The aim of experiment is to determine the effect of application of organic-liquid fertilizer and inorganic fertilizer recommendation (Urea, ABSTRAKPercobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk organik cair dan rekomendasi pemupukan anorganik (Urea, SP-36 dan KCl) terhadap pertumbuhan, produksi, dan kualitas pasca panen jagung manis (Zea mays var. saccharata Sturt.) varietas Talenta. Penelitian dilakukan di Kota Sepang Jaya, Labuhan Ratu, Bandar Lampung, Provinsi Lampung pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 1 faktor dengan 6 taraf perlakuan dan tiga ulangan. Susunan perlakuan adalah (L1) kontrol (tanpa pupuk); (L2) pupuk anorganik 100% rekomendasi; (L3) pupuk organik cair; (L4) pupuk organik cair + pupuk anorganik 100% rekomendasi; (L5) pupuk organik cair + pupuk anorganik 60% rekomendasi; dan (L6) pupuk organik cair + pupuk anorganik 20% rekomendasi. Penggunaan pupuk organik cair, rekomendasi pemupukan anorganik, atau kombinasi keduanya menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi, hasil, dan kualitas pascapanen yang lebih baik daripada perlakuan tanpa pupuk. Kombinasi pupuk organik cair dan pupuk anorganik (Urea, SP-36 dan KCl) 20% rekomendasi dapat menjadi pupuk ekonomis alternatif untuk menghasilkan jagung manis yang optimum dan juga perlakuan tersebut menunjukkan penyusutan bobot tongkol yang terendah jika dibandingkan dengan perlakuan lain.
Our previous research with chitosan leads us to conclude that 2.5% chitosan can be promptly used as a fruit coating. However, to be used as a fruit coating for climacteric fruits, the effect of ethylene trapped under chitosan coating on ripening needs to be blocked. 1-methylcyclopropene (1-MCP) is known as an anti-ethylene and it can be applied in combination with chitosan. This research which was conducted during September-October 2013 was aimed at studying the effects of 1-MCP and its combination with 2.5% chitosan in prolonging fruit shelf-life and maintaining fruit qualities of two different ripening stages of 'Cavendish' banana. A completely randomized design of two factors was used. The first factor was 1-MCP gassing (control and 1-MCP), and the second one was chitosan (control and 2.5% chitosan). 1-MCP gas was developed by diluting 0.5 g 1-MCP powder into 30 ml of water. The results showed that the fruits of early and late stages responded differently to treatments of chitosan, 1-MCP, and their combination. (1) At early stage, the chitosan-coated fruit showed slow color development and fruit quality deterioration, whereas at late stage, the chitosan-coating accelerated ripening by a quick decrease of fruit firmness, decrease of soluble solid content and increase of acidity. (2) In general, 1-MCP lengthened shelf-life of banana fruits by slowing fruit quality deterioration, and its effect was accentuated when applied in combination with chitosan. (3) The effect of combined application of chitosan and 1-MCP was best if it was applied at fruit yellowing stage (stage V), because at early stage (stage III) the combined application resulted in imperfect fruit color development.
Tuberose (Polyanthus tuberosa L.) is a popular ornamental plant in Indonesia as cut flowers and sowing flowers. It can be used as potted flowers by making the flower stalks shorter. One way to get tuberose that have criteria as potted flowers is by administering growth inhibitors using Paclobutrazol. This research was conducted at the Greenhouse of the Horticultural Building, Faculty of Agriculture, University of Lampung in November to August 2017, aimed to determine the effect of the concentration of paclobutrazol on the growth and appearance of tuberose and to determine the best concentration of paclobutrazol in the appearance of potted tuberose. This study used a randomized block design (RCBD) with a single treatment with 6 levels of paclobutrazol concentration, namely 0, 75, 150, 225, 300, and 375 ppm with 3 replications. Homogeneity of variance was tested by Bartlett test and additivity was tested by Tukey test. Then, it was continued with the F test and with the Least Significant Difference test (LSD) at the 5% level. The results showed that administration of paclobutrazol was significantly affected pseudo stem circumference and all variables of generative growth except the length of the florets. The concentration of paclobutrazol up to 375 ppm has not obtained optimum results. Keywords: Concentration, growth, paclobutrazol, tuberose
Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman hortikultura dari famili Cucurbitaceae. Pemberian unsur hara boron yang tepat dan sesuai, Serta budidaya melalui metode hidroponik di dalam rumah kaca diharapkan mampu menunjang pertumbuhan dan meningkatkan produksi buah. Penelitian bertujuan mengetahui perbedaan respons pertumbuhan dan produksi melon, konsentrasi boron terbaik dan pengaruh interaksi antara konsentrasi boron dengan varietas terhadap pertumbuhan dan produksi pada sistem hidroponik. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial 2×5 dengan 10 perlakuan dan 3 ulangan yang disusun secara duplo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; terdapat perbedaan respons pertumbuhan dan produksi pada tanaman melon Varietas Action dan Varietas Aramis. Peubah panjang tanaman, bobot buah, volume dan ketebalan daging buah melon varietas Action lebih tinggi daripada varietas Aramis; pengaruh pemberian boron pada konsentrasi 0,1—1,3 ppm terhadap diameter buah sudah mencapai titik maksimum. Diameter buah tertinggi diperoleh dari pemberian konsentrasi boron 0,6 ppm yaitu sebesar 14,10 cm; pengaruh pemberian boron pada konsentrasi 0,1—1,3 ppm menghasilkan respons yang berbeda terhadap varietas. Pada varietas Action, Panjang tanaman tertinggi diperoleh dari pemberian boron 0,7 ppm sebesar 231,73 cm. Sedangkan varietas Aramis, setiap peningkatan boron 0,3 ppm panjang tanaman mengalami penurunan sebesar 2,01 cm. Pada varietas Aramis, Bobot buah terbesar diperoleh dari pemberian konsentrasi boron 0,8 ppm yaitu sebesar 1.685 gram. Setiap peningkatan 0,3 ppm, bobot buah mengalami penurunan sebesar 72,95 gram.
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Permintaan produk cabai cenderung terus meningkat. Nilai ekonomi yang tinggi merupakan daya tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani. Untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat dan pemenuhan gizi masyarakat, banyak usaha yang dapat dilakukan guna peningkatan produksi cabai merah yang tinggi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melakukan teknik budidaya yang baik dan benar sehingga hasil yang diperoleh optimal. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh pemberian dua jenis mulsa dan tanpa mulsa terhadap karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah, (2) mengetahui jenis mulsa yang menghasilkan karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah yang terbaik. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar, Gedong Tataan pada bulan Oktober 2011– April 2012. Penelitian ini disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan (tanpa mulsa, mulsa plastik, mulsa jerami) dan tiga ulangan. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett. Jika asumsi terpenuhi, dilanjutkan dengan sidik ragam dan apabila hasil uji F nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji ortogonal kontras pada taraf 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)Pemberian mulsa plastik hitam perak dan jerami menunjukkan pengaruh terhadap karakteristik tanaman cabai yang berbeda dibandingkan tanpa mulsa, yaitu pada variabel tinggi tanaman dan tingkat percabangan, (2 Penggunaan mulsa plastik lebih baik daripada mulsa jerami untuk produksi tanaman cabai.
Tomat merupakan tanaman sayuran buah yang banyak dikonsumsi masyarakat karena memiliki kandunagn vitamin yang baik bagi tubuh. Namun produksitvitas tomat masih tergolong rendah. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tersebut yaitu pemupukan yang belum memenuhi kebutuhan tanaman, sehingga dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas dengan cara mengkombinasikan pupuk kimia dengan pupuk organik yaitu asam humat dan N. Asam humat merupakan hasil akhir dari dekomposisi bahan organik yang dapat digunakan sebagai pupuk. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan N dan asam humat, serta interaksi antara pupuk N dan asam humat terhadap pertumbuhan dan produksi tomat. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) secara faktorial 2x5 dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah pemupukan N, yaitu N0= tanpa N dan N1= 17,5 g Urea/tanaman. Faktor kedua yaitu pemberian asam humat dengan konsentrasi 0, 50, 100, 150, dan 200 mg L -1 . Data yang diperoleh diuji homogenitasnya menggunakan uji Bartlett, aditivitas data menggunakan uji Tukey, dan untuk membedakan pengaruh asam humat digunakan uji polynomial ortogonal pada á = 0,05 dan á = 0,01. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada perlakuan tanpa N, asam humat meningkatkan indeks kehijauan daun, tetapi bila diberi N hubungannya tidak nyata terhadap indeks kehijauan daun dan meningkat secara kuadratik terhadap tinggi tanaman, serta meningkat secara linier terhadap jumlah buah per tanaman dan bobot buah per tanaman.
Tanaman tomat merupakan tanaman hortikultura yang akan tumbuh dan berproduksi baik pada tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Asam humat merupakan hasil ekstraksi bahan organik yang dapat dijadikan sebagai subtitusi pupuk kandang atau kompos. Salah satu bahan yang dapat diekstrak untuk menghasilkan asam humat adalah batubara muda. Dalam peningkatan produksi, maka tidak terlepas dari pemupukan. unsur K salah satu unsur hara essensial yang berperan dalam proses pembentukan dan translokasi fotosintat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam humat, pupuk K, serta interaksi dari asam humat dan pupuk K terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat Lycopersicum esculentum Mill. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan metode RAL Faktorial 2×5. Faktor pertama yaitu pupuk K yang berasal dari KCl (k0 = tanpa KCl, k1= dengan KCl 6 g polybag-1). Faktor kedua yaitu konsentrasi asam humat (0, 50, 100, 150, 200 mg L-1. Tanah untuk media tanam adalah jenis Ultisol yang diambil dari Politeknik Negeri Lampung di Jl. Soekarno Hatta No 10 Rajabasa Bandar Lampung. Setiap polybag berisi 10 kg tanah. Homogenitas ragam data pengamatan diuji dengan Uji Bartlett. Data yang sudah homogen dianalisis Uji-F. Analisis lanjut menggunakan uji perbandingan dan polinomial ortogonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan tanpa K, asam humat dapat meningkatkan jumlah daun, indeks kehijauan daun, dan bobot buah per tanaman, tetapi bila diberi pupuk K hubungannya tidak nyata dan menurun secara linier pada indeks kehijauan daun dan jumlah daun.
Produktivitas semangka di provinsi Lampung tergolong rendah, karena lahan pertanian di provinsi Lampung didominasi tanah ultisol. Untuk meningkatkan kesuburan tanah ultisol dalam budidaya semangka diperlukan penambahan bahan organik dan pupuk hayati. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi serta aplikasi pupuk hayati Grikulan plus pada pertumbuhan dan hasil tanaman semangka. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pelatihan Pertanian Hajimena, Lampung Selatan pada April 2019 – Juli 2019. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial (3x3) dengan tiga kelompok dan terdapat 9 kombinasi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati memberikan hasil terbaik dengan konsentrasi 20 ml/l dibandingkan tanpa pemberian pupuk hayati pada panjang tanaman, jumlah bunga betina, panjang buah, dan diameter buah. Pupuk kandang (ayam dan sapi) 20 ton/ha mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman semangka yang ditunjukkan oleh panjang tanaman, jumlah bunga betina, panjang buah, dan diameter buah. Produksi Semangka tertinggi diperoleh pada aplikasi pupuk kandang sapi jika disertai aplikasi pupuk hayati konsentrasi 20 ml/l dari pada tanpa pupuk hayati.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.