ABSTRAKThe use of ferns as orchid growing media feel expensive, so it is necessary to find an alternative media as a media surrogate fern that has been used. This study aimed to explore alternative growing media and fertilizer is good for growth and development of dendrobium orchids. Selection of a good planting medium and the proper use of fertilizers can be expected to support healthy plant growth and quality of orchids. experiments were conducted at Greenhouse Faculty of Agriculture Lampung University. The experiment was conducted using a randomized design perfectly with the treatment group factorial (6x2). The first factor is the type of growing medium consists of wood charcoal (M1), fern (M2), husk + sawdust (M3), acacia bark (M4), cocochip (M5) and coconut bark (M6). The second factor is the type of foliar fertilizer consists of Gandasil (P1) and Hyponex (P2
ABSTRAKCabai merupakan salah satu komoditas sayuran yang erat dengan kebutuhan masyarakat sehari-hari. Keberhasilan produksi cabai yang berkualitas ditentukan oleh bibit berkualitas. Salah satu upaya pemeliharaan untuk mendapatkan bibit yang berkualitas yaitu dengan pemberian pupuk tambahan. Pupuk yang dapat digunakan yaitu NPK dan pupuk daun. Tujuan penelitian untuk mengetahui dosis pupuk NPK yang menghasilkan pertumbuhan bibit cabai terbaik, mengetahui frekuensi aplikasi plant catalyst yang menghasilkan pertumbuhan bibit cabai terbaik, dan mengetahui interaksi antara dosis pupuk NPK dan frekuensi aplikasi plant catalyst pada pertumbuhan bibit cabai keriting. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sumberejo Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2015. Penelitian menggunakan rancangan perlakuan secara faktorial (4 x 3) dalam rancangan kelompok teracak sempurna. Dosis pupuk NPK mutiara N0 (tanpa pemupukan), N1 (0,6 g per tanaman), N2 (1,2 g per tanaman), dan N3 (1,8 g per tanaman). Frekuensi pemberian plant catalyst dengan tiga taraf waktu, P0 (tanpa plant catalyst), P1 (satu kali per minggu), P2 (dua kali per minggu) dengan konsentrasi 1,5 g per liter. Bibit dikelompokkan berdasarkan ukuran besar, sedang, dan kecil. Data diolah dengan analisis ragam dan respons pertumbuhan bibit terhadap perlakuan dilihat melalui uji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk NPK 0,6 g per tanaman merupakan dosis paling efisien untuk diberikan terhadap persemaian bibit cabai keriting, pemberian pupuk daun tidak efisien jika diberikan pada persemaian bibit cabai keriting, terdapat interaksi antara dosis NPK dan aplikasi plant catalyst pada diameter batang pada dosis pupuk NPK 0,6 g per tanaman dengan tanpa aplikasi plant catalyst dan bobot basah bibit cabai keriting pada dosis pupuk NPK 0,6 g per tanaman dengan aplikasi plant catalyst 1 kali per minggu. Kelompok bibit dengan ukuran besar sebagai bahan tanam menunjukkan pertumbuhan yang paling baik.Kata kunci: Bibit, cabai, NPK, plant catalyst PENDAHULUANKomoditas cabai (Capsicum annuum L.) selain dikonsumsi sehari-hari sebagai bahan tambahan pada makanan, berkembangnya industri pengolahan makanan kini banyak yang menggunakan cabai sebagai bahan baku utama. Oleh karena itu cabai menjadi komoditas sayuran unggul bernilai ekonomis tinggi. Produktivitas cabai meningkat cukup cepat, namun pada saat ini dapat dikatakan masih relatif rendah yaitu 0,20-0,33 kg per pohon atau 6,84 ton per ha cabai basah dimana produktivitas optimal cabai keriting dapat mencapai 13-17 ton/ha (Direktorat Pangan dan Pertanian, 2014).
Selada (Lectuca sativa L.) merupakan jenis tanaman sayur yang mengandung serat, vitamin, dan berbagai macam manfaat bagi tubuh sehingga disukai oleh masyarakat luas. Akan tetapi tingkat produktivitas selada di Indonesia masih tergolong rendah. Rendahnya produktivitas selada dapat diperbaiki melalui penerapan sistem budidaya tanaman yang tepat, salah satunya perbaikan komposisi media tanam yang tepat dan interval waktu aplikasi pemupukan dengan POC. Penelitian bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi selada terhadap perbedaan komposisi media tanam dan interval waktu aplikasi pupuk organik cair. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Kecamatan Langkapura, Bandar Lampung, Provinsi Lampung padaAgustus–Oktober 2017. Rancangan yang digunakan adalah rancangan faktorial (3x4) dalam acak kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah komposisi media tanam (m), yaitu tanah:sekam mentah:pupuk kandang dengan tiga taraf yaitu: m 1 :(1:1:0), m 2 :(2:2:1), dan m 3 :(4:4:1). Faktor kedua interval waktu aplikasi pupuk organik cair LOB (l) dengan empat taraf yaitu: (l 1 ): tanpa aplikasi pupuk cair (kontrol), (l 2 ): aplikasi 7 hari sekali, (l 3 ): aplikasi 9 hari sekali, (l 4 ): aplikasi 11 hari sekali. Homogenitas ragam diuji dengan Uji Bartlett danaditivitas data diuji dengan Uji Tukey. Perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan komposisi media tanam tanah:sekam mentah:pupuk kandang kambing dengan perbandingan ( 2:2:1) menghasilkan bobot segar tanaman dan bobot kering tanaman terbaik. Perlakuan interval waktu aplikasi POC 11 hari sekali menghasilkan bobot kering tanaman terbaik. Respons pertumbuhan dan produksi tanaman selada terhadap interval waktu aplikasi tidak dipengaruhi oleh komposisi media tanam.
This study was conducted to determine the effect of different ways of application and concentration of coconut water in affecting the growth of dragon fruit cuttings. The research was conducted in November to PENDAHULUANDi daerah asalnya yaitu Meksiko, buah naga dinamakan pitahaya atau pitaya roja. Penduduk Negara Meksiko memanfaatkan buah naga untuk dihidangkan sebagai buah konsumsi segar.Dalam perkembangannya buah naga lebih dikenal sebagai tanaman dari Asia karena sudah dikembangkan secara besar-besaran di beberapa Negara Asia terutama Negara Vietnam dan Thailand (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Buah naga memiliki beragam jenis di antaranya buah naga berdaging merah dan putih, serta berdaging putih dengan warna kulit kuning. Namun, buah naga yang paling banyak disukai adalah buah naga berdaging merah karena rasanya yang lebih manis dan memiliki warna yang menarik. Buah naga juga memiliki manfaat seperti memperlancar pencernaan, mencegah kanker usus, dan menanggulangi diabetes. Buah naga memiliki banyak khasiat untuk kesehatan diantaranya penyeimbang kadar gula darah, memperkuat ketahanan ginjal, bermanfaat untuk kecantikan, menguatkan daya kerja otak, mengurangi keluhan keputihan, mencegah dan memperlancar feses. Selain itu, buah naga juga mengandung betacharotene dan antioksidan yang tinggi untuk mencegah kanker dan menangkal radikal bebas.
The research was conducted at the cutting red bettle (Piper crocatum Ruiz and Pav.) to determined the effect of (1) the difference growth of cuttings of red bettle which are given IBA and without IBA, (2) the concentration of NAA on growth of cutting red bettle, (3) the concentration of NAA on growth of cutting red bettle on each given IBA. The treatment was arranged in factorial (2 x 4) in randomized block design with three replication. The first factor were without IBA (A) and the given of 1000 ppm IBA (A1). The second factor were the concentration of NAA consists of: 0 ppm (B), 1000 ppm (B1), 2000 ppm (B2), and 4000 ppm (B). The results showed that the NAA concentration of 4000 ppm produced the most number of roots on either at the node or at the base of cutting. Planting cutting red bettle which given IBA 1000 ppm was able to accelerated the time leaves open and increased the number of cutting which germinate. The mixtured of giving IBA 1000 ppm and the concentration of NAA 4000 ppm, produced the most number of cutting that germinated.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh jenis tumpangsari pada pertumbuhan dan produksi dua kultivar gladiol, (2) mengetahui respon masing-masing kultivar terhadap jenis tumpangsari, (3) mengetahui jenis kombinasi tumpangsari yang berpengaruh terhadap masing-masing kultivar gladiol. Penelitian ini disusun dengan menggunakan rancangan perlakuan faktorial 2x4, yang ditata dalam rancangan petak terbagi (split–plot design) yang diluluh dalam rancangan acak kelompok (RAK). Taraf faktor sayuran ditempatkan pada petak utama yaitu sayuran selada (S1), sayuran sawi (S2), sayuran campuran (S3), dan tanpa sayuran (S4). Kultivar umbi gladiol yaitu kultivar Holand Putih (VW) dan kultivar Holand Pink (VP) ditempatkan pada petak anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penanaman gladiol dengan sawi dan sayuran campuran (sawi dan selada) mempengaruhi jumlah daun gladiol secara nyata dengan rata-rata 8,54 dan 8,46 daun., (2) Kultivar Holland Pink menghasilkan variabel tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah floret, diameter subang dan bobot subang yang lebih besar dibandingkan Holland Putih. Sedangkan untuk jumlah kormel, Holland Putih menghasilkan jumlah yang lebih banyak daripada Holland Pink, (3) Penanaman gladiol menggunakan sayuran sawi dengan kultivar Holland Pink menghasilkan panjang tangkai yang terbaik yaitu 98,38 cm.
Bunga gladiol adalah salah satu bunga potong yang paling banyak dicari orang, baik sebagai bunga hias atau untuk perayaan hari besar karena bunga ini sangat menarik perhatian. Faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya gladiol adalah pemupukan. Tanaman gladiol memerlukan pemupukan agar tanaman tumbuh dengan cepat dan berproduksi dengan baik. Untuk mengoptimalkan produksi bunga potong ini, yaitu dengan menerapkan penggunaan pupuk tunggal yang dikombinasikan. Pada kenyataannya petani gladiol menggunakan pupuk tunggal, namun penggunaan dan ketersediaannya tidak seideal yang diinginkan. Teknik ini harus dikembangkan untuk dapat meminimkan pupuk yang mahal serta kelangkaan pupuk yang terjadi saat ini dan memberikan informasi kepada petani tentang jumlah penggunaan pupuk N, P, dan, K yang tepat pada gladiol. Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Gunung Terang, Gg. Swadaya 6 dari bulan Desember 2011 sampai April 2012. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan RKTS (factorial experiment) dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu kultivar Gladiol yaitu ‘Holland Putih’ (Hw) dan ‘Holland Pink’ (Hp). Faktor kedua adalah aplikasi berbagai campuran pupuk tunggal, yaitu : tanpa pupuk (A0), pupuk NP (Urea dan SP-36) (A1), pupuk NK (Urea dan KCL) (A2), pupuk PK (SP-36 dan KCL) (A3), dan NPK lengkap (Urea, SP-36, KCL) (A4). Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Satuan percobaan dikelompokkan berdasarkan bobot umbi. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet dan aditvitas data dengan uji Tukey. Data diolah menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemberian pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi gladiol. (2) Perbedaan kultivar berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap tinggi tanaman, diameter floret, bobot subang, jumlah subang, diameter subang, bobot basah berangkasan dan bobot kering berangkasan. Kultivar yang memberikan nilai tertinggi adalah Holland Pink (HP) jika dibandingkan dengan kultivar Holland Putih (HW). (3) tidak terjadi interaksi antara perbedaan kultivar dengan perlakuan pupuk anorganik terhadap semua peubah pengamatan.
Sedap malam merupakan salah satu tanaman hias yang banyak disukai masyarakat. Bunga sedap malam tergolong bunga potong yang laku di pasaran setelah mawar dan krisan. Untuk meningkatkan produksi bunga sedap malam yaitu dengan memperbaiki pertumbuhan dan kualitas bunga. Perbaikan kualitas bunga sedap malam dapat dilakukan dengan pemberian unsur hara yang cukup dan seimbang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk NPK danpupuk pelengkap Plant Catalyst terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sedap malam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial (4x4) dengan setiap satuan percobaan digandakan yaitu pupuk NPK Mutiara (16-16-16) (N) yaitu N 0 (0), N 1 (10 g/tanaman), N 2 (15 g/tanaman), N 3 (20 g/tanaman). Faktor kedua adalah konsentrasi pupuk pelengkap Plant Catalyst (P) yaitu P 0 (0), P 1 (1 g/l), P 2 (1,5 g/l), P 3 (2 g/l). Hasil penelitian menunjukkanbahwa pemberian dosis pupuk NPK dan pupuk Pelengkap Plant Catalyst tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada variabel pengamatan vegetatif tanaman sedap malam. Pemberian pupuk NPK dengan dosis 20 g/tanaman memberikan hasil yang terbaik pada variabel pengamatan panjang rangkaian bunga, panjang bunga keseluruhan, diameter tangkai bunga, diameter bunga, dan jumlah kuntum. Pemberian pupuk pelengkap Plant Catalyst 1,5g/l memberikan hasil yang terbaik pada variabel pengamatan panjang bunga keseluruhan, diameter tangkai bunga, diameter bunga, dan jumlah kuntum.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.