The purpose of this study was to evaluate semen quality of Kebumen PO Cattle microscopically. Research was conducted at the Bocor village Buluspesantren Kebumen. The materials used in this research were semen of 1,5 years (n= 3 head), and 2 years (n= 3head) Kebumen PO bulls. Other materials used were eosin 2%, 0.9% NaCl solution, KY jelly, hot water, spirit, aquabidest. The equipments were artificial vagina,warmers pillow, towels, tubes tulip, microscopes, glass objects, test tubes, deck glass, pipette, aluminum foil, a syringe 10 and 50 ml, handtallycounter, haemocytometer, a camera. The experimental design used that consisted of 2 age groups 1,5 and 2 years (n = 3 head) old cattle with 4 replicates. Results showed the motility of aged 1.5 and 2 years young stud at 0, 15 minutes, were in the range of 50-70%, and at 30 minutes was gained at 45%. Morover, viability of 1.5 and 2 years were in the range of 50-85%.Key words: Kebumen PO, Semen, Age, Motility, Viability. ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah mengevaluasi motilitas dan persentase hidup spermatozoa sapi PO Kebumen pada pejantan muda. Penelitian dilaksanakan di Desa Bocor Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen yang ditampung dari pejantan sapi PO Kebumen umur 1,5 tahun (n= 3 ekor) dan 2 tahun (n=3ekor). Bahan yang digunakan larutan eosin 2%, larutan NaCl 0,9 %,KY jelly, air panas, spiritus, akuabides. Peralatan yang digunakan adalah vagina buatan, bantal penghangat, handuk, tabung tulip, mikroskop, gelas objek, tabung reaksi,deck glass,pipet, aluminium foil, spuit 10 dan 50 ml, handtally counter, haemocytometer, kamera dan alat tulis. Rancangan percobaan yang digunakan terdiri dari 2 kelompok umur 1,5 tahun ( n = 3 ekor), 2 tahun (n = 3 ekor) masing -masing ditampung semennya 4 kali sehingga terdapat 24 unit percobaan. Hasil pengamatan motilitas umur 1,5 dan 2 tahun pada menit ke-0, ke-15 diperoleh nilai dengan kisaran 50-70%, dan pada menit ke-30 terrendah adalah 45%. Persentase hidup spermatozoa umur 1,5 dan 2 tahun berkisar antara 50-85%.Kata kunci : Sapi PO Kebumen, semen, umur, motilitas, persentase hidup.
INTISARIPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi lingkar skrotum dengan bobot badan, volume semen, kualitas semen, dan kadar testosteron pada kambing Kejobong muda dan dewasa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2013 di Purbalingga, Semarang, dan Yogyakarta. Materi yang digunakan adalah 35 ekor kambing Kejobong jantan, terbagi atas 2 kelompok umur, yaitu muda 20 ekor (8-12 bulan) dan dewasa 15 ekor (13-24 bulan). Variabelvariabel yang diamati meliputi korelasi antar lingkar skrotum dengan bobot badan, volume semen, abnormalitas, konsentrasi, morfologi, spermatozoa hidup, dan kadar testosteron. Kadar testosteron dianalisis menggunakan metode Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara lingkar skrotum dengan bobot badan pada kambing Kejobong muda sebesar r = 0,60 (P<0,05) dengan persamaan regresi Y = -50,856 + 3,666X, namun tidak ada korelasi pada kambing Kejobong dewasa. Lingkar skrotum tidak berkorelasi dengan volume, motilitas, konsentrasi, morfologi, dan spermatozoa hidup pada kambing Kejobong muda dan dewasa. Lingkar skrotum berkorelasi negatif dengan kadar testosteron pada kambing Kejobong muda sebesar r = -0,66 (P<0,05) dengan persamaan regresi Y = 14,353 -0,436X, namun tidak ada korelasi pada kambing Kejobong dewasa. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lingkar skrotum berkorelasi positif dengan bobot badan dan berkorelasi negatif dengan kadar testosteron pada kambing Kejobong muda. Lingkar skrotum tidak berkorelasi dengan volume dan kualitas semen baik pada kambing Kejobong muda maupun dewasa.
Aim:The purpose of this study was to determine the postpartum estrus cycle of guinea pigs (Cavia cobaya) using Anredera cordifolia leaf extract.Materials and Methods:Materials used were 8 males and 8 females of C. cobaya with body weight ranged 400-450 g. Mating ratio applied was 1:1. Treatments given were 0, 10, 50 and 90 mg of A. cordifolia leaf extract/head, designated as T0, T1, T2 and T3, respectively. Two females were subjected for each treatment. A. cordifolia leaf extract was administered orally from 10 days prepartum to 10 days postpartum. Observation of mating behavior, vulva morphology, and vaginal smear preparation was done in the afternoon for 10 days subsequence postpartum. Data were analyzed by univariate method and descriptively.Results:The results showed that the addition of A. cordifolia leaf extract 50 mg orally could accelerate the time of postpartum estrus based on the average frequency of mating behavior consisting of behavioral approach, allow the buck to sniffing her, mating positions, standing heat, lordosis position, and copulation. During estrus, vulva morphology was red color, had much mucus and no thin membrane covering vagina. There were a lot of superficial cells on vagina.Conclusion:The best treatment to accelerate occurring postpartum estrus was the addition of A. cordifolia leaf extract as many as 50 mg/head weight (T2) orally.
ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah mengetahui profil leukosit dan jumlah anak dari marmut (Cavia cobaya) akibat pemberian ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia). Materi yang digunakan adalah marmut betina masing-masing berjumlah 16 ekor dengan bobot badan 425 g. Ekstrak daun binahong dengan dosis 0, 10, 50 dan 90 mg, masing-masing ditetapkan sebagai T0, T1, T2 dan T3. Pemberian dilakukan secara oral, dari 0 hari prepartum sampai 10 hari postpartum. Pengambilan darah dilakukan 10 hari prepartum, pasca beranak, 10 hari postpartum, dan juga dilakukan pengamatan jumlah kelahiran dan kematian fetus pasca beranak. Data dianalisis menggunakan analisis ragam dilanjut analisis beda ratarata dengan Duncan Multiple Range Test untuk tampilan leukosit dan Chi-Square untuk produksi anak yang diberi ekstrak daun A. cordifolia dengan kontrol. Hasil menunjukkan bahwa kelompok perlakuan 10 hari prepartum (control) tidak berbeda nyata, kelompok perlakuan postpartum pada monosit total terjadi kenaikan tertinggi pada level 50 mg/ekor dibandingkan dengan level 0, 10, dan 90 mg/ekor. Kelompok perlakuan 10 hari postpartum pada leukosit total dan monosit total terjadi kenaikan tertinggi pada level 50 dan 90 mg/ekor dibandingkan 10 mg/ekor. Limfosit total terjadi kenaikan tertinggi pada level 90 mg/ekor dibandingkan dengan level 10 dan 50 mg/ekor. Neutrofil total kenaikan tertinggi pada level 50 mg/ekor dibandingkan dengan level 0 dan 10 mg/ekor. Pemberian ekstrak daun A. cordifolia dapat menaikan jumlah anak yang dilahirkan (P<0,05; χ2=9,267) dan dapat menurunkan jumlah anak yang mati (P<0,05; χ2=6,4). Kesimpulannya adalah pemberian ekstrak daun A. cordifolia 50 mg/ekor dapat meningkatkan profil leukosit dan produksi keturunan.Kata kunci: Anredera cordifolia, total leukosit, differensial leukosit, Cavia cobaya, produksi keturunan ABSTRACTThe objective of this study was to determine leucocyte and offspring production of guinea pig (Cavia cobaya) giving Anredera cordifolia leaf extract. Materials used were female 16 heads of guinea pig with body weight of 425g. The treatments were an extract of A. cordifolia leaf at doses of 0, 10, 50 and 90 mg/head, designated as T0, T1, T2 and T3, respectively. A. cordifolia leaf extract was administered orally from 10 days prepartum to 10 days postpartum. Blood was taken at 10 days prepartum and 10 days postpartum. Total birth of the offspring was observed. Data were analyzed by analysis of variance and if there was effect of treatment, then continued with Duncan multiple range test and Chi-Square test for fetal production between the given A. cordifolia leaf extract and control. The result showed that there was no significant difference for 10 days prepartum after addition of A. Leucocyte Profile in Guinea Pig Given Anredera Cordifolia (D. Wijayanti et al.) 19 cordifolia leaf extract treatment. The postpartum treated showed a total 50 mg/head level increaed for monocytes than that of level 0, 10 and 90 mg/head. Ten days postpartum treatment showed the total increase for leucocyte and monocyte...
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas reproduksi kambing Jawa Randu dengan estrus postpartum (EPP) abnormal dibandingkan dengan kambing Jawa Randu dengan EPP normal (n = 16 kambing) dilihat dari kadar hormon estrogen dan tampilan estrus. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan secara non parametrik menggunakan Mann Whitney U-test dengan bantuan Statistical Package for the Social Science (SPSS) 16. Hasil analisis deskriptif pada kadar hormon estrogen menunjukkan bahwa EPP normal memiliki kadar yang lebih tinggi (133,8; 141,5; 155,6; 162;25, 167;75 pg/mL) dibandingkan dengan kadar hormon estrogen kambing Jawa Randu EPP abnormal (109,9; 111,35; 101,2; 132,2; 142,45 pg/mL). Hasil analisis Mann Whitney U-test untuk ferning dan kelimpahan lendir serviks menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara kambing Jawa Randu EPP normal dibandingkan kambing Jawa Randu EPP abnormal. Jawa Randu dengan EPP normal mempunyai kadar estrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan EPP abnormal. Tetapi, kelimpahan dan lendir serviks antara kedua kelompok kambing tidak berbeda.
ABSTRAK: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara morfometrik tubuh induk kambing Peranakan Ettawa (PE) pada paritas dan litter size yang berbeda. Materi yang digunakan adalah 47 ekor induk kambing PE. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling dengan mempertimbangkan populasi kambing PE dan sentral pembibitan. Kambing PE yang digunakan adalah induk mulai paritas 1 sampai paritas 4 dan memiliki catatan litter size yang lengkap sejak kelahiran pertama. Ukuran -ukuran tubuh induk diukur meliputi dalam dada, lebar dada, lebar pinggul, tinggi pinggul, lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak. Data yang diperoleh dianalisis dengan prosedur General Linear Model (GLM) dan dengan Principal Component Analysis (PCA) menggunakan program Statistycal Analysis System (SAS) Ver 6.12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kambing PE memiliki data yang beragam pada berbagai paritas. Ukuran tubuh yang menjadi parameter pembeda berdasarkan nilai PC 1 yaitu panjang badan dengan nilai 0,695 dan lingkar dada dengan nilai 0,530. Indeks ukuran tubuh kambing PE tidak mempengaruhi jumlah anak sekelahiran. Kesimpulan dari penelitian ini adalah panjang badan dan lingkar dada dapat digunakan sebagai parameter pembeda antar paritas. Litter size akan meningkat sejalan dengan bertambahnya paritas. ABSTRACT:The objective of this study was to determine the relation between morphometric of different parity and litter size in Ettawa Grade goat. The material of this study was 47 heads of Ettawa Grade goat. Purposive sampling was applied to determine sample based on population and breeding policy. The Ettawa Grade used were does from1-4 parities and having litter size records from first kidding. Morphometric characteristics measured were chest depth, chest width, hip width, hip height, heart girth, body length, and withers height. The data obtained were analyzed using General Linear Model (GLM) and Principal Component Analysis (PCA) of Statistycal Analysis System (SAS) Ver 6.12. The results showed that morphometric of Ettawa Grade goat was vary and different in various parity. The PC1 of body length and heart girth were 0.685 and 0.530 respectively, indicating the most discriminant variabel to determine the differences among parity. Body index of Ettawa Grade goat does did not affect the litter size. In conclusion, body length and heart girth can be used as the differentiation parameter among parity. Litter size will increase with increasing parity.
The aim of this research was to determine the toxic effect of Anredera cordifolia leaf extract on the Cavia cobaya liver which was evaluated by the histopathological examination of liver tissue. The materials used were 8 female guinea pigs 2.5 months old that were divided into 4 groups by simple random sampling, each treatment was given to 2 female C. cobaya. Treatments given were 0, 10, 50 and 90 mg of A. cordifolia leaf extract/head, designated as T0, T1, T2 and T3, respectively. Materials were given treatment daily as long as 10 days prepartum. All of the guinea pigs were slaughtered at day 11, and the liver were taken to examined their histopathological changes. Each of the liver tissues were processed by paraffin blockembedded and hematoxylin eosin (HE) staining method. The results of this study indicate the presence of albuminosa degeneration or mild degeneration (DH +) from group control and hydropic degeneration or moderate degeneration (DH ++) in all treatment groups and the weight of C. cobaya liver which was given an extract of A. cordifolia 50 mg/head was not significantly different from the control but was significantly different from 10 and 90 mg/head. The conclusion was Binahong's (A. cordifolia) leaves extract up to the dosage 90 mg/head had no significantly toxicity effect on the liver of guinea pigs (C. cobaya).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.