Latar belakang. Obesitas pada remaja berkaitan dengan obesitas dan morbiditas pada orang dewasa. Strategi preventif efektifmencegah perkembangan obesitas dan morbiditas masih terbatas. Hasil studi penilaian peran 25-hydroksivitamin D (25(OH)D)terhadap obesitas dan morbiditas yang diperantarai adiponektin masih inkonklusif. Saat ini, diketahui molekul HMW adiponektinbukan adiponektin total yang berkaitan erat dengan morbiditas obesitas.Tujuan. Mengetahui hubungan antara kadar 25(OH)D dan HMW adiponektin pada remaja obes.Metode. Penelitian potong lintang pada remaja obesitas sehat berusia 10-18 tahun. Defisiensi kadar vitamin D bila <20 ng/mLdan normal bila >30ng/mL. Hubungan variabel dinilai menurut uji korelasi Pearson (p<0,05). Uji regresi linear dilakukan untukmendapatkan persamaan parametrik.Hasil. Empat puluh empat remaja obes terdiri atas 41% laki-laki dan 59% perempuan, rerata usia 14,05 (SB 2,08) tahun. Remaja yangmengalami insufisiensi vitamin D 34% dan 64% terjadi defisiensi vitamin D. Kadar 25(OH)D dan HMW adiponektin remaja obeslaki-laki tidak berbeda bermakna dibanding remaja obes perempuan (p=0,112 dan p=0,174). Kadar 25(OH)D yang semakin rendahakan dijumpai pula kadar HMW adiponektin yang semakin rendah dengan hubungan yang bermakna (r= 0,416; p=0,002).Kesimpulan. Semakin rendah kadar 25(OH)D maka akan semakin rendah pula kadar HMW adiponektin pada remaja obes.
Latar belakang.Insiden dan angka kematian tetanus anak masih cukup tinggi di Indonesia. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta, dari tahun 1990 sampai 1993 dirawat rata-rata 20,3 kasus tetanus anak per tahun dengan case fatality rate(CFR) berkisar antara 12,9 sampai 27,4%. Laporan penelitian di Manado belum ada, maka diperlukan mengetahui profil penyakit tetanus anak yang dirawat di RS Prof. Dr. R.D. Kandou, Manado.Tujuan. Mengetahui profil tetanus pada anak yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou ManadoMetode. Reviewretrospektif anak yang didiagnosis tetanus di RS Prof. Dr. R.D. Kandou Manado dari Januari 2002-Januari 2012. Data dianalisis secara deskriptif.Hasil. Empat puluh anak tetanus berusia 1-11 tahun, 65% kasus laki-laki, dengan fokus infeksi terbanyak otitis media 21 (52,5%). Sebagian besar (45%) belum pernah mendapat imunisasi dasar terhadap tetanus. Masa inkubasi berkisar dari 5 hari sampai 1 bulan, dengan period of onsetterpendek 10 jam. Komplikasi terbanyak bronkopneumonia (19 pasien) dan 6 pasien meninggal.Period of onsettetanus anak yang meninggal lebih singkat secara bermakna dibandingkan yang hidup (1,12 vs 3,32 hari (p=0,004)), demikian pula antara tetanus berat dan ringan sedang (1,85 vs 3,85 (p=0,02)). Lama perawatan rata-rata yang diberi antitoksin tetagam(human antitetanus serum)tidak berbeda bermakna dibandingkan yang diberi ATS yaitu 11,5 vs 14,3 hari (p=0,440). Kesimpulan. Pasien tetanus yang dirawat inap di RS Prof. Dr. R.D Kandou sejak 2002-2012 terbanyak adalah tetanus sedang. Sebagian besar pasien belum pernah diimunisasi terhadap tetanus. Period of onsetpasien tetanus yang meninggal ataupun tetanus berat lebih singkat dibandingkan yang hidup ataupun tetanus ringan sedang. Lama rawat pasien yang diberi antitoksin tetagam dan ATS tidak berbeda
Latar belakang. Obesitas pada anak semakin banyak terjadi pada usia sekolah. Anak obes berisiko terjadi diabetes mellitus tipe-2 di kemudian hari. Peningkatan kadar gula darah puasa anak obes terutama yang mengalami resistensi insulin. Tujuan. Mengetahui perbedaan kadar gula darah puasa pada anak obes dengan resistensi insulin dibanding anak obes tanpa resistensi insulin. Metode. Dilakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian analitik observasional dengan pendekatan potong lintang. Hasil. Didapatkan 54 anak obes, rerata usia 12,2 (11,9-12,5) tahun. Tigapuluh empat (63%) anak mengalami resistensi insulin, di antaranya 23 (67,6%) berjenis kelamin laki-laki. Rerata kadar gula darah puasa anak obes dengan resistensi insulin lebih tinggi bermakna dibanding anak obes tanpa resistensi insulin 5,08 (4,9-5,2) mmol/L vs 4,79 (4,6-4,9) mmol/L (p<0,003). Kesimpulan. Anak obes dengan resistensi insulin memiliki kadar gula darah puasa lebih tinggi dibanding anak obes tanpa resistensi insulin. Sari Pediatri 2013;15(3):161-6. Kata kunci: resistensi insulin, kadar gula darah puasa, obes
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.