Lhoknga subdistrict is an area that has a habitat for many species of fauna, including birds. References about species of birds in some habitats are still very limited. Therefore, it is necessary to make a research on bird species in several types of habitat in the district of Lhoknga. The aim of the research is to figure out birds species in several types of habitats in the Lhoknga subdistrict. The data were collected by using the point count method and line transects. The results showed that there were 39 species of birds from 21 families found in Lhoknga district. Based on the PP. No. 07 of 1999, it was found that there were 14 species of protected birds in Lhoknga subdistrict.
Mangrove memiliki peranan yang sangat penting sebagai pelindung wilayah pesisir dari angin kencang, gelombang dan abrasi air laut. Keberadaan mangrove di wilayah pesisir Aceh, saat ini semakin berkurang karena dialihfungsikan menjadi areal perumahan dan pertambakan. Tanaman mangrove yang tumbuh pasca tsunami tidak mendapatkan perhatian sehingga kondisinya tidakterawat dan ditemukan adanya kerusakan tanaman mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis kerusakan pada tanaman mangrove di pesisir pantai Kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan pengamatan secara visual. Pengamatan yang dilakukan meliputi kondisi morfologi akar, batang, dan daun. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif dan studi literatur. Hasil penelitian menemukan 2 spesies mangrove di lokasi yaitu bakau kurap (Rhizophora mucronata) dan api-api (Avicennia marina). Kerusakan tanaman mangrove ditemukan pada bagian daun dan bagian batang. Kerusakan tersebut disebabkan oleh kekurangan unsur hara, serangan jamur (Fungi), serangan keong mangrove (Littoraria sp.), laba-laba (Arachnida), serangga ulat kantung (Pagodiella hekmeyeri), serangga kutu daun putih (Hemiptera), dan lumut kerak (Lichen). Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperlukan penanganan serius terhadap kerusakan tanaman mangrove untuk menjaga kelestarian plasma nutfah mangrove di wilayah pesisir Aceh.
The appropriacy of course content with practicum contents is an effort to reach an optimum instructional goal. The level of appropriacy also reflects the implementation of practicum in the laboratory. Nevertheless, there were still some weaknesses in the practicum implementation such as the practicum was not fully conducted under lecturer’s guidance and direction; The practicum content was irrelevant with the course content; Evaluation and revision was rarely made to the course content and practicum content; the sequence of course content was not suitable with the sequence of practicum content. The aims of this study were to find out the level of appropriacy of course content with the content of biology practicum in the field of plant at biology education department. The methods used in this study were document analysis and descriptive method. The lesson plan of plant course content and also the content of practicum guidance in the field of plant were analyzed by the researcher. The result showed that 1) the level of appropriacy between the plant course content and the content of practicum was 50% and categorized as “appropriateâ€; 2) The other plant course content was considered “very appropriate†in terms of course content appropriacy with practicum content in the level of 50%. 3) The level of appropriacy between the sequences of course content with practicum content was 50% and categorized as “appropriateâ€. While another 50% was categorized as “very appropriateâ€. It can be concluded that the level of appropriacy of course content with the content of biology practicum in the field of plant at biology education department of UIN Ar-Raniry was categorized by “very appropriate†and “appropriateâ€.
Yogurt merupakan salah satu makanan fungsional bagi kesehatan. Yogurt yang diproduksi secara home made masih memiliki kendala dalam mempertahankan ketahanan dan kualitas yogurt sehingga diperlukan solusi untuk mempertahankan mutu produk tersebut dengan menggunaan bahan tambahan pangan (BTP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh BTP (Natrium Benzoat dan CMC) terhadap ketahanan dan kualitas yogurt sari buah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak RAL faktorial dengan dua faktor dan 2 kali pengulangan, faktor pertama adalah 2 jenis BTP dengan 6 taraf perlakuan, faktor kedua adalah waktu pengamatan yang terdiri dari 2 taraf perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, masing-masing BTP memiliki pengaruh terhadap yogurt dengan berdasarkan penilaian uji organoleptik dimana uji tekstur tertinggi pada yogurt kontrol, rasa pada penambahan Natrium Benzoat 0,5% dan CMC 0,5%, warna pada CMC 1% dan Natrium Benzoat 1%, dan aroma pada Natrium Benzoat 0,5%. Dapat disimpulkan bahwa penambahan BTP dapat meningkatkan ketahanan dan kualitas yogurt sari buah.
Kota Banda Aceh merupakan salah satu daerah pesisir yang terdampak tsunami. Pasca tsunami pesisir pantai Aceh direkonstruksi dan direhabilitasi kembali. Salah satu sumber matapencaharian masyarakat pesisir pantai adalah lahan tambak yang pada saat bencana tsunami mengalami kerusakan parah. Sehingga tambak menjadi salah satu program prioritas yang dipercepat proses pembangunnannya. Pascatsunami petani tambak mendapat bantuan dari pemerintah dan non pemerintah contohnya seperti bibit ikan dan udang. Pemilihan bibit ikan dan udang yang dibudidayakan petani tambak sangat beragam dan berdasarkan berbagai pertimbangan tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui spesies dan preferensi ikan yang dibudidayakan petani tambak di Kota Banda Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling dengan teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan, studi dokumentasi dan wawancara langsung terhadap petani tambak. Hasil penelitian menunjukkan ada lima spesies ikan yang dibudidayakan petani tambak di Kota Banda Aceh yaitu Chanos-chanos, Oreochromis mossambicus, Lates calcarifer, Oreochromis. niloticus dan Clarias gariepinus. Pertimbangan pemilihan ikan yang dibudidayakan berdasarkan nilai ekonomis, daya tahan terhadap serangan penyakit, reproduksi yang cepat dan kemudahan dalam pemeliharaannya. Ikan yang dibudidayakan di Kota Banda Aceh cukup beragam dengan preferensi tertentu.
Salah satu cara untuk pengendalian nyamuk Aedes aegypti adalah dengan mengetahui tempat perindukannya. Selama ini diketahui bahwa nyamuk A. aegypti hanya dapat berkembangbiak pada air yang relatif jernih, tertampung dalam suatu wadah dan tidak bersentuhan langsung dengan tanah, namun demikian ingin diketahui juga apakah air terpolusi langsung dengan tanah dapat menjadi tempat berkembangbiak bagi nyamuk A. aegypti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media terpolusi tanah terhadap perkembangbiakan nyamuk A. aegypti. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan metode ovitrap. Media air terpolusi tanah dibuat dengan kosentrasi tanah 50 gr/ml, tanah 30 gr/ml dan 10 gr/ml. Parameter yang diamati adalah daya tetas telur, persentase telur menjadi jentik, persentase jentik menjadi pupa dan pupa menjadi nyamuk dewasa. Selain itu dilakukan juga analisa kualitas air pada media air terpolusi tanah meliputi pH, kekeruhan, CO2, amonia, nitrat dan plankton. Hasil penelitian menunjukkan jumlah telur yang diletakkan nyamuk betina pada media air yang berisi polutan tanah mencapai rata-rata 12.460 butir telur. Persentase keberhasilan nyamuk Aedes aegypti dari mulai penetasan sampai mencapai dewasa tergolong tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi peletakan telur adalah indera olfaktori dan kehadiran mikroorganisme. Perkembangan nyamuk pradewasa tergantung pada ketersediaan makanan, bahan organik dan anorganik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa air yang terpolusi tanah dapat menjadi tempat perindukan dan berkembangbiaknya nyamuk A. aegypti. Kata Kunci: Media air terpolusi tanah, Perkembangbiakan dan Aedes aegypti The effective way to control Aedes aegypti is knowing the breeding place of A. aegypti. Nowadays it is known that immature A. aegypti only breed in the clean water, in containers and no touch with soil. Therefore we need to know it soil-polluted water could be the breeding place for A. aegypti. The objectives of this research were to know of A. aegypti in field, preference of A. aegypti in selection of breeding place, and also to know the growth of immature A. aegypti in any type of polluted water. Methode of research was an observation and ovitrap method. The ovitrap soil-polluted water proved to attract female mosquitos to lay the most eggs. Amount of oviposition depend on some factor such as olfactory cues and the presence of mikroorganisme. The development of immature mosquitos depend on food availability, material organic and anorganic. The result showed that polluted water could be a breeding place for A. aegypti. Keywords: The ovitrap soil-polluted water, Reproduction, and Aedes aegypti
The purpose of this research was to figure out the relevancy of the reference used from verses of the Qur'an to the topic of research, the suitability of the placement of the verses of the Qur'an and supporting references in explaining the verses of the Qur'an in the theses of biology education department students. The methods used in this research were documentation and descriptive analytic method. The data were analyzedby using checklist. The results showed that the relevancy between some verses of Al Qur’an with the topic of the research was 66,7%. While the relevancyof the content of some verses of Al Qur’an with the topic/sub topic of discussion was 57,1%. The suitability of placement of some verses of Al Qur’an based on chaptersin the theses was 54,8%. Meanwhile, the suitability of placement of some verses of Al Qur’an based on the topic/subtopic titles was 50%. Based on the availability of supporting references in explaining some verses of Al Qur’an, it was found that there were 40,5% of students had made conclusions based on supporting references. In conclusion,the level of relevancy and suitability of references from some verses of Qur’an to the topic and its placement were catagorized in the level of appropriate, less appropriate, and inappropriate.
Metamofosis adalah keseluruhan rangkaian perubahan bentuk dan ukuran sejak telur sampai menjadi dewasa (imago). Perkembangan metamorphosis sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada lalat buah (Drosophilla melanogaster) proses perkembangan metamorphosis sangat dipengaruhi oleh media biakannya. Media biakan ini selain tempat hidup lalat buah juga sebagai sumber makanan dari mulai larva hingga imago. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media biakan alami terhadap metamorphosis lalat buah (Drosophilla melanogaster) serta untuk menyediakan referensi pembelajaran pada matakuliah Pekembangan Hewan. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Biologi (Unit Mikrobiologi) Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah: (1) lama waktu (hari) yang dibutuhkan telur menjadi larva, larva menjadi pupa, pupa menjadi dewasa. (2) Suhu dan kelembaban. (3) Analisis kandungan nutrisi pada nanas dan pepaya. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dalam bentuk narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses metamorfosis pada media biakan pepaya lebih cepat dibandingkan dengan media biakan nanas. Perbedaan terjadi pada fase penetasan telur. Pada media biakan papaya metamorfosis terjadi selama 7 hari, sedangkan pada media biakan nanas terjadi selama 8 hari. Kata Kunci: Media Biakan Alami, Metamorphosis dan Lalat Buah Metamorphosis is the overall of transformation cycle and size from the egg until adult (imago). The growth of metamorphosis very influenced by various factors. For fruitfly (Drosophilla melanogaster), the growth process of metamorphosis was very influenced by its breeding media. This Breeding media besides used as the place to live in for fruitfly, it is also as the source of food for larva to imago. This research were intended to know the influence of natural breeding media to fruitfly metamorphosis (Drosophilla melanogaster) and to provide study reference for Growth of Animal course. This Research have been executed in Biological Laboratory (Microbiological Unit) Faculty of Tarbiyah of IAIN Ar-Raniry. This research used descriptive method. The parameters used in this research were: 1). time spent (day) for egg to become larva, larva to become pupa and pupa to become adult. 2). Temperature and humidity. 3). Analysis of nutritious from pineapple and papaya. The data of this research were analyzed descriptively. The results indicated that the process of metamorphosis was quiker at breeding media of papaya than pineapple one. The difference occurred at the phase of egg hatching. At the breeding media of papaya, the metamorphosis occurred in 7 days, while at pineapple breeding media, it occurred in 8 days. Keywords: Natural Breeding Media, Metamorphosis and Fruitfly
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.