Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan metode permainan terhadap penerimaan diri siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi ekperimen design nonequivalent control group design. Kelompok eksperimen menerima perlakukan berupa 11 sesi bimbingan kelompok yang diselenggarakan dua kali dalam sehari. Kelompok kontrol tidak menerima perlakuan. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa/Siswi kelas X SMAN I Babelan tahun angkatan 2018. Teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling dengan bentuk purposive sampling. Siswa/Siswi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang dengan skor penerimaan diri berada dalam kategori rendah. Instrumen yang digunakan dalam menentukan sampel penelitian ini adalah instrumen penerimaan diri dengan empat pilihan dalam model skala likert yang terdiri 36 butir valid dengan reliabilitas menggunakan cronbach’s alpha sebesar 0,735. Teknik analisis data statistik dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan mean empiris untuk melihat rata-rata skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig sebesar 0.000, melalui hasil perhitungan maka diperoleh kesimpulan pada penerimaan diri siswa/siswi sig < 0.05, Artinya peningkatan penerimaan diri siswa/siswi kelas X SMAN I Babelan kelompok treatment lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Implikasi hasil penelitian adalah membantu meningkatkan penerimaan diri siswa/siswi kelas X SMAN I Babelan. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan guru bimbingan dan konseling di sekolah untuk melakukan kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan metode permainan terhadap penerimaan diri siswa.
Insight: Jurnal Bimbingan dan Konseling 6(1)Juni 2017 AbstrakTujuan penelitian ini mengembangkan dan menguji kelayakan rancangan layanan advokasi bimbingan dan konseling pada kasus pelecehan seksual kelompok mikrosistem di SMP Negeri Kota Bekasi. Rancangan layanan ini dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan pelecehan seksual pada kelompok mikrosistem. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pengetahuan pelecehan seksual dan tes pengetahuan layanan advokasi bimbingan dan konseling pada kelompok mikrosistem. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Research and Development (RnD), dengan pelaksanaan langkah penelitian dibatasi hingga tahap ke 9 yakni merevisi rancangan layanan advokasi bimbingan dan konseling berdasarkan hasil dari analisis uji ahli.Rancangan layanan advokasi bimbingan dan konseling dalam penelitian ini telah diujikan oleh dua pakar ahli yaitu ahli bimbingan dan konseling dan ahli pengguna yaitu guru bimbingan dan konseling. Hasil evaluasi formatif dari uji ahli adalah mayoritas aspek rancangan layanan advokasi bimbingan dan konseling dinilai baik dan sangat baik. Semua hasil koreksi uji ahli telah diperbaiki oleh peneliti sehingga rancangan layanan advokasi bimbingan dan konseling dalam penelitian ini dikategorikan baik dan layak.Hasil penelitian ini berupa rancangan layanan advokasi bimbingan dan konseling pada kasus pelecehan seksual kelompok mikrosistem di SMP Negeri Kota Bekasi. Kesimpulannya rancangan layanan advokasi bimbingan dan konseling mengenai pengetahuan pelecehan seksual dalam penelitian ini sudah layak digunakan untuk diujicobakan secara terbatas hingga luas. Rancangan layanan advokasi bimbingan dan konseling ini mendapat penilaian baik dan sangat baik pada sebagian besar aspek komponen yang terdapat dalam rancangan layanan. Hal ini mengindikasi bahwa rancangan layanan advokasi bimbingan dan konseling mengenai pengetahuan pelecehan seksual memiliki materi yang sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, memiliki metode yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, memiliki media pembelajaran yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran, serta melakukan asesmen kebutuhan yang tepat sehingga kesesuaian antara tujuan, metode,materi dan media dapat mendukung ketersediaan layanan advokasi bimbingan konseling. AbstractThe purpose of this research is to develop and test the design of advocacy services guidance and
This study examined the relationship between emotion regulation difficulties and self-criticism among college students during the COVID-19 pandemic. The study explores how particular aspects of emotion regulation difficulties correlate to the self-criticism dimension. Participants were 1049 college students from a university in the capital city (84 % female and 16% male). Students came from eight faculties (faculty of education, art and language, social science, technics, sport science, educational psychology, science and mathematics, and economy). The results show that the mean of emotion regulation was 57,23 and self-criticism was 48,72. Emotion regulation difficulties were found to be significantly associated with self-criticism (r=0,644;0,00). There were no significant differences between males and females in emotion regulation and self-criticism. The result appeared similar in most of the subscales, except in one emotion regulation subscales (clarity) and two self-criticism subscales (inadequate self and reassured self). The implications of these findings for research and treatment are discussed.
This study uses a type of research & development method or in English (Research and Development) terms. The development model in the study uses the Borg and Gall model, where this model comes from the results of thought, is still a concept that is empirically tested and its implementation organized from planning, implementation to evaluation of the results. The purpose of this study is to produce a product that is a picture story book about emotional intelligence that meets the criteria of feasibility aspects. Emotional intelligence should begin to be developed as early as possible because it can make children have high enthusiasm in learning or liked by their friends in the playground. The development of this illustrated storybook uses components or dimensions of emotional intelligence from Daniel Goleman. There are 5 dimensions that will be used for 5 themes in illustrated storybooks namely self-awareness, self-regulation, motivation, empathy, social skills. The form of the book that will be created with hard cover and will be dominated by images. The goal of developing this storybook media is aimed at lower primary school students, which are around the ages of 6 to 9 years.
<p>Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan modul kurikulum pendidikan seksual yang memanfaatkan media sosial agar dapat digunakan bagi guru BK SMP yang mengalami kekurangan waktu layanan bimbingan klasikal. Pengembangan kurikulum pendidikan seksual ini diadaptasi dari International Technical Guidance on Sexual Education (ITGSE) yang merupakan panduan pendidikan seksual yang dikembangkan oleh UNESCO. Rancangan penelitian menggunakan model pengembangan ADDIE dengan langkah-langkah: <em>Analysis, Design, Develop, Implement</em>, dan <em>Evaluate</em>. Penelitian ini menghasilkan tiga buku panduan pendidikan seksual bagi guru SMP dalam melakukan layanan bimbingan klasikal yang kegiatannya menggunakan metode <em>blended learning</em>. Buku panduan ini diujicobakan pada ahli media, ahli materi, dan pengguna buku yaitu guru BK SMP. Hasil uji coba menunjukan bahwa buku panduan ini layak untuk digunakan tanpa ada revisi.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.