The COVID-19 pandemic had a serious impact on developing various psychological stressors in society. Grounded in cognitive appraisal theory, the current study has been conducted to investigate the moderating role of Hindu religious coping in mitigating the impact of the perceived threat of COVID-19 in developing perceived stress, insomnia, anxiety, and depression among the Hindu residents in Bali, Indonesia. The current study contributed to the body of knowledge regarding religious practices acting as a coping mechanism to help the community cope with crises scenario such as COVID-19. Using a longitudinal field survey, data were collected at two different times from 423 Hinduism believers who actively practiced religion and lived in Bali, Indonesia. Data were analyzed using measurement and structural models in SmartPLS. Results revealed that the perceived threat of COVID-19 impacted a higher level of stress, insomnia, anxiety, and depression among the target sample. Results further depicted that the intensity of the perceived threat of COVID-19 to develop negative stressors among those individuals is low who believe in Hinduism and practice religious obligations on a regular basis. This reflects the moderating role of Hindu religious coping in decreasing stress, insomnia, anxiety, and depression among Hindu believers aimed at COVID-19.
The problem of education is an issue of human life throughout their life, both as individuals, social groups as well as members of society. A hope for the government and society to the generations of Hindu that schools of Hinduism can be built not only in formal education but through education in formal and non-formal as in the rise and pasraman-pasraman in every Pakraman
<p>Peningkatan sumber daya dan kemajuan umat Hndu di kabupaten Gianyar nampaknya memerlukan sebuah proses, usaha pemerintah dalam peningkatan sumber daya manusia baik dalam bidang pembangunan dan pendidikan keagama, semua itu tidak lepas dari kesiapan pemimpin pada suatu organisasi dalam menyediakan pelayanan. Dalam pengelolaan bidang pembinaan umat Hindu oleh penyuluh Non-PNS, guna terciptanya penguatan budaya kerja, dalam proses pencapaian kemajuan, meningkatnya sumber daya manusia di bidang agama dan keagamaan, maka diperlukan komitmen dan upaya dari penyuluh untuk menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pelayan masyarakat, yang merupakan wujud dari karma marga. Upaya untuk meningkatkan pendidikan secara intlektual pembinaan-pembinaan penyuluh terhdahap umat Hindu terus ditingkatkan demi mencerdaskan dan memajukan umat Hindu di kabupatern Gianyar. Hal ini dilakukan sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, pasal 30, ayat 2 menyatakan bahwa pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Penguatan budaya kerja penyuluh menjadikan efisien efektif, apa bila penyuluh telah melakukan kinerja sesuati dengan terjadwal. Budaya organisasi dalam sebuah lembaga baik pemerintah maupun swasta yang diterapkan dengan kuat dan positif akan menjadikan manajemen secara efisien dan efektif, karena menghasilkan hal-hal seperti; nilai, prilaku, adanya musyawarah, dan kegiatan berorientasi pada misi.</p><p>Kata Kunci: Penguatan budaya kerja penyuluh Non-PNS.</p>
Innovative learning is one of the answers to deal with challenges in the current era. STEAM-based learning is needed by students in Indonesia as an effort to train their skills and talents in facing problems in the 21st century. This study aims to describe the integrated thematic learning planning, implementation, and assessment in SD Negeri Tegalrejo 1 Yogyakarta. It was a descriptive qualitative research. Subjects of this study were the classroom teacher, students of VB class, and headmaster. Technique of data collection were observation, interview, and documentation. Data were analyzed by using some steps, in terms of data reduction, data display and drawing coclusion. Technique of testing data vailidity deployed triangulation of data collection technique and data sources. The result indicates that the integrated thematic planning conducted by teacher has contained the minimum criteria of lesson plan. The implementation of STEAM-based integrated thematic learning has presented the characteristics of integrated thematic learning, in terms of using subject guide of Basic Competence (BC), in which each BC has its own material.
<p>The school literacy movement was developed based on nine priority agendas (Nawacita) which aimed to grow and develop the ability of reading and writing. Both of these abilities are contained in Indonesian language subjects. Indonesian Language subjects are a means of conveying knowledge. Through learning Indonesian especially reading and writing, students can master other subjects. Student learning success is greatly influenced by their ability to speak. The definition of literacy through the scientific approach in Indonesian language subjects is more directed at information skills. Information ability refers to several activities, namely observing, asking, trying, associating, and communicating. The process of observing includes seeking information, seeing, hearing, and listening. The questioning activity was carried out as one of the processes of building students' knowledge in the form of concepts in group discussions. Trying activities are useful to increase students' curiosity which includes planning, designing, and obtaining information. Associating activities can be done by analyzing and predicting, while communicating activities are a means to convey the results of conceptualization in oral or written form.</p>
Kondisi masyarakat di masing-masing daerah di Indonesia dewasa ini diwarnai oleh berbagai bentuk tindak kekerasan yang dipicu oleh masalah sederhana sampai yang cukup pelik. Pelakunya meliputi golongan tidak berpendidikan dan golongan berpendidikan. Wilayah terjadinya di lingkungan desa adat di Bali dan kota-kota kecil, tidak terkecuali di kota metropolitan dan pusat pemerintahan. Berbagai konflik telah muncul dalam masyarakat Indonesia yang berbeda suku, agama, atau kepentingan telah menimbulkan kerusuhan massal, yang banyak menimbulkan korban jiwa dan harta. Tawuran antarpelajar sering terjadi di berbagai tempat. Budaya kekerasan telah merusak jalinan persatuan sesama warga negara, yang tentu saja menurunkan kualitas budaya. Mengatasi hal tersebut, lembaga pendidikan merupakan wahana penting untuk membangun kekuatan intlektual generasi bangsa. Semua lembaga pendidikan mempunyai tujuan untuk mengembangkan nilai teoretis, meskipun kadar dan kebutuhannya bervarisai antara lembaga pendidikan yang satu dengan yang lainnya, sesuai dengan jenis dan tingkat pendidikkannya. Oleh karena itu lembaga pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan budaya progresif. Budaya progresif tercermin dalam kemauan untuk maju dan berkembang, didukung oleh penemuan ilmiah serta pemenuhan kebutuhan secara efisien berdasarkan pemikiran secara rasional dan logis. Mengingat masing-masing daerah di Nusantara telah memiliki budaya tradisional yang disebut kearifan lokal (lokal wisdom), kebertahana ini didasari atas pentingnya pembelajaran bahasa daerah di masing-masing wilayah dimana mereka hidup untuk membangun kebudayaan. Sehingga pengintegrasian nilai perdamaian dalam mewujudkan keharmonisan dalam suatu wilayah dapat dilakukan melalui belajar bahasa terutama belajar bahasa daerah. Mengingat daerah di Indonesia terdiri banyak suku, etnis, agama, sehingga kita kaya dengan bahasa daerah. Bahasa daerah akan dapat memperkuat budaya pada masing-masing daerah sebagai sebuah lokal wisdom.
<p>Religious culture is a movement carried out by religion, from the process of human interaction with a doctrine that has been believed by society is a performance of religious teachers to instill budhi pekerti to learners, so that cultural relations with religion is the integrity of a person or group.Given the religious school culture held by principals, teachers, administrative staff, and students will bring a dominant value supported by the school.School culture consists of values, beliefs, knowledge, and traditions, ways of thinking, and behavior that are all different from other social institutions.School culture is a very important component to promote a positive school and can pay attention to mothers fathers, teachers, and other students. School activities are still often done by the school as a form of moral religious culture such as; culture greetings, wall magazines, interactive dialogue, siplin culture, hard work culture, creative culture, and independent culture.</p><p>Keywords: Performance of religion-based religious teachers.</p>
<p>Penumbuhkembangan potensi anak-anak sekolah dapat dilakukan oleh guru melalui pendidikan karakter dengan memperkuat kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan sebuah kecerdasan yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu, yang diperoleh melalui pengalaman etnis tersebut bergulat dengan lingkungan hidupnya Haryono (dalam Gunawan, 2015:17). Dan juga kearifan local merupakan sebuah warisan nenek moyang yang berkaitan dengan tata nilai kehidupan Suhartini (dalam Wibowo, 2015: 23). Tata nilai kehidupan ini menyatu tidak hanya di dalam bentuk relegi, tetapi juga dalam budaya, dan adat istiadat dan juga nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat. Ketika sebuah masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungannya, mereka mengembangkan sebuah kearifan baik yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidupanya.</p><p>Kearifan lokal merupakan hasil dari proses adaptasi secara turun temurun dalam periode yang sangat lama terhadap suatu lingkungan alam tempat tinggal. Kearifan lokal umumnya berbentuk lisan dan tulisan dalam suatu system sosial masyarakat. Kearifan lokal berkaitan erat dengan kondisi geografis atau lingkungan alam dengan nilai yang dapat menjadi modal utama dalam membangun masyarakat, dengan ciri-ciri kearifan lokal di antaranya adalah adanya kemampuan-kemampuan untuk bertahan terhadap budaya dari luar, untuk mengakomodasikan unsur-unsur budaya luar, untuk mengintegrasikan unsur-unsur budaya luar kedalam budaya asli, untuk mengendalikan budaya, dan untuk memberikan arah ke perkembangan budaya.</p><p>Penguatan kearifan lokal yang ada di Tenganan Pagringsingan bisa lestari sampai saat ini didasari pada pendidikan karakter sejak dini yang bersifat nonformal, dimana para orang tua yang ada di desa Tenganan Pagringsingan Banjar Kauh dan Banjar Tengah sudah mendidik anak-anak mereka melalui tutur dan pesan-pesan yang mengacu pada awig-awig desa adat Tenganan dimana dalam awig-awig tersebut terdapat tatanan yang mengatur kehidupan sosial masyarakat setempat dan sangsi terhadap pelanggarana awig-awig tersebut.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.