Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan kondisi kegawatan yang paling sering mengakibatkan kematian. Penyakit ini membutuhkan penatalaksaan yang cepat dan tepat, tetapi yang sering terjadi adalah waktu keterlambatan prehospital yang panjang. Penyebab keterlambatan prehospital dikaitkan dengan persepsi pasien tentang nyeri kardiak. Tujuan penelitian yaitu untuk menjelaskan hubungan persepsi nyeri kardiak dengan keterlambatan prehospital pada pasien SKA di IGD RSUD dr. T.C. Hillers Maumere. Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampling yang digunakan adalah consecutive sampling dengan besar sampel sebanyak 42 orang. Data dikumpulkan dengan lembar wawancara pada bulan April-Juni 2017, kemudian di analisis secara univariat dan bivariat (uji contingency coefficient). Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 28 pasien (66.7%) mempersepsikan nyeri kardiak adalah bukan penyakit jantung, pasien tiba terlambat di IGD sebanyak 26 pasien (61.9%). Hasil uji contingency coefficient diperoleh ada hubungan persepsi nyeri kardiak dengan keterlambatan prehospital pada pasien SKA di IGD RSUD dr. T.C. Hillers Maumere (p=0.002). Nilai contingency coefficient sebesar 0.437, maka dapat disimpulkan hubungan ke dua variabel dalam kategori sedang. Penelitian ini mengindikasikan pentingnya penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan persepsi pasien yang sesuai.
Introduction Knowledge management-based nursing care has a positive effect in preventing healthcare associated infections (HAIs). Therefore, nursing professionals can utilize key strategies of knowledge management to support clinical decision making, reorganize nursing actions, and maximize patient outcomes. Objectives The aim of this study was to determine the effect of knowledge management-based nursing care educational training on HAI prevention behavior at the High Care Unit (HCU) of Saiful Anwar Hospital Malang. Methods A quasiexperimental design with a pretest, educational training intervention, and posttest were conducted on 15 nurses in the HCU of Saiful Anwar Hospital Malang, which lasted for 16 days. Furthermore, observation of nursing care documentation, nurses’ handwashing compliance, and presence of infection-causing bacteria in the HCU staff and environment (hands rub handle, medical record, and patient's bed) was carried out pre (day 1–7) and post training (day 10–16). Subsequently, educational training related to knowledge management-based nursing care was conducted for 2 days (day 8–9) by the Doktor Mengabdi Team of Universitas Brawijaya. Results The knowledge level and completeness of the nursing care documentation in the HCU room significantly increased after the training ( p < .05). Also, compliance to the six steps five moments of nurses’ handwashing increased after the training ( p > .05). Infection-causing bacteria were found in the HCU environment and staff before and after the training involving Pseudomonas stutzeri, Sphingomonas paucimobilis, Enterobacter cloacae, Staphylococcus aureus, Acinetobacter baumannii, Pasteurella pneumotropica, and Acinetobacter lwoffii. Therefore, increased knowledge of HCU nurses and complete documentation ( r = .890; p = .054), increased knowledge of HCU nurses and handwashing compliance ( r = .770; p = .086), and handwashing compliance and bacterial presence ( r = .816; p = .084) all had a positive correlation. Conclusion Knowledge management-based nursing care educational training increased infection prevention behavior in the HCU of Saiful Anwar Hospital Malang.
AbstrakKusta merupakan penyakit kronis yang disebabkan Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf tepi. Untuk menunjang keberhasilan program terapi kusta, pemerintah menggunakan rekomendasi WHO yaitu program MDT (Multidrug Therapy) selama 12 bulan. Penelitian ini berjenis deskriptif analitik observasional dengan desain croos sectional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan pasien kusta dengan kepatuhan minum MDT. Populasi yang digunakan adalah penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Kejayan dan Puskesmas Pohjentrek Kabupaten Pasuruan. Sampel diambil secara purposive sampling, yaitu penderita kusta yang masih aktif mengikuti program MDT dan penderita masa pengamatan yang memenuhi kriteria inklusi, berjumlah 41 orang. Data tingkat pengetahuan diperoleh melalui kuesioner, data kepatuhan diperoleh melalui lembar observasi yang dibantu petugas kusta. Hasil yang diperoleh dari tingkat pengetahuan pasien kusta dalam katagori tinggi (70,7%), dengan kepatuhan dalam katagori patuh (56,1%). Analisis bivariat dengan menggunakan chi square didapatkan koefisien kontigensi sebesar 6,667 dengan signifikansi p value sebesar 0,025** (p < 0,05). Dapat disimpulkan ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan pasien kusta dengan kepatuhan minum MDT dengan hubungan keeratan rendah. Kepatuhan didukung oleh tingkat pengetahuan yang tinggi, petugas kesehatan yang profesional dan dukungan keluarga melalui peran serta masyarakat. Ketidakpatuhan lebih banyak terdapat pada aspek pengobatan.Kata Kunci: kepatuhan, kusta, multidrug therapy, tingkat pengetahuan. THE CORRELATION OF KNOWLEDGE LEVEL ON LEPROSY WITH THE DRINKING OBEDIENCE OF MDT (MULTIDRUG THERAPY) IN LEPROSY PATIENTS AT PUBLIC HEALTH CENTER KEJAYAN AND PUBLIC HEALTH CENTER POHJENTREK PASURUAN AbstractLeprosy is a chronic disease due to Mycobacterium leprae that infecting the skin and peripheral nerves. Indonesian government apply MDT (Multidrug Therapy) program for 12 months as a WHO recommendation on leprosy treatment. This research was descriptive analytic with cross sectional observasional design. The goal of the research was to find out the correlation between knowledge level on leprosy with obedience in taking MDT (Multidrug Therapy). The samples derived from leprosy patients in public health center in Kejayan and in Pohjentrek Pasuruan that were chosen by purposive sampling. They were still active leprosy following the MDT program, also in observation period who met the inclusion criteria, totaling 41 people. The data of level knowledge was obtained by using questionnaires, data obtained through observation that assisted leprosy officer. The result showed that the knowledge of leprosy patient was high (70.7%), with compliance level was in the category of obedient (56.1%). The result of chi square showed that contingency coefficient analysis of two variables was 6.667 with p value was 0.025** (p < 0.05). It is concluded there was a significant correlation knowledge level leprosy with obedience in applying MDT (Multidrug The...
Latar Belakang: Henti jantung dapat terjadi di berbagai lokasi, baik yang tidak dapat diantisipasi (diluar rumah sakit) hingga yang dapat diantisipasi (misalkan; ruang perawatan intensif). Ketika terdapat korban henti jantung, orang yang berada di dekat korban tersebut memiliki peran yang sangat besar dalam melakukan RJP secara cepat. Proses resusitasi yang dilakukan pada korban henti jantung saat masih ini belum maksimal. Penyebabnya antara lain; kompresi dada yang kurang tepat, durasi yang masih kurang, dan rendahnya kesediaan untuk memberikan pertolongan. Kondisi ini menjadi isyarat bahwa perlunya edukasi yang tepat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menambah retensi pemahaman masyarakat ketika belajar RJP, diperlukan alat peraga yang mudah dijangkau dan ekonomis serta metode yang tepat. Tujuan: Untuk mengidentifikasi perbedaan peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP) antara Simulasi dan Self Directed Video menggunakan I-CARRER Cardiac Resuscitation Menekin pada siswa SMA anggota Palang Merah Remaja (PMR). Metode: Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimanetal dengan pendekatan pre-post test with control group. Pada kelompok perlakuan diberikan intervensi Self-Directed Video pembelajaran RJP dan pada kelompok kontrol diberikan Intervensi Simulasi RJP. Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) 1, 3, 5 dan 8 Negeri Malang. Jumlah sampel yang terlibat adalah 104 siswa SMA anggota PMR. Analisa data menggunakan uji Mann Whitney. Hasil: Hasil uji Mann Whitney antara skor posttest pengetahuan (kelompok simulasi) dan posttest pengetahuan (kelompok self-directed video) memiliki nilai signifikansi (p value) = 0,468 (p>0,05), skor posttest sikap (kelompok simulasi) dan posttest sikap (kelompok self-directed video) memiliki nilai signifikansi (p value) = 0,739 (p>0,05), dan skor posttest keterampilan (kelompok simulasi) dan posttest keterampilan (kelompok self-directed video) memiliki nilai signifikansi (p value) = 0.089 (p>0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP) antara Simulasi dan Self Directed Video menggunakan I-CARRER Cardiac Resuscitation Menekin pada siswa SMA anggota Palang Merah Remaja (PMR) Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Keterampilan, Resusitasi Jantung Paru (RJP), Simulasi, Self Directed Video
ABSTRAKKondisi kegawatdaruratan sindrom koroner akut (SKA) memerlukan penatalaksanaan yang cepat dan tepat. Keterlambatan respon waktu yang panjang sebelum ke rumah sakit dapat berakibat kematian yang dikaitkan dengan perilaku pencarian pelayanan kesehatan dan jenis transportasi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan perilaku pencarian pelayanan kesehatan dan jenis transportasi dengan waktu keterlambatan penanganan sebelum masuk ke rumah sakit pasien SKA di IGD RSUD dr. TC. Hillers Maumere. Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Tehnik yang digunakan adalah consecutive sampling dengan besar sampel sebanyak 42 partisipan. Data dikumpulkan dengan lembar wawancara pada bulan April-Juni 2017, kemudian di analisis secara univariat dan bivariat (uji Fisher). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas perilaku pencarian pelayanan kesehatan pasien SKA adalah menunda ke rumah sakit (76,2%) dan jenis transportasi yang digunakan adalah kendaraan umum (31%). Waktu keterlambatan penanganan sebelum masuk ke rumah sakit terbanyak yaitu tiba terlambat (>120 menit) (61,9%). Hasil uji Fisher menunjukkan ada hubungan perilaku pencarian pelayanan kesehatan dan jenis transportasi dengan waktu keterlambatan penanganan sebelum masuk ke rumah sakit pasien SKA di IGD RSUD dr. TC. Hillers Maumere. Hasil penelitian mengindikasikan pentingnya memperbaiki sistem rujukan pasien, pemberian pendidikan kesehatan untuk memperbaiki perilaku pencarian pelayanan kesehatan, menyediakan ambulan desa, mendukung dan membentuk layanan gawat darurat medis. ABSTRACT Emergency conditions of the acute coronary syndrome (ACS
Proper, readable, and complete documentation will have an impact on the quality of care and defense of potential malpractice suits, may be used as legal evidence in the event of a claim, but much of the nursing documentation is found to be incompatible or does not contain the necessary information in the case of the judiciary, lack of records or documentation in the patient's medical record often hampers the exercise of the protection of nursing professional rights, both legally and administratively. The purpose of this research is to know the relation of workload factor based on workload assessment with the completeness of nursing care documentation by the nurses in the room IGD RSU. Anutapura Palu and RSU. Undata Palu. This research use correlation analytic design with cross sectional approach with total sampling to 65 samples period from 25 March 2017 until 25 April 2017. in IGD RSU room. Anutapura Palu and RSU. Undata Palu. From result of bivariate analysis known that there is correlation between work load factor with completeness of nursing care documentation with p value = 0,022. The result of regression test showed that the work load factor has regression coefficient value is -15.648 (negative value), which means that the higher workload, the percentage of completeness of the documentation of nursing care will be lower. ABSTRAKDokumentasi yang tepat, mudah dibaca, dan lengkap, akan berdampak pada kualitas perawatan dan pertahanan dari potensial gugatan malpraktik, dapat digunakan sebagai bukti hukum apabila terjadi tuntutan, tetapi banyak dokumentasi keperawatan yang ditemukan tidak sesuai atau tidak mengandung informasi yang diperlukan dalam kasus peradilan, serta kurangnya catatan atau dokumentasi dalam rekam medis pasien sering menghambat pelaksanaan perlindungan hak-hak profesional keperawatan, baik secara hukum maupun administratif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor beban kerja berdasarkan penilaian workload dengan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana di ruang IGD RSU. Anutapura Palu dan RSU. Undata Palu. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan total sampling terhadap 65 sampel periode 25 Maret 2017 sampai dengan 25 April 2017. di ruang IGD RSU. Anutapura Palu dan RSU. Undata Palu. Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa terdapat hubungan antara faktor beban kerja dengan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan dengan p value = 0,022. Hasil uji regresi linear didapatkan faktor beban kerja mempunyai nilai koefisien regresi adalah -15,648 (bernilai negatif), yang berarti bahwa semakin tinggi beban kerja, maka persentase kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan akan semakin rendah.
Diabetic foot is such a life threatening condition for people with Diabetes Mellitus which it can be result in hemodynamic instability and loss of consciousness. In order to improve quality of nursing care in patient with diabetic foot, nurses should apply a nursing model approach. Levine conservation theoretical model is one of comprehensive model theory that can be applied in patients with critical diabetic foot in Emergency Department (ED). This case study describes a nursing care using Levine's Conservation Model to care for a patient with diabetic foot. This study was a case study with a single case design. Data were collected using physical assessment, written communications with the patient, interviews patient family members, and observing the patient during intensive care in the ED of Lawang General Hospital on December 21th, 2015. Levine's Conservation Model used as the nursing guideline successfully identified patient issues including ineffective breathing pattern as a major priority of energy conservation problem and damage tissue integrity as a problem of structural conservation. Both of conservation problem were caused by patient's personal integrity conservation maladaptive that caused by ineffective therapeutic regimen management. Levine’s conservation model is useful to investigate nursing problem and applicable to solve the emergency condition of damage tissue integrity in patients with diabetic foot. Index Terms— diabetic foot, nursing care, levine’s conservation model.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.