<em><em></em></em><p>Sumber daya rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) di perairan sekitar Belitung dieksploitasi terus menerus dilakukan sebagai sumber mata pencaharian. Pemanfaatan intensif sumber daya rajungan dapat menurunkan ketersediaan stok rajungan di perairan. Indikasi tangkap berlebih (overfishing) terhadap pemanfaatan sumber daya rajungan sudah mulai terlihat dari penurunan hasil tangkapan dan ukuran individu. Tulisan ini bertujuan mengetahui kondisi dan status stok sumber daya rajungan berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan dari Februari sampai dengan November 2014 di perairan sekitar Pulau Belitung. Metode yang digunakan untuk penentuan status stok rajungan dengan menggunakan pendekatan metode Spawning Potential Ratio (SPR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa status stok sumber daya rajungan di perairan sekitar Belitung mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan hasil SPR 5% atau telah mengalami heavily exploited. Indikasi penurunan populasi juga ditunjukkan dengan nilai ratarata ukuran lebar karapas (CW) rajungan yang tertangkap (CW50) sebesar 93 mm, dibawah ukuran lebar karapas rata-rata pertama kali matang gonad (CWm) sebesar 118,9 mm. Upaya pemulihan stok dapat dilakukan dengan cara meningkatkan SPR pada level 10% dan 20% sebagai batas dan target pengelolaan untuk keberlanjutan sumber daya rajungan atau pada rata-rata ukuran lebar karapas (CW) rajungan yang tertangkap adalah 12 cm.</p><p><br /><em>The blue swimming crab (BSC) resources in waters around Belitung waters continously exploited as a livelihood resource. Intensive utilization of BSC resources can reduce the availability of stock in the waters. Indication of overfishing to the BSC resource have been seen by declining in catches </em><em>and individual size of BSC. The research aims to determine the condition and stock status of BSC resource based on the results of research conducted from February to November 2014 in the waters around the island of Belitung. The method used for determining the status of BSC stocks by using a method Spawning Potential Ratio (SPR). The result showed that stock status of BSC in the waters around Belitung decreased as indicated by the results of SPR 5% or has suffered heavily exploited. The indication of population decline is also indicated by the average value of the size of the carapace width (CW) at capture (L50) as 93 mm, it is below the average carapace width at first </em><em>maturity (Lm) as 118.98 mm. Stock recovery can be done by SPR at level 10% and 20% as biological sutainaibility as limist and target for management. It could reached if the minimal average value of the size of the carapace width of capture is 12 cm.</em></p>
Study of biology and population dynamic of banana shrimp (<em>Penaeus merguiensis</em>) in Tarakan waters, East Borneo was carried out from January to November 2012. The aim of this research was to identify the biological aspects and population dynamics of banana shrimp. For estimating dynamic population, data were analysed using FiSAT II. The result showed that length at first capture (Lc) of banana shrimp by mini trawl (pukat hela) was 35 mm and the size at first maturity (Lm) was 33,86 mm in carapace length. Spawning occured all year around and reached it’s peak in March. The growth coefficient (K) of banana shrimp was 1,45/year with carapace asymptotic length (CL”) of 80 mm. Total mortality rate (Z) and natural mortality rate (M) were 4,85/year and 1,76/year. While fishing mortality rate (F) and exploitation rate (E) were 3,09/year and 0,64, respectively. The exploitation rate of banana shrimp in Tarakan waters tended to be overexploited so that it needed to be managed wisely and carefully by reducing the fishing effort and fishing season especially on spawning season. The recruitment peak of banana shrimp occured in May.
ABSTRAKUdang putih (Penaeus merguiensis) merupakan salah satu sumberdaya ekonomis penting di perairan Sampit. Pada saat ini alat tangkap yang efisien untuk menangkap udang adalah lampara dasar (danishseine) dan jaring tiga lapis (trammel net). Penelitian tentang tingkat pengusahaan udang putih telah dilakukan dari bulan Januari sampai bulan Nopember 2012. Penilaian estimasi parameter populasi udang putih menggunakan paket program "FAO -ICLARM Stock Assessment Tools" atau FISAT -II. Hasil analisis diperoleh nilai laju pertumbuhan (K) sebesar 1,45 per tahun dengan panjang karapas asimtotik (CL") 57,8 mm. Laju kematian total (Z) sebesar 5,70 per tahun, laju kematian alamiah (M) sebesar 1,93 per tahun dan laju kematian akibat penangkapan (F) sebesar 3,77 per tahun. Tingkat pengusahaan udang putih di perairan Sampit telah mengalami lebih tangkap (over exploited) dengan nilai E sebesar 0,66. Udang putih sudah tertangkap terlebih dahulu sebelum mencapai ukuran pertama kali matang gonad (Lc=30,05 < Lm=39,4 mmCL). Kondisi ini mengindikasikan perlunya dilakukan pengelolaan yang hati-hati dan bertanggungjawab. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan sistem penutupan musim tangkapan, khususnya pada bulan Maret dan September, karena pada saat tersebut terjadi puncak pemijahan. KATA KUNCI: Parameter populasi, udang putih, Sampit ABSTRACT White shrimp (Penaeus merguiensis) is one of the most valuable resources in the Sampit waters. At present danish seine and trammel net is an efficient gear available to catch shrimp.A study of exploitation of white shrimp was carried out from January to November 2012. Estimation of population parameter of white shrimp were analyzed by using program "FAO -ICLARM Stock Assessment Tools (FiSAT-II). The result showed that the value of growth rate (K) was 1.45/year with asymptotic carapace length (CL") was 57.8 mm. Total mortality rate (Z) was 5.70/year, natural mortality rate (M) was 1.93/year and fishing mortality rate (F) was 3.77/year. Exploitation rate of white shrimp indicated overexploited (E=0.66). Moreover, these shrimp was fished before reaching the first size on maturity (Lc=30. 05 < Lm=39.4 CLmm). This condition indicate that it is necessary to manage shrimp fisheries carefully and responsibly. It is recommended to apply a closed season system, especially on March and September when peak of spawning season occurred.
PENDAHULUANDalam dunia perikanan, dikenal empat golongan lobster, yaitu lobster sesungguhnya (True lobster, famili Homaridae), lobster berduri/udang karang (Spiny lobster, famili Paniluridae), lobster tawar/udang watang (Cray Fish, famili Astacidae), dan udang pasir/kipas (Slipper lobster, famili Scyllaridae). Dari keempat golongan tersebut tiga golongan yang terdapat di perairan Indonesia, dua diantaranya hidup di laut yaitu lobster berduri dan udang kipas, sedangkan lobster tawar hidup di air tawar atau ABSTRAKPenelitian tentang distribusi ukuran dan parameter populasi lobster pasir di perairan Aceh Barat dilakukan pada bulan April sampai November 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status lobster di perairan Aceh Barat dilihat dari aspek distribusi ukuran dan parameter populasinya. Pengamatan dan pengukuran lobster dilakukan di tempat pengumpul lobster dengan sistem sampling acak. Sebaran frekuensi panjang karapas selanjutnya ditabulasikan dan dianalisa dengan metode kurva logistik. Struktur ukuran lobster yang tertangkap menunjukkan bahwa lobster jantan dominan tertangkap dibawah ukuran nilai tengah 72,5 mm dan sebaliknya diatas ukuran nilai tengah 72,5 mm yang didominasi jenis kelamin betina. Lobster terlebih dahulu tertangkap sebelum mencapai ukuran matang gonad (Lc = 65,8 mm < Lm = 76,8 mm). Puncak musim pemijahan terjadi pada bulan Mei dan Agustus. Panjang asimtosis (CL ) sebesar 119,5 mm dengan laju pertumbuhan (K) 0,39/tahun serta laju kematian total (Z) 1,44/tahun, laju kematian alamiah (M) 0,67/tahun dan laju keamatian akibat penangkapan (F) 0,77/tahun. Laju eksploitasi sudah mengarah kepada penangkapan yang berlebih (E=0,54), oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pengelolaan perikanan lobster yang berkelanjutan. Salah satu upaya yang dapat di tempuh adalah dengan menerapkan sistem penutupan musim penangkapan lobster pada saat terjadinya puncak musim pemijahan. (Lc = 65,8 mm < Lm = 76,8 mm KATA KUNCI: Distribusi ukuran, parameter populasi, Panulirus homarus, Aceh Barat ABSTRACT Research on the length distribution and population parameters of scalloped spiny lobster conducted in the
Penelitian struktur ukuran dan biologi populasi rajungan di perairan Kepulauan Aru telah dilakukan pada Januari-April, Juni dan Agustus-November 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktur ukuran dan biologi populasi yang meliputi pertumbuhan, laju kematian, dan tingkat eksploitasi rajungan. Pemahaman struktur ukuran dan biologi populasi dapat dijadikan dasar masukan untuk pengelolaan perikanan. Rata-rata ukuran lebar karapas rajungan yang tertangkap sebesar 136 mm untuk jantan dan 141 mm untuk betina. Rajungan yang tertangkap pada Januari dan Juni memiliki rata-rata ukuran yang lebih besar. Rata-rata rajungan yang tertangkap sudah melawati ukuran matang gonad (Lc = 133,4 mm > Lm = 119,9 mm). Puncak musim pemijahan terjadi pada Februari-Maret dan Agustus-September. Lebar karapas asimtosis (CW) sebesar 185 mm dengan laju pertumbuhan (K) 1,15 tahun-1 serta laju kematian total (Z) 4,94 tahun-1, laju kematian alamiah (M) 1,20 tahun-1 serta laju kematian akibat penangkapan (F) 3,74 tahun-1. Laju eksploitasi sudah berada pada kondisi lebih tangkap (E=0,76). Hasil kajian menyarankan bahwa pengelolaan perikanan rajungan perlu dilakukan secara hati-hati agar sumberdaya ini dapat lestari. Salah satu upaya yang dapat di tempuh adalah dengan menerapkan sistem penutupan musim penangkapan rajungan pada saat terjadinya puncak musim pemijahan yaitu pada Februari-Maret dan Agustus-September. Dengan demikian diharapkan proses regenerasi dan rekrutmen rajungan selalu dapat mendukung ketersedian stok sumberdaya rajungan di perairan Kepulauan Aru ini. Study on the size structure and population biology of blue swimming crab in the waters of Kepualuan Aru was conducted in January to April, June and August to November 2016. The aim of this study was to identify the size structure and population biology i.e. growth, mortality, and exploitation rate of blue swimming crab. Understanding on the size structure and population biology can be used as basic information for managing blue swimming crab fisheries. Average size of carapace width of blue swimming crab was 136 mm for male and 141 mm for female. Catch on January and June was bigger size than others months. Length at first capture was higher than length at maturity (Lc = 133,4 mm > Lm = 119,9 mm). Spawning peak season occurs in February-March and August-September. Asymptotic carapace width (CW) of blue swimming crab was 185 mm with the growth rate (K) was 1,20 year-1, total mortality (Z) was 4,94 year-1, natural mortality (M) was 1,20 year-1, and fishing mortality (F) was 3,74 year-1. Exploitation rate was exceed the sustainability limit (E = 0,76). Thus, it is needed to manage the blue swimming crab fishery with precautionary approach. Based on this study, we suggest to apply the fishing closure system at the peak of spawning season. Thus, the regeneration process and recruitment will support the availability of blue swimming crabs resource in Kepualuan Aru waters.
Eksploitasi kepiting bakau secara berlebihan berdampak pada penurunan populasi kepiting bakau sehingga keberlanjutan stok akan terancam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status stok kepiting bakau di perairan Pati serta kemungkinan pengelolaannya. Penelitian dilakukan pada April-Desember 2015. Data-data parameter pertumbuhan, rata-rata matang gonad, rata-rata pertama kali tertangkap dan lain-lain sebagai bahan input untuk analisa SPR dan Y/R telah diperoleh pada hasil penelitian sebelumnya. Analisa data dilakukan dengan SPR (Spawning Potential Ratio), Y/R (Yield per Recruit) dan B/R (Biomass per Recruit). Hasil analisa diperoleh SPR sebesar 7%, Y/R sebesar 55,03 gram per recruit (g/r) dan tersisa biomasa per recruit (B/R) sebesar 7,9% dari biomassa virgin. Pada F0.1 dengan nilai F sebesar 1,56 diperoleh Y/R sebesar 49 (g/r) dan tersisa B/R sebesar 15% dari biomassa virgin. Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa status stok kepiting bakau di perairan sekitar Pati telah mengalami lebih tangkap. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya yang tepat dan rasional dalam pengelolaan, diantaranya dengan penutupan area penangkapan di nursery ground agar kepiting-kepiting muda memiliki peluang untuk tumbuh dewasa, pengurangan upaya penangkapan sebesar 30 – 43% dari upaya yang ada dan penentuan ukuran minimal yang tertangkap pada lebar karapas sebesar 12 cm.
ABSTRAKPenelitian tentang aspek biologi lobster pasir (Panulirus homarus) di perairan Tabanan dilakukan pada periode Maret -Desember 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi lobster pasir meliputi nisbah kelamin, sebaran panjang, kematangan kelamin, hubungan panjang berat dan faktor kondisi. Pengamatan dan pengukuran aspek biologi dilakukan di tempat pengumpul lobster dengan sistem sampling acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nisbah kelamin lobster pasir berada pada keadaan seimbang. Hasil tangkapan lobster didominasi oleh lobster berusia muda dengan panjang karapas antara 47,5-52,5 mm. Pemijahan terjadi sepanjang tahun dan puncak musim pemijahan lobster pasir diduga terjadi pada bulan Oktober. Persamaan hubungan panjang dan berat lobster jantan adalah W = 0,0021 L 2,769 dan betina adalah W = 0,0016 L 2,841 . Sifat pertumbuhan lobster pasir adalah allometrik negatif. Faktor kondisi relatif rendah pada saat musim pemijahan dan semakin menurun seiring dengan bertambah panjangnya ukuran karapas lobster. Rata-rata ukuran lobster yang tertangkap lebih kecil dari ukuran matang kelamin. Oleh karena itu disarankan untuk menetapkan ukuran minimum yang boleh ditangkap yaitu diatas 68,52 mm. Tabanan KATA KUNCI: Parameter biologi, lobster pasir, perairan Tabanan ABSTRACT Research about biological aspects of scalloped spiny lobster (Panulirus homarus) was conducted in PENDAHULUANLobster pasir (Panulirus homarus) merupakan salah satu jenis lobster yang banyak ditemukan di periaran Indonesia, khususnya di perairan Samudera Hindia. Lobster ini digolongkan dalam kelompok lobster berduri (spiny lobster) yang di Indonesia dikenal dengan nama udang karang/udang barong karena pada umumnya banyak ditemukan di perairan karang. Udang karang atau lobster yang paling banyak di temukan di perairan Indonesia termasuk dalam famili Palinuridae dan genera Panulirus.Menurut Subani (1981), di perairan Indonesia terdapat 4 -7 jenis udang karang yang tersebar disepanjang perairan Samudera Hindia mulai dari perairan Aceh Barat sampai Nusa Tenggara. Jenis-jenis tersebut yaitu Panulirus ornatus, P. penicillatus, P. versicolor, P. longipes, P. homarus dan Scyllarides squammosus. Di perairan Aceh Barat terdapat 4 jenis lobster yang didominasi oleh jenis Panulirus homarus (Suman&Subani, 1993), di perairan selatan Jawa Barat dan Selat Sunda terdapat 3-5 jenis lobster (Iriana, 1978 dalam Subani, 1981, di perairan Pangandaran, Jawa Barat dan perairan Bima, Nusa Tenggara Barat terdapat 4 jenis lobster yang diusahakan
ABSTRAKIkan kuniran (Upeneus sulphureus) merupakan salah satu ikan demersal dari famili Mullidae banyak tertangkap di perairan Laut Jawa. Penelitian ini tentang beberapa aspek biologi ikan kuniran di perairan Tegal dan sekitarnya dilakukan pada bulan Maret, April, dan Agustus 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa aspek biologi ikan kuniran, seperti nisbah kelamin, sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang dan bobot, tingkat kematangan gonad, panjang pertama kali matang gonad (length at first maturity), dan faktor kondisi. Ikan yang diamati 358 ekor yang terdiri atas 170 jantan dan 188 betina. Perbandingan jumlah ikan jantan dan betina menunjukan rasio kelamin yang tidak seimbang. Berdasarkan atas sebaran frekuensi panjang, ikan dengan panjang 9 cmFL mendominansi hasil tangkapan pada bulan Maret dan April dan pada bulan Agustus didominansi ikan dengan panjang 11 cmFL. Pertumbuhan ikan kuniran pada bulan Maret bersifat allometrik negatif, sedangkan pada bulan April dan Agustus bersifat isometrik. Analisis tingkat kematangan gonad menunjukan bahwa pada bulan Agustus banyak ditemukan tingkat kematangan gonad I dan II dan pada bulan Maret banyak ditemukan tingkat kematangan gonad III dan IV. Ikan kuniran diduga pertama kali matang gonad pada ukuran panjang 9,87 cmFL. Faktor kondisi menunjukan tidak ada perbedaan antara bulan Maret, April, dan Agustus.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.