The Gambung Mekarsari Tourism Village Area, Ciwidey is one of the potential tourism villages owned by Bandung Regency. The village of Gambung Mekarsari has a stretch of natural land that is of concern and can be used as a natural tourist attraction and artificial tourism as a result of commodities, forestry, and agriculture. This potential is still not utilized and developed by the local community until now. This study aims to explore the potential that exists in the tourism village area and discover and develop a model of tourism village development that is most suitable for the natural region of Gambung Mekarsari. The constraints found in the field relate to the development of a model of a tourist village, from the aspect of attractiveness, accommodation, accessibility, and amenities. This study was analyzed by a qualitative approach with data collection carried out in two ways, namely Focus Group Discussion and in-depth interviews. Based on the review and analysis conducted on the characteristics, potential, problems in the field, the model with the Quintiple Helix approach has implications for the environment by involving five different elements; academia, related economic industries, government, media, and the community in the tourism village environment to strengthen the development of sustainable tourism.Abstrak. Kawasan Desa Wisata Gambung Mekarsari, Ciwidey adalah salah satu potensi desa wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung. Desa Gambung Mekarsari ini memiliki bentangan lahan alam yang menjadi perhatian dan bisa dimanfaatkan sebagai objek wisata alam dan wisata buatan hasil dari komoditi, perhutani, dan pertanian. Potensi ini masih belum dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat setempat sampai saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi yang ada di kawasan desa wisata serta menemukan dan mengembangkan model pengembangan desa wisata yang paling cocok untuk daerah alam Gambung Mekarsari. Adapun kendala-kendala yang ditemukan di lapangan berkaitan dengan pengembangan model dari desa wisata, dari aspek daya tarik, akomodasi, aksesibilitas, dan amenitas. Penelitian ini dianalisis dengan metode pendekatan kualitatif dengan pengumpulan yang data dilakukan melalui dua cara, yaitu Focus Group Discussion dan in-depth interview. Berdasarkan tinjauan dan analisa yang dilakukan mengenai karakteristik, potensi, permasalahan di lapangan, model dengan pendekatan Quintiple Helix memberikan implikasi ke lingkungan dengan melibatkan lima elemen yang berbeda; akademia, industri ekonomi yang terkait, pemerintah, media, dan masyarakat di lingkungan desa wisata untuk memperkuat pengembangan pariwisata secara sustainable. Kata Kunci: desa wisata, pariwisata, model pengembangan, Quintiple Helix Nono Wibisono, dkk Model Pengembangan Destinasi Pariwisata Pedesaan Studi Kasus: Desa Wisata Gambung Mekarsari