Abstract:In recent years, socio-economic disparities, especially between rural and urban areas (Gini index up to 0.4) have attracted significant concern from the Government of Indonesia, which developed a community-based rural tourism program as one of the attempts to overcome this problem. Though the program seems quite promising, the implementation was challenging, especially regarding sustainability. Therefore, successful and sustainable practical examples are needed. This paper analyzes the results of a case study from the experiences of community-based tourism implementation in Nglanggeran Tourism Village, Gunungkidul Regency, Yogyakarta, Indonesia, which was considered as successful and sustainable. The main focus of this research is on how the collaboration and involvement of the related inter-organizational stakeholders, initiated by the local community, particularly the youth, has contributed to the program sustainability. Data and information for this study were obtained through in-depth interviews, observation, and documents review. This study found that the local community has a major role in implementing the program, among those various entities of stakeholders. Hence, the paper states this is the key to the success and sustainability of the program.
<p class="Style1">Kawasan permukiman kumuh merupakan kawasan yang terabaikan dari pembangunan kota dengan kondisi lingkungan permukiman yang mengalami penurunan kualitas fisik, sosial ekonomi dan sosial budaya dan dihuni oleh orang-orang miskin, penduduk yang padat, serta dengan sarana prasarana yang minim. Di Surakarta terdapat tiga tipologi kawasan permukiman kumuh, yaitu kawasan permukiman kumuh bantaran sungai, kawasan permukiman kumuh padat perkotaan dan kawasan permukiman kumuh sepanjang rel kereta api. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan kawasan permukiman kumuh. Faktor-faktor tesebut antara lain urbanisasi, sarana prasarana, ekonomi, lahan perkotaan, tata ruang, daya tarik perkotaan, sosial budaya, status kepemilikan bangunan dan lama tinggal penghuni. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor prioritas yang mempengaruhi keberadaan kawasan permukiman kumuh di Surakarta dengan menggunakan analisis prioritas (Analytic Hierarchi Process). Berdasarkan analisis AHP, faktor prioritas yang mempengaruhi keberadaan kawasan permukiman kumuh di Surakarta berbeda tiap tipologinya. Faktor prioritas kawasan permukiman kumuh bantaran sungai adalah faktor lahan perkotaan, faktor tata ruang dan faktor status kepemilikan bangunan. Faktor prioritas yang mempengaruhi keberadaan kawasan permukiman kumuh padat perkotaan yaitu faktor lahan perkotaan, faktor tata ruang dan faktor ekonomi. Sedangkan faktor prioritas yang mempengaruhi keberadaan kawasan permukiman kumuh sepanjang rel kereta api adalah faktor status kepemilikan bangunan, faktor ekonomi dan faktor tata ruang</p>
Citra kota merupakan gambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata-rata pandangan masyarakatnya. Pemahaman seseorang tentang suatu kota akan lebih mendalam daripada sekedar kesan visual. Pemahaman tentang legibility ini selalu berkaitan dengan 3 komponen didalamnya yaitu identitas, struktur, dan makna. Identitas merupakan objek-objek atau elemen yang berada pada suatu kota yang dapat membedakan dengan kota lainnya. Struktur yaitu pola hubungan yang saling berkaitan dengan elemen-elemen pembentuk citra kota yang dapat dipahami oleh pengamat. Makna merupakan pemahaman dalam kedua komponen (identitas dan struktur) berdasarkan dengan budaya, politik, kultur, sejarah, symbol, maupun keunikan. Kota Solo atau Kota Surakarta merupakan kota yang terkenal akan budaya dan kearifan lokalnya. Hal ini berkaitan erat dengan keberadaan dua keraton besar yang berada pada kota ini yaitu Keraton Kasunanan dan Keraton Mangkunegaran. Oleh sebab itu, peneliti mengungkapkan seberapa kuat Citra Kawasan terjadi pada kawasan-kawasan budaya terutama pada Kawasan Pura Mangkunegaran yang memiliki nilai historikal dan kebudayaan yang cukup kental, namun seiring dengan berjalannya waktu banyak pertumbuh perdagangan jasa yang mengitari Kawasan Pura Mangkunegaran. Hal ini dapat mempengaruhi Citra Kawasan pada kawasan Pura Mangkunegaran, bahkan pada gambaran/image masyarakat terhadap kawasan Pura Mangkunegaran ini akan berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis elemen Citra Kawasan Mangkunegaran berdasarkan penilaian Stakeholder dengan konsep legibility. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dengan menggunakan teknik analisis deskriptif untuk analisis elemen pembentuk Citra Kawasan Mangkunegaran berdasarkan penilaian Stakeholder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Citra Kawasan Mangkunegaran dengan konsep legibility ini untuk mengetahui komponen identitas dan struktur kawasan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa identitas Kawasan Mangkunegaran berdasarkan Stakeholder adalah Gapura Mangkunegaran (landmark), Jalan Ronggowarsito (path kendaraan), Jalan diponegoro (path pedestrian), Pura Mangkunegaran (district), Tembok Mangkunegaran (edges), Masjid Al-Wustho (nodes). Sedangkan untuk struktur dapat dilihat dari keterkaitan hubungan antara elemen-elemen pembentuk Citra Kawasan Mangkunegaran. Keterkaitan antara landmark dengan district ini merupakan salah satu penghubung antara pintu masuk dengan Pura mangkunegaran itu sendiri yang mana Gapura sebagai landmark dan Pura Mangkunegaran sebagai districtnya.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.