The progress of information and communication technology influencethe increase of the usage of social network. Social network users are mostly inadult group. The existence of social networks can bring positive impact as well as negative impact to the society especially in adult group. The aim of this research is to find out the difference in communication intensity through social networks between extrovert and introvert types of personality in adolescents. This research is a quantitative research with comparative method, the sampling technique used in this research is stratified proporsional randomsampling and the population is High School students in Denpasar, with the total respondents 218 student. The analysis data by t-test independent sample, and shown the result that there was a difference in the communication intensity through social network between introvert and extrovert type of personality in adolescents, the extrovert personality had a high level of communication better than introvert personality. The additional analysis, it is stated that there was a relationship between the number of social networks and the intensity of communication on social networks, and there was no difference in the intensity of communication based on gender. Keywords: Communication intensity, social networks, extrovert,introvert
Psychological well-being is a life that goes well, and is a combination of feeling good and functioning themselves effectively (Huppert, 2009). Humans in every age group would want to achieve psychological well-being during their lifetime, as well as adolescencts. Adolescencts can achieve psychological well-being when they are actively develop positive behaviors during adolescence. One of the positive behavior that should be developed during adolescence is prosocial behavior. Prosocial behavior involve altruism, so that adolescencts who can show helping behavior and give positive consequences for others, are expected to help adolescencts feel good about themself. This study aimed to determine the correlational between prosocial behavior with psychological well-being in adolescent in the city of Denpasar.The sampling technique used in this study is cluster random sampling. Subjects of this research are 214 adolescents from age 15-17 years old (m=91, f=123). Researcher deploy two scales, the psychological well-being scale modified from the Scales of Psychological Well-Being (Ryff, 1995) consisted of 30 item with a reliability coefficient of 0,898 and prosocial behavior scale consisted of 68 item with a reliability coefficient of 0,958. The data obtained in this study were analyzed by simple regression analysis to examine correlational between prosocial behavior and psychological well-being.Regression analysis results t value 11,203 and P = 0,000 ( P < 0,05). It means prosocial behavior and psychological well-being are significantly and positively correlated, when prosocial behavior is high they will have a high score on psychological well-being too. Coefficient of determination equal to 0,372 indicates prosocial behavior contribution to psychological well-being is 37,2%, and 62,8% was contributed by other factors such as age, socioeconomic level, social relations and personality factors.Keywords: prosocial behavior, psychological well-being, adolescence.
Female teenager conformity behavior is caused by several factors, which is internal factor and external factor. One of the internal factor that caused female teenager has consumptive behavior is prestige. In the other hand, having a low prestige makes female teenager tense to make friends and join a certain group in accordance to lifting their prestige. There is a conformity factorin a teenager group. That result in one’s behavior which is based on their mate in that group. Because they want have a same norms which is expected with their group (Sarwono, 2002). If they can’t control consumptive behavior, it will give them bad impact such as wasteful, unproductive, a crime where a person will do something. On the other hand teenager is stage where a person tries to find their own identity through their friend of the same age. This will be very much related to conformity and self esteem female teenager consumptive behavior in Denpasar. There is a positive relationship between conformity and female teenager consumptive behavior and also there is a negative relationship between self esteem and female teenager consumptive behavior in Denpasar. This study was used quantitative method. There were 286 female teenager start from 10 and 11 grade student in Denpasar senior high school. They were selected by stratified random technique sampling. The data was obtain by using conformity scale (Reliability alpha 0,901), self esteem scale which was adopted by Wardhani (2009) (Reliability alpha 0,939), and consumptive behavior scale (Reliability alpha 0,900). The result of this study was showed there was a significant relationship between conformity and self esteem female teenager consumptive behavior in Denpasar (R=0,407; r2=0,165), by using multiple regression analysis. Partially there was a positive significant relationship between conformity and teenager consumptive behavior in Denpasar (r= 0,408); and also there was negative significant relationship between self esteem and female consumptive behavior in Denpasar (r= -0,124). Keyword: Conformity, Self Esteem, Consumptive Behavior.
Remaja memiliki tugas perkembangan diantaranya adalah melakukan perencanaan karir dan berperan dalam lingkungan sosial. Masyarakat Bali yang beragama Hindu memiliki adat istiadat dan budaya yang kental yang disosialisasikan kepada perempuan Bali sehingga perempuan Bali memiliki tanggung jawab adat yang semakin ditekankan ketika remaja. Meskipun remaja perempuan Bali berhak untuk mengembangkan karir tetapi remaja perempuan Bali tidak dapat meninggalkan budayanya, sementara remaja perempuan Bali yang sangat mementingkan budaya juga tidak dapat meninggalkan dorongan dari dalam diri untuk berkarir sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika perencanaan karir remaja perempuan Bali. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik sampling yang digunakan adalah dengan teknik purposive sampling. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 10 orang dengan kriteria remaja perempuan berusia 18-21 tahun, bersuku Bali, sejak lahir tinggal di Bali, beragama Hindu, berstatus sebagai mahasiswa dan telah mengisi angket online pada studi pendahuluan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam semi terstruktur dan analisis data yang digunakan adalah theoretical coding. Penelitian ini menghasilkan suatu model dinamika perencanaan karir remaja perempuan Bali yang bergerak pada pertimbangan karir, persiapan karir dan penetapan tujuan karir dengan internalisasi budaya Bali dalam setiap proses tersebut, serta faktor internal dan eksternal sebagai faktor evaluatif dinamika. Kata kunci: Perencanaan Karir, Remaja Perempuan Bali, Budaya Bali
Proses pemulihan orang dengan skizofrenia (ODS) tidak terlepas dari peran keluarga. Keluarga merupakan bagian yang penting dalam proses pengobatan ODS. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh ODS dalam memotivasi selama perawatan dan pengobatan. Di sisi lain, terdapat tindakan-tindakan yang dilakukan oleh keluarga yang dapat menghambat pemulihan ODS, seperti penelantaran, pengucilan dan pemasungan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan dukungan sosial keluarga pada orang dengan skizofrenia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data melalui wawancara semi tersruktur, wawancara kelompok dan observasi. Subyek penelitian ini adalah 32 responden yang merupakan keluarga ODS dan 10 significant others yang merupakan ODS dan keluarga besar. Data dianalisis dengan theoretical coding yang terdiri dari open, axial, dan selective coding. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial keluarga kepada ODS terdiri dari dukungan pendampingan, dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan kelompok atau persahabatan, dan dukungan informasi. Dukungan sosial keluarga memiliki pengaruh kepada keluarga yang meliputi pekerjaan/ aktivitas, emosi dan sosial serta pengaruh terhadap ODS meliputi kemandirian, keterampilan sosial, aktivitas dan emosi. Faktor-faktor yang dapat mendukung keluarga dalam memberikan dukungan sosial kepada ODS dan berperan dalam pemulihan ODS, antara lain strategi koping keluarga, motivasi, dan pengetahuan. Selain dukungan keluarga, terdapat dua faktor utama dalam proses pemulihan ODS, yaitu peran pengobatan dan peran sosial. Kata kunci: Dukungan Sosial, peran pengobatan, peran sosial, keluarga, dan ODS.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stigma yang disandang oleh ODGJ dan anggota keluarganya, serta dampaknya bagi kesejahteraan hidupnya. Metode penelitian yang digunakan berupa pendekatan kualitatif-grounded theory dengan menggunakan teknik pengumpulan data in-depth interview semi terstruktur, observasi non-partisipan dan dokumen pendukung terhadap anggota keluarga (n= 20) dan ODGJ (n=12) serta masyarakat (n=35) yang memiliki variasi jeniskelamin, pendidikan, pekerjaan, dan domisili digunakan untuk mendapatkan data penelitian ini. Data tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan teknik theoretical coding dan disajikan menjadi tema-tema kunci yang diharapkan mampu menjawab pertanyaan penelitian. Hasilpenelitian ini menggambarkan bahwa stigma yang diterima oleh ODGJ dan anggota keluarganya memengaruhi pengobatan medis yang dilakukan untuk memulihkan kondisi ODGJ. Semakin sedikit stigma yang diterima, semakin cepat dan berkelanjutan pengobatan medis yang dilakukan.
Pada era globalisasi ini, dengan perkembangan pengobatan medis yang semakin maju, masih banyak dari masyarakat yang tetap menggunakan pengobatan tradisional, yang dipercaya mampu mengobati berbagai penyakit. Menurut Asimo (1995) penggunaan pengobatan tradisional tidak terlepas dari ketidakpuasan terhadap pengobatan medis. Hal ini juga terlihat pada masyarakat Bali yang masih banyak menggunakan pengobatan tradisional. Gagasan tersebut didukung dengan pre-eliminary study yang menunjukan adanya ketergantungan terhadap pengobatan tradisional yang mengakibatkan keterlambatan pengobatan medis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi. Responden yang digunakan pada penelitian ini merupakan salah seorang kepala keluarga dengan kasus keterlambatan pengobatan medis, dengan dua orang informan untuk memperkuat data penelitian. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa konsep sehat dan sakit pada responden penelitian dipengaruhi oleh; 1) faktor biologis yakni pemahaman terhadap kondisi fisiologisnya; 2) faktor psikologis yang mempengaruhi responden terhadap konsep sehat dan sakitnya dan cara yang dilakukan untuk menjaga kesehatannya; 3) faktor sosial yakni pengaruh masyarakat dan keluarga terhadap konsep sehat dan sakitnya. Health seeking behavior responden terbentuk, karena dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk berdasarkan pengetahuan dan sikap responden serta health system model yang terdiri dari karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, dan karakteristik kebutuhan yang juga dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, serta sosialnya. Berdasarkan hasil temuan tersebut didapatkan bahwa health seeking behavior responden dalam menggunakan pengobatan usada dan juga medis dipengaruhi oleh konsep sehat dan sakit yang dimilikinya. Kata Kunci: konsep sehat dan sakit, health seeking behavior, health system model
Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang di dalamnya terjadi perubahan fisik dan perubahan psikologis. Pada masa remaja mulai muncul rasa ingin tahu yang besar yang menyebabkan remaja tersebut mencoba hal-hal yang baru, dan mengikuti trend yang booming di teman sebayanya, salah satu trend tersebut adalah game online. Game online merupakan game yang berbasis elektronik visual serta menggunakan jaringan internet. Sebagai salah satu trend yang ramai dimainkan, game online memiliki dampak positif dan negatif. Dari dampak negatif game online akan menimbulkan masalah-masalah pada remaja yang kecanduan bermain game. Masalah-masalah ini mendorong remaja untuk melakukan beberapa coping atau solusi untuk menyelesaikannya. Masalah dan coping inilah yang akan diteliti oleh peneliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah apa saja yang dialami remaja yang kecanduan bermain game online dan coping yang dilakukannya untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini menggunakan lima responden yang dapat digolongkan menjadi belum bekerja, sudah bekerja dan yang ketiga masih kuliah. Hasil dari penelitian ini adalah masalah yang dialami oleh remaja yang kecanduan bermain game dapat dikelompokkan menjadi empat pokok masalah yaitu masalah dengan diri sendiri, masalah dengan orangtua, masalah dengan pacar, dan masalah dengan teman. Berikutnya coping yang dilakukan remaja yang menjadi gamers tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu yang efektif dan yang tidak efektif. Kata kunci: remaja, kecanduan, game online, masalah, coping
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.