tajuk yang tinggi dan lebar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi paclobutrazol terhadap pertumbuhan tajuk tanaman ubikayu, dan untuk mengetahui konsentrasi dan frekuensi aplikasi paclobutrazol yang dapat menghambat sementara pertumbuhan tajuk tanaman ubikayu. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Perlakuannya adalah 0 ppm (kontrol), 200 ppm dengan 2 kali aplikasi, 200 ppm dengan 3 kali aplikasi, 400 ppm dengan 2 kali aplikasi, 400 ppm dengan 3 kali aplikasi, 600 ppm dengan 2 kali aplikasi dan 600 ppm dengan 3 kali aplikasi. Setiap perlakuan terdiri dari 3 tanaman contoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi paclobutrazol konsentrasi 200 ppm dengan 2 kali aplikasi menghambat sementara tajuk tanaman ubikayu dengan menghambat pertumbuhan tinggi tanaman pada 5 mst sampai 11 mst, tetapi tidak menurunkan bobot ubi secara nyata.
Ultisols have poor soil characteristics, yet biochar is one of the technologies that can be applied as a soil enhancer to improve the soil quality. Biochar has succeeded in improving soil quality, through improving soil physical, chemical, and biological properties. This research aimed to improve the quality of soil chemical properties and growth of maize plant, as well as to find a combination between biochar type and dosage of biochar that is able to improve the chemical properties of Ultisols and/or the growth of maize plant. This research was conducted at the Greenhouse and Soil Science Laboratory, Faculty of Agriculture, University of Lampung. This study used a randomized block design (RBD) arranged in factorial with 3 factors and 3 replications. The first factor was the soil layer (topsoil and subsoil), the second factor was the type of biochar (biochar of cocoa shell and biochar of oil palm shell), and the third factor was the biochar dosage (0, 10%, 20%, and 30% of 10 kg of oven dry weight soil). The results showed that (1) the application of biochar from the cocoa shell and oil palm shell on Ultisols improved some parts of soil chemical properties, namely CEC, organic C, and Kexc, (2) application of biochar from the cocoa shell and oil palm shell on Ultisols increased the plant height, the number of leaves, and the dry weight of maize, (3) application of biochar from the cocoa shell at a dosage of 20% was significantly improved CEC of Ultisols (4) application of biochar from the cocoa shell in top soil at a dosage of 30% significantly improved the soil organic C of Ultisol, (5) application of biochar from cacao shell at a dosage of 30% was significantly improved Kexc, (6) application of biochar from oil palm shell at a dosage of 10% significantly increased maize plant growth.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.