BackgroundDiabetic foot ulcers (DFU) may cause significant morbidity and lower extremity amputation (LEA) due to diabetic foot problems can occur more often compared to the general population. The purpose of the present study was to use an epidemiological design to determine and to quantify the risk factors of subsequent amputation in hospitalized DFU patients.MethodsWe performed a hospital-based, case–control study of 47 DFU patients with LEA and 47 control DFU patients without LEA. The control subjects were matched to cases in respect to age (±5 years), sex, and nutritional status, with ratio of 1:1. This study was conducted in Dr. Kariadi General Hospital Semarang between January 2012 and December 2014. Patients’ demographical data and all risk factors-related information were collected from clinical records using a short structural chart. Using LEA as the outcome variable, we calculated odds ratios (ORs) and 95% confidence intervals (CIs) by logistic regression. Univariate and stepwise logistic regression analyses were used to assess the independent effect of selected risk factors associated with LEA. The data were analyzed in SPSS version 21.ResultsThere were 47 case–control pairs, all of which were diagnosed with type 2 diabetes mellitus. Seven potential independent variables show a promise of influence, the latter being defined as p≤0.15 upon univariate analysis. Multivariable logistic regression identified levels of HbA1c ≥8% (OR 20.47, 95% CI 3.12–134.31; p=0.002), presence of peripheral arterial disease (PAD) (OR 12.97, 95% CI 3.44–48.88; p<0.001), hypertriglyceridemia (OR 5.58, 95% CI 1.74–17.91; p=0.004), and hypertension (OR 3.67, 95% CI 1.14–11.79; p=0.028) as the independent risk factors associated with subsequent LEA in DFU.ConclusionsSeveral risk factors for LEA were identified. We found that HbA1c ≥8%, PAD, hypertriglyceridemia, and hypertension have been recognized as the predictors of LEA in this study. Good glycemic control, active investigation against PAD, and management of comorbidities such as hypertriglyceridemia and hypertension are considered important to reduce amputation risk.
Selada (Lectuca sativa L.) merupakan jenis tanaman sayur yang mengandung serat, vitamin, dan berbagai macam manfaat bagi tubuh sehingga disukai oleh masyarakat luas. Akan tetapi tingkat produktivitas selada di Indonesia masih tergolong rendah. Rendahnya produktivitas selada dapat diperbaiki melalui penerapan sistem budidaya tanaman yang tepat, salah satunya perbaikan komposisi media tanam yang tepat dan interval waktu aplikasi pemupukan dengan POC. Penelitian bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi selada terhadap perbedaan komposisi media tanam dan interval waktu aplikasi pupuk organik cair. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Kecamatan Langkapura, Bandar Lampung, Provinsi Lampung padaAgustus–Oktober 2017. Rancangan yang digunakan adalah rancangan faktorial (3x4) dalam acak kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah komposisi media tanam (m), yaitu tanah:sekam mentah:pupuk kandang dengan tiga taraf yaitu: m 1 :(1:1:0), m 2 :(2:2:1), dan m 3 :(4:4:1). Faktor kedua interval waktu aplikasi pupuk organik cair LOB (l) dengan empat taraf yaitu: (l 1 ): tanpa aplikasi pupuk cair (kontrol), (l 2 ): aplikasi 7 hari sekali, (l 3 ): aplikasi 9 hari sekali, (l 4 ): aplikasi 11 hari sekali. Homogenitas ragam diuji dengan Uji Bartlett danaditivitas data diuji dengan Uji Tukey. Perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan komposisi media tanam tanah:sekam mentah:pupuk kandang kambing dengan perbandingan ( 2:2:1) menghasilkan bobot segar tanaman dan bobot kering tanaman terbaik. Perlakuan interval waktu aplikasi POC 11 hari sekali menghasilkan bobot kering tanaman terbaik. Respons pertumbuhan dan produksi tanaman selada terhadap interval waktu aplikasi tidak dipengaruhi oleh komposisi media tanam.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Debt to Equity Ratio (DER), Long term Debt to Equity Ratio (LDER) dan Times Interest Earned (TIE) terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2017. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi berganda dan uji hipotesis F-statistik untuk menguji pengaruh secara simultan. Penelitian ini juga menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi secara parsial. Pada hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya penyimpangan asumsi klasik. Hal ini menunjukkan bahwa data yang tersedia telah memenuhi syarat untuk dianalisa dengan model regresi linear berganda. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: variabel Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap ROE, variabel Long term Debt to Equity Ratio (LDER) tidak berpengaruh terhadap ROE dan variabel Times Interest Earned (TIE) berpengaruh positif terhadap ROE.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa E-Modul materi sistem persamaan linear tiga variabel (SPLTV) dengan menggunakan pendekatan PMRI yang valid, praktis dan untuk mengetahui efek potensial E-Modul yang dikembangkan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan menggunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, angket dan tes. Objek penelitian ini adalah pengembangan E-Modul materi sistem persamaan linear tiga variabel (SPLTV) dengan menggunakan pendekatan PMRI. Hasil penelitian menunjukan E-Modul yang dikembangkan dinyatakan sangat valid, dengan skor rata-rata 81,21%. E-Modul dinyatakan praktis berdasarkan penilaian dari angket respon peserta didik dengan skor 86,63%. Efek potensial E-Modul dilihat berdasarkan hasil tes belajar peserta didik dengan persentase sebesar 87,5%. Produk yang dihasilkan yaitu E-Modul materi sistem persamaan linear tiga variabel (SPLTV) dengan menggunakan pendekatan PMRI layak digunakan dalam proses pembelajaran.
Jamu merupakan salah satu representasi kearifan lokal yang berkembang di masyarakat karena memiliki manfaat yang masih dipercaya oleh masyarakat dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit tanpa menimbulkan efek samping. Salah satu jamu tradisional yang masih dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Selaparang, Kecamatan Suwela, Lombok Timur yaitu jamu seruang. Tujuan dilakukan sosialisasi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait obat tradisional dan meningkatkan kemampuan produksi jamu secara mandiri dari TOGA sebagai peluang penjualan produk obat tradisional. Metode yang dilakukan yaitu demonstrasi secara langsung pembuatan jamu seruang dan penyuluhan oleh kepala bidang Dinas koperasi dan UKM Lombok Timur terkait cara pemasaran obat tradisional yang baik dan benar. Berdasarkan kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan, masyarakat memiliki ketertarikan untuk meneruskan resep jamu seruang khas Desa Selaparang dan seluruh peserta sosialisasi dapat memahami cara pemasaran obat tradisional yang baik dan benar.
Latar belakang : Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA positif. Data WHO Global Tuberculosis Report 2016, Indonesia menempati posisi kedua dengan beban TB tertinggi di dunia. Angka keberhasilan pengobatan TB di Indonesia masih dibawah standar Nasional. Strategi yang digunakan untuk penatalaksanaan TB adalah strategi DOTS. Perbedaan BTA sebelum dan sesudah pengobatan sangatlah penting untuk menentukan angka keberhasilan pengobatan TB. Metode : Jenis penelitian kuantitaf obsevasional analitik. Sampel penelitian sebanyak 71 responden diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data diambil dari rekam medis di register TB 03, TB 04 berupa hasil BTA sebelum dan sesudah pengobatan TB paru. Analisa data menggunakan uji Marginal Homogeneity. Hasil : Hasil BTA paling banyak sebelum pengobatan adalah BTA +1 yaitu 30 responden ( 42,3 % ). Hasil BTA paling sedikit sebelum pengobatan adalah BTA +2 yaitu 8 responden ( 11,3 % ). Hasil BTA paling banyak sesudah pengobatan adalah BTA negatif yaitu 70 responden ( 98,6 % ). Hasil BTA paling sedikit sesudah pengobatan adalah BTA +1 yaitu 1 responden ( 1,4 % ).Ada perbedaan BTA sebelum dan sesudah pengobatan Tuberkulosis paru dengan strategi DOTS di RS St. Elisabeth Semarang dengan p value < 0,001. Simpulan : Ada perbedaan BTA sebelum dan sesudah pengobatan Tuberkulosis paru dengan strategi DOTS dengan p value < 0,001. Kata kunci : Perbedaan BTA, Strategi DOTS
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.