Andrographis paniculata , Syzygium cumini , and Caesalpinia sappan are used as traditional medicines to treat diabetes mellitus. Therefore, this study aims to examine the antidiabetic effects and the acute toxicity of combined extract (1:1:1) of A. paniculata , S. cumini , and C. sappan (ASCE). The antidiabetic effect was tested using the rats model, induced by a high-fat diet and a double dose of streptozotocin injection of 35 mg/kg BW. Subsequently, diabetic rats in the experimental group were treated with 75 mg/kg BW and 150 mg/kg BW of ASCE, and those in the diabetic control group were treated with metformin 250 mg/kg BW. After seven days of treatment, fasting blood glucose (FBG), pancreatic β-cells numbers, and lipid profiles were used to analyze the antidiabetic effect. The results showed that the administration of 150 mg/kg BW ASCE significantly reduced FBG ( p < 0.01), cholesterol levels ( p < 0.05), LDL levels ( p < 0.05), but not triglycerides, compared to diabetic control, this effect was comparable to metformin treatment. In addition, the pancreatic β-cells numbers were likely increased after ASCE treatment in a dose-dependent manner. The oral administration of a single dose of ASCE was safe up to 5000 mg/kg BW and did not result in any significant difference in body weight, relative organ weight, hematological and biochemical parameters compared with the control group. Therefore, it can be concluded that ASCE has a potential antidiabetic effect and can be safely developed as alternative medicine.
Kandungan senyawa golongan flavonoid yang terdapat pada kulit pisang ambon putih dapat berpotensi sebagai antioksidan alami. Antioksidan dapat berfungsi menangkal radikal bebas. Radikal bebas dan sinar matahari dapat menimbulkan dampat negatif pada kerusakan kulit. Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan dan tabir surya dari ekstrak kulit pisang ambon putih (Musa acuminata AAA). Kulit pisang ambon putih diekstraksi pelarut etanol, air, dan etil asetat dengan metode maserasi. Penentuan aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH, sedangkan penentuan nilai SPF dengan metode spektrofotometri. Hasil aktivitas antioksidan menunjukan ekstrak etanol memiliki nilai IC50 yaitu 121,34 μg/mL, diikuti dengan fraksi air 136,40 μg/mL dan fraksi etil asetat 159,88 μg/mL. Hasil penentuan nilai SPF ekstrak etanol, fraksi air, fraksi eti asetat secara berturut-turut sebesar 11,579; 3,572; 2,018. Aktivitas antioksidan ketiga ekstrak kulit pisang ambon putih masuk dalam kategori sedang. Nilai SPF tertinggi terdapat pada ekstrak pelarut etanol. Kata kunci: antioksidan, flavonoid, kulit pisang, tabir surya.
Kulit buah pisang ambon memiliki kandungan antioksidan yang digunakan untuk mencerahkan dan melembabkan kulit. Antioksidan dapat menunda dan mencegah radikal bebas pada kulit. Tujuan penelitian ini untuk membuat sediaan krim tabir surya dari ekstrak etanol 70% kulit buah pisang ambon dengan mutu fisik yang baik, menentukan aktivitas antioksidan dan nilai Sun Protection Factor (SPF) serta menguji stabilitas sediaan krim tabir surya. Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode Peredaman Radikal Bebas DPPH, sedangkan penentuan nilai SPF secara in vitro menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol 70% kulit buah pisang ambon dapat dibuat krim yang memiliki mutu fisik baik. Aktivitas antioksidan dari esktrak etanol 70% kulit pisang ambon dengan nilai inhibisi sebesar 88,12 ppm, sedangkan sediaan krim formula 1 (5%) nilai inhibisi 117 ppm, krim formula 2 (10%) nilai inhibisi 107,11 ppm, krim formula 3 (15%) nilai inhibisi 92,04 ppm. Nilai SPF pada ekstrak etanol 70% sebesar 33,30, pada sediaan krim formula 1 (5%) sebesar 8,61, sediaan krim formula 2 (10%) sebesar 11,65, sediaan 3 (15%) sebesar 13,72. Stabilitas sediaan krim stabil pada suhu 25℃.
Mycobacterium tuberculosis (Mtb) merupakan bakteri penyebab infeksi pada penyakit Tuberkulosis (TB). Sebagian besar obat TB yang dikembangkan pada saat ini mulai dilakukan sejak 40 tahun lalu. Obat tersebut memungkinkan terjadinya resistensi terhadap Mycobacterium tuberculosis. Oleh karena itu perlu dikembangkan obat baru yang dapat mengobati TB. Protein tirosin kinase dapat dijadikan target pengobatan TB karena memainkan peran kunci dalam fisiologi Mycobacterium tuberculosis dan patogenesis. Pada penelitian ini dilakukan analisis efektifitas dari senyawa-senyawa turunan sintetik sebagai inhibitor pada penambatan molekular terhadap protein tirosin kinase yang berperan penting pada penyakit tuberculosis. Senyawa turunan sintetik dilakukan analisis penambatan molecular. Penentuan nilai konstanta inhibisi serta visualisasi interaksi obat dilakukan menggunakan Pymol dan Discovery Visualizer. Aktivitas farmakologi atau biologi senyawa ligan ditentukan berdasarkan kriteria Lipinski’s Rule of Five. Analisis toksisitas dengan menggunakan Toxtree dan admetSAR. Berdasarkan pada hasil penelitian diperoleh 5 kandidat senyawa potensial sebagai tuberkulosis, yaitu DC-159a, Delamid, BTZ-043, TBA-7371, dan PBTZ169 dengan nilai binding affinity berturut-turut -9,7; -9,6; -9,5; -9,4; dan -9,1 kkal/mol.Hasil analisis Lipinski menunjukkan bahwa semua senyawa tersebut memenuhi kriteria Lipinski. Sedangkan hasil uji toksisitas menunjukkan bahwa semua senyawa tersebut tidak berpotensi bersifat karsinogenik dan mutagenik
Diabetes Melitus (DM) termasuk kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah. Hal ini disebabkan oleh gagalnya pankreas menghasilkan insulin atau kerja insulin yang terganggu (resistensi insulin). Tujuan penelitian untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol 70 % buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit jantan (Mus musculus) galur Swiss Webster yang diinduksi aloksan. Sebanyak 30 ekor mencit jantan dibagi dalam 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol normal, kontrol negatif (Na CMC), kontrol positif (Metformin 65 mg/kg bb), kelompok ekstrak buah belimbing wuluh 250 mg/kg bb, 500 mg/kg bb, dan 750 mg/kg bb. Data diperoleh dari pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan glucometer easytouch®, yaitu kadar glukosa darah puasa sebelum induksi, setelah diinduksi, dan setelah pemberian ekstrak pada masing-masing kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan buah belimbing wuluh dengan dosis 250 mg/kg bb, 500 mg/kg bb, dan 750 mg/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit jantan yang diinduksi aloksan. Diduga senyawa aktif ekstrak etanol 70 % buah belimbing wuluh berperan dalam meningkatkan sensitifitas reseptor insulin dan mengakibatkan glukosa dapat diambil oleh sel untuk dimetabolisme. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% buah belimbing wuluh dengan dosis 750 mg/kg bb merupakan dosis yang paling efektif terhadap penurunan kadar glukosa darah. Kata kunci: Aloksan, Averrhoa bilimbi L, kadar glukosa darah, mencit jantan (Mus musculus) ABSTRACT Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic diseases characterized by high blood glucose levels. This is caused by the failure of the pancreas to produce insulin or impaired insulin action (insulin resistance). The purpose of this study was to determine the activity of 70% ethanol extract of starfruit fruit (Averrhoa bilimbi L) on the decrease in blood glucose levels in male mice (Mus musculus) strain of Webster induced by alloxan. A total of 30 male mice were divided into 6 treatment groups namely normal control group, negative control (Na CMC), positive control (Metformin 65 mg / kg bw), star fruit extract group 250 mg / kg bw, 500 mg / kg bw, and 750 mg / kg bw. Data obtained from examination of blood glucose levels using an easy touch ® glucometer, namely fasting glucosadarah levels before induction, after induction, and after administration of extracts in each treatment group. The results showed that starfruit with a dose of 250 mg / kg bw, 500 mg / kg bw, and 750 mg / kg bw can reduce blood glucose levels in male mice that are induced by alloxan. Allegedly the active compound extract of 70% ethanol starfruit fruit plays a role in increasing the sensitivity of insulin receptors and resulting in glucose can be taken up by cells to be metabolized. Based on the results obtained it can be concluded that the ethanol extract of 70% starfruit fruit with a dose of 750 mg / kg bw is the most effective dose to decrease blood glucose levels.
Kombucha adalah hasil fermentasi teh dan gula oleh SCOBY (symbiotic culture of bacteria and yeast). Kombucha dapat dibuat dari daun yang tinggi fenol salah satunya adalah daun salam. Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan, total fenol, dan kadar vitamin C dari kombucha daun salam. Pada penelitian ini menggunakan kombucha daun salam dibuat dengan konsentrasi 12,5; 25; 37,5; dan 50 g/l. Kombucha daun salam yang diperoleh di uji karakteristik kombucha daun salam meliputi uji fitokimia, pH serta pengujian aktivitas antioksidan, total fenol dan kadar vitamin C secara in vitro. Aktivitas antioksidan kombucha daun salam pada penelitian ini diperoleh 38,58%-75,05% dengan nilai IC50 sebesar 27 g/l, total fenol kombucha daun salam berkisar 4,74-51,972 ppm, dan kadar vitamin C antara 16,426-30,506 mg/100g. Berdasarkan uji total fenol, kadar vitamin C dan uji antioksidan maka kombucha daun salam memiliki aktivitas antioksidan.
An antibacterial test of meniran herb extract (Phyllanthus niruri L.) against Staphylococcus epidermidis and Klebsiella pneumoniae has been carried out. Meniran herb powder was screened for phytochemicals to assess the secondary metabolites contained in it, then meniran herbs were extracted using the soxhletation method in stages with various solvents (n-hexane, ethyl acetate, and 70% ethanol). The disc diffusion method was used to test the inhibition zone diameter of n-hexane extract, ethyl acetate extract, and ethanol extract against Staphylococcus epidermidis and Klebsiella pneumoniae. Meniran herb extract was diluted with a concentration series using dimethylsulfoxide. Meniran herb extracts from the three types showed the best inhibition zone diameter when tested for minimum inhibitory concentration (MIC) by the solid dilution method. The results showed that meniran herb powder contained flavonoids, saponins, tannins, glycosides, and steroids/terpenoids. Antibacterial tests showed that ethyl acetate and 70% ethanol extracts had antibacterial activity only against Staphylococcus epidermidis. The antibacterial activity of the two meniran herb extracts had the largest inhibition zone diameter against Staphylococcus epidermidis at a concentration of 50%, which was 12,33 mm for the ethyl acetate extract and 16,00 mm for the ethanol extract. The MIC test of the ethanol extract of the meniran herb, which had the best antibacterial activity, found that at a concentration of 2,5% it was able to inhibit the growth of Staphylococcus epidermidis.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.