Pupuk merupakan suatu bahan sebagai sumber unsur hara baik makro maupun mikro bagi tanaman, sedangkan pemupukan merupakan suatu tindakan mengaplikasikan dari pupuk. Pupuk digolongkan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan: 1) kandungan unsur hara (pupuk tunggal dan pupuk majemuk); 2) kadar unsur hara (berkadar hara tinggi, sedang, dan rendah); 3) reaksi kimia (pupuk masam, netral, basa); 4) kelarutan (pupuk larut dalam air, larut dalam asam sitrat, dan larut dalam asam kuat); 5) cara pembuatan dan komponen utama penyusun pupuk (pupuk organik dan pupuk anorganik); 6) cara pemberian (pupuk akar dan pupuk daun). Secara garis besar pupuk terdiri dari dua jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Agar pemupukan yang kita lakukan tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman mendapatkan efisiensi dalam pemupukan, maka terdapat konsep lima tepat yang harus diperhatikan yaitu : 1) tepat jenis pupuk yang digunakan; 2) tepat dosis yang diberikan sesuai kebutuhan tanaman; 3) tepat waktu aplikasi pemupukan; 4) tepat tempat penempatan pupuk saat aplikasi; dan 5) tepat cara aplikasi pupuk. Bagi pembaca yang menyukai pertanian atau tanam-menanam, buku sangat bermanfaat untuk dibaca sebagai menambahkan pengetahuannya tentang pupuk.
This research was aim to investigate both direct and indirect effects of some characters related to downy mildew resistance in maize. This information is required to determine the selection criteria on maize breeding program for downy mildew resistance. The research was conducted at Research Station of Agriculture Faculty, University of Brawijaya, from January to April 2012. Five varieties of hybrid maize and five inbreeding lines were employed, and Randomized Complete Block Design with two replications was applied. The result showed revealed that trichome and stomatal density on the upper and lower surface of leaves had positif direct effect and genotipic correlation with downy mildew disease incidence. These characters are qualified as effective selection criteria for resistance to downy mildew. In relation to maize breeding program, low trichome density and stomatal density characters enhance downy mildew resistance.
Resistance to downy mildew is influenced by the source of the inherited resistance genes or parents used in the breeding program. In assembling maize varieties resistant to downy mildew, it is important to know the number and action of genes related to downy mildew resistance. This study aims to determine the number and action of genes from three hybrid varieties, namely varieties P21, P3 and NK 33 which will be used as parents. Populations of F1 and F2 from three commercial varieties of corn hybrids were used as genetic material in this study. The results showed that resistance to P. maydis was controlled by two pairs of genes with double dominant epistasis gene action for P21 variety and recessive dominant epistasis gene action for P3 and NK33 varieties. The heritability prediction value of resistance character for the three varieties was low. The genetic progress of resistance characters in P21 and NK33 varieties was low, while P3 varieties had high genetic progress values. The P3 variety can be used as a source of resistance genes for the assembly of maize varieties that are resistant to downy mildew, and selection should be carried out in the next generation.Keywords: Corn, Downy Mildew, Inheritance, Heritability, ABSTRAKKetahanan terhadap penyakit bulai dipengaruhi oleh sumber gen yang mewariskan ketahanan atau tetua yang digunakan dalam program pemuliaan. Dalam perakitan varietas jagung tahan penyakit bulai informasi jumlah dan aksi gen terkait ketahanan penyakit bulai penting untuk diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan aksi gen dari tiga varietas hibrida yaitu varietas P21, P3 dan NK 33 yang akan digunakan sebagai tetua. Populasi F1 dan F2 dari tiga varietas hibrida jagung komersial digunakan sebagai materi genetik dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan ketahanan terhadap P. maydis dikendalikan oleh dua pasang gen dengan aksi gen epistasis dominan ganda untuk varietas P21 dan aksi gen epistasis dominan resesif untuk varietas P3 dan NK33. Nilai duga heritabilitas karakter ketahanan untuk ketiga varietas tergolong rendah. Kemajuan genetik karakter ketahanan pada varietas P21 dan NK33 adalah rendah sedangkan varietas P3 mempunyai nilai kemajuan genetik tinggi. Varietas P3 dapat digunakan sebagai sumber gen ketahanan untuk perakitan varietas jagung yang tahan penyakit bulai, dan seleksi sebaiknya dilakukan pada generasi lanjut.Kata kunci: downy mildew, heritabilitas, jagung, pewarisan
Budidaya tanaman hortikultura di kota Tarakan memiliki peluang besar karena permintaan pasar yang cukup tinggi. Namun usaha ini tidak lepas dari berbagai tantangan. Tantangan utamanya adalah upaya pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan oleh petani, seperti penggunaan pestisida kimia dan nabati. Solusi lain yang belum banyak diketahui oleh petani adalah penggunaan agens hayati (bakteri atau cendawan). Banyak petani di Kota Tarakan belum mengetahui perbedaan pestisida nabati dan hayati, maka perlu adanya kegiatan transfer ipteks yang dimiliki oleh Fakultas Pertanian UBT kepada petani di Kota Tarakan. Teknologi yang diberikan kepada petani dalam kegiatan adalah teknik perbanyakan dan teknik aplikasi bakteri indigenous sebagai pestisida hayati serta pembuatan demplot. Setelah pelaksanaan kegiatan ini; 1) petani dapat memanfaatkan mikroorganisme indigenous untuk usaha tani, 2) petani dapat membedakan serangan hama, bakteri patogen, cendawan patogen, dan virus patogen sehingga mampu memilih jenis pestisida yang spesifik, 3) petani dapat membedakan pestisida hayati dengan pestisida lainnya, dan mampu memproduksi pestisida hayati berbasis bakteri fungsional indigenous, 3) petani mengharapkan adanya kegiatan lain sejenis untuk mengatasi berbagai kendala dalam usaha tani, 4) perlu adanya dukungan dan kerjasama dari pihak terkait seperti Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Tarakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan usaha tani.
Cekaman salin sangat mempengaruhi tanaman jagung mulai dari perkecambahan, pertumbuhan dan produktivitasnya. Aplikasi rhizobakteri dapat mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan tanaman pada tanah salin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rhizobakteri indigenous pada perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif awal tanaman jagung. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yaitu pertama screening isolat yang mampu memberikan perkecambahan yang baik pada kondisi salin. Tahap kedua uji 8 isolat rhizobakteri hasil tahap pertama pada pertumbuhan vegetatif awal jagung pada kondisi salin. Rancangan percobaan yang digunakan pada tahap pertama adalah Rancangan Acak Lengkap, dengan 23 isolat rhizobakteri sebagai perlakuan, diulang 2 kali. Pada tahap kedua digunakan rancangan acak kelompok, 8 perlakuan isolat rhizobakteri dan 2 kontrol, dengan 5 ulangan. Hasil penelitian pada tahap pertama diperoleh 8 isolat rhizobakteri yang mampu memberikan persentase perkecambahan ≥ 70% dan isolat B311 memberikan persentase perkecambahan 90%. Pada uji pertumbuhan vegetatif awal tanaman jagung isolat B19 mampu memberikan pertumbuhan vegetatif awal yang lebih baik pada kondisi salin daripada isolat yang lain.
The low availability of P nutrients is one of the problems in managing acid land in Sebatik. The low availability of P in acidic soils is due to the low soil pH and the high Al-exch solubility. One of the efforts to increase the availability of P is by increasing the soil pH and reducing the solubility of Exchangeable Al through the addition of a soil amendment agent, namely biochar. This study aims to determine: 1) the effect of the type of biochar on P availability; 2) the effect of biochar dose on P nutrient availability; and 3) the effect of the combination of types and dosage of biochar on the availability of P in acid soils in Sebatik. The study was conducted using a completely randomized design (CRD) 2 factors, namely the type of biochar (coconut shell and palm shell) and the dosage of biochar (0, 0.5, 1.0 and 1.5 g), resulting in 8 treatment combinations, repeated 3 times. produced 24 experimental units, which were incubated at 0, 21 and 42 days. The parameters observed were soil pH, C-organik content, Exchangeable Al solubility, and available P-soil. The results of this study indicate that the type and dose of biochar can increase the availability of P from very low to medium. The highest availability of P nutrients was obtained in the provision of palm shell biochar (6.36 ppm), a biochar dose of 1.5 g (8.64-8.80 ppm), and in a combination of coconut shell biochar with a dose of 1.5 g (8. 80 ppm).
Pandemi Covid-19 memberikan dampak buruk pada perekonomian masyarakat dan pemenuhan kebutuhan pangan yang berkualitas, disebabkan pendapatan masyarakat yang menurun sehingga daya beli menurun. Kelurahan Pamusian merupakan salah satu kelurahan di Kota Tarakan yang terdampak Covid-19. Kebutuhan pangan yang bergizi harus terpenuhi apalagi di masa pandemi, untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari virus Covid-19. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk: 1) meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya ibu-ibu PKK Kelurahan Pamusian tentang pentingnya pemenuhan pangan yang beragam, bergizi dan seimbang, (2) meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang pemanfaatan pekarangan khususnya teknik budidaya tanaman. Kegiatan pengabdian dilaksanakan menggunakan metode pendekatan penyuluhan dan pendampingan. Penyuluhan dan pendampingan dalam kegiatan pengabdian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu PKK Kelurahan Pamusian dalam pemanfaatan lahan pekarangan secara optimal sehingga dapat memenuhi pola konsumsi pangan beragam, bergizi berimbang dan aman
ABSTRAK Informasi parameter genetic (keragaman, heritabilitas, kemajuan genetik dan korelasi) diperlukan untuk efektivitas suatu seleksi. Penelitian ini bertujuan untuk menduga parameter genetik karakter hasil dan komponen hasil jagung dan penentuan kriteria seleksi untuk perbaikan hasil jagung pada kondisi cekaman kemasaman tanah. Percobaaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan empat ulangan. Bahan tanaman yang digunakan adalah 6 genotipe jagung yaitu MT1, MT2, MT3, MT4, MT5 dan MT6. Hasil penelitian menunjukkan karakter yang memiliki nilai duga heritabilitas tinggi adalah diameter tongkol (52,6 %) dan jumlah baris biji per tongkol (52%). Karakter dengan kemajuan genetik tinggi adalah Panjang tongkol (15,47), diameter tongkol (19,8%) dan jumlah baris biji per tongkol (15,54%). Karakter komponen hasil memiliki korelasi positif nyata dengan hasil kecuali diameter tongkol. Seleksi berdasarkan jumlah baris biji per tongkol lebih efektif untuk perbaikan hasil jagung pada kondisi cekaman kemasaman tanah. Kata kunci: jagung, heritabilitas, korelasi, kemajuan genetik, cekaman kemasaman tanah
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.